Oleh: Henyk Widaryanti
Oppa-oppa kini mendapat perhatian dunia. Setelah dulu serial drama Dae Jang Geum berhasil menyedot perhatian masyarakat +62, kini para oppa dan eonni justru menjadi idola para remaja. Paras yang katanya ganteng, cantik, putih dan slim menarik perhatian para penikmat film korea. Tak tanggung-tanggung mereka rela menghabiskan dana demi menyerupai para idolanya atau sekadar nonton konsernya.
Apa hubungannya dengan Oh Su Hyang? Apakah ia termasuk oppa-oppa yang jadi incaran kaum Hawa? Tentu saja bukan. Oh Su Hyang adalah seorang penulis. Ia menulis buku Bicara itu Ada Seninya dan Komunikasi itu Ada Seninya. Dua buku yang dapat meningkatkan skill komunikasi.
Kepribadian Menurut Oh Su Hyang
Dalam buku Komunikasi itu Ada Seninya ada pernyataan Oh Su Hyang yang menggelitik saya. Ia menyatakan bahwa paras yang cantik, ganteng, putih dan slim tak bisa begitu saja menarik perhatian. Tapi hal yang dapat menarik perhatian adalah kepribadiannya. Pola pikir dan pola sikap yang ditunjukkan seseorang akan membuat lawan bicara menilai kepribadiannya. Hal itu akan mempengaruhi seberapa besar orang tersebut mampu menggaet lawan bicaranya.
Apakah teori yang diutarakan Oh Su Hyang, pakar komunikasi dari Korea Selatan ini diikuti oleh masyarakatnya sendiri? Kalau diamati, sebagaimana yang terjadi di negeri +62, Korea Selatan juga memasarkan Oppa dan Eonni melalui sarana hiburan. Sehingga wajah cantik, ganteng, putih dan tubuh slim menjadi prioritas utama. Bahkan bentuk fisik ini dijadikan poin utama untuk melancarkan bisnis. Seperti yang kita ketahui, industri film, musik, fashion, kosmetik hingga elektronik menggunakan jasa paras fisik.
Apakah teori Oh Su Hyang dipakai? Kalau dilihat-lihat sih sepertinya sangat kecil kemungkinan dipakai. Sejauh mata memandang hanya kehidupan glamour dan bentuk fisik saja yang ditonjolkan seorang idola. Tidak hanya di Negeri Ginseng, di negeri +62 pun demikian. Contohnya, iklan-iklan di Indonesia banyak memakai artis Korea sebagai brand ambassadornya. Sebut saja Tokopedia yang berhasil menggaet BTS, Shopee yang merangkul Stray Kids, Blibi yang menggandeng Park Seo Joon, Lazada yang dengan Lee Min Ho dan Mie Sedap bersama Siwon Choi (sindonews.com, 7/01/21).
Para pengusaha memanfaatkan aktor-aktor Korea yang sedang tenar untuk mempromosikan usaha mereka. Hingga akhirnya disebut bahwa K-pop mampu memulihkan ekonomi dan investasi di Indonesia. Luar biasa bukan?
Realitas Kehidupan Oppa Eonni Korea Selatan
Bagaimana dengan kehidupan asli mereka? Apakah sesempurna gambaran promosi? Nyatanya artis-artis Korea banyak juga yang mati bunuh diri. Bukan karena takut tak dapat memenuhi kebutuhan, tapi lebih karena stress kena bulian penggemarnya. Hal yang lebih mengejutkan lagi, di tahun 2020 Korea Selatan mengalami darurat demografi. Apa itu?
Nilai kelahiran di negeri ginseng mengalami kemerosotan. Di tahun 2020 nilai kelahirannya terendah se-dunia. Pemerintah setempat menyebut, bahwa populasi Korsel menyusut 20.838 jiwa daei tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan jumlah kelahiran lebih sedikit dari pada kematian. Mengapa bisa demikian?
Bencana demografi ini disinyalir terjadi karena mahalnya biaya hidup di sana. Sekaligus sulitnya menjadi ibu yang memiliki peran ganda. Mengurus anak sekaligus bekerja. Padahal negeri ini merupakan negara no. 12 terbaik ekonominya di Dunia (cirebon.pikiran-rakyat.com, 5/1/21).
Sangat disayangkan, negara yang memiliki idola panutan dunia malah mengalami kemerosotan dalam hal memahami hidup. Mereka hanya memikirkan bahwa hidup hanya untuk mencari uang. Kekayaan adalah hal utama. Kerja menjadi aktivitas terpenting dalam hidupnya. Hingga akhirnya hubungan keluarga, suami-istri tak lagi diperhatikan. Malah dianggap memberatkan. Kalau ingin melampiaskan ghorizah nau' bagaimana? Kan tinggal berhubungan suka sama suka. Ikatan pernikahan tak lagi diperhitungkan. Apakah ini yang dimaksud kepribadian baik oleh Oh Su Hyang?
Kepribadian Menurut Islam
Islam memiliki kepribadian yang unik, berbeda dengan yang lain. Dalam Islam kepribadian itu gabungan dari pola pikir dan pola sikap. Pola pikir itu adalah dasar berfikir seseorang yang dipakai untuk menghukumi realitas yang dihadapi dengan landasan tertentu. Sedangkan pola sikap adalah cara yang digunakan seseorang untuk memenuhi potensi kehidupannya (baik jasmani maupun naluri) dengan landasan tertentu. Jadi kalau kepribadian Islam ya landasan berfikir dan bersikapnya pakai Islam.
Nah, seorang muslim yang punya kepribadian Islam itu akan beraktivitas sesuai pola pikir Islam. Misalnya, bagi seorang muslim bentuk fisik seperti cantik, ganteng, putih dan slim bukanlah yang utama. Sehingga seseorang dipandang baik dan patut dicontoh jika ia orang yang bertakwa. Contohnya Aisyah binti Abu Bakar atau Ali bin Abi Tholib. Pemuda-pemudi yang terkenal sepanjang zaman bukan karena parasnya, tapi karena kepribadian Islamnya.
Islam juga memiliki pandangan khas antara laki-laki dan perempuan. Tugas utama laki-laki sebagai pencari nafkah dan pemimpin keluarga menempatkannya pada posisi istimewa. Begitu juga perempuan, ada peran al umm warobatul bait yang wajib dilaksanakan. Meski demikian, ia boleh bekerja asalkan pekerjaan itu tak mengganggu kewajibannya. Kepribadian Islam membuat kaum muslimin menyandarkan segala aktivitasnya sesuai hukum syara'. Karena kebahagian yang ingin diraih bukan sekadar materi, tapi ingin mencapai keridhoan Allah.
Jadi kepribadian yang dimaksud Oh Su Hyang tentang menggaet orang untuk mengikutinya, ada pada Islam. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah Saw yang memiliki kepribadian Islam. Beliau mampu menggaet umat manusia dengan perkataan dan perbuatannya. Dari teladan inilah, kemudian muncul generasi para sahabat, tabiin, dan orang-orang salih yang lebih mengutamakan kepribadian melalui kata dan perbuatan daripada fisik semata. Wallahu'alam. (rf/voa-islam.com)