Oleh:
Emil Apriani, S.Kom || Pemerhati Sosial
SAAT ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia.Dan memiliki potensi yang tidak dimiliki bangsa lain, yaitu bonus demografi. Dimana penambahan usia produktif lebih banyak daripada usia non-produktif. Usia produktif ini didominasi oleh generasi Z dan milenial.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2020 oleh Badan Pusat statistik (BPS) mencatat total populasi penduduk Indonesia mencapai 270,2 jiwa, didominasi oleh generasi Z dan milenial. Jumlah penduduk generasi Z yang lahir di rentang tahun 1997-2012 mencapai 74,93 juta jiwa atau 27,94% dari total populasi. Penduduk generasi milenial yang lahir antara tahun 1981-1996 mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87% dari total populasi (msn.com, 30/1/2021).
Generasi Z dalam Pusaran Kapitalisme
Generasi Z atau Gen Z sebagai salah satu populasi terbesar di Indonesia dibesarkan di tengah teknologi, internet, dan media sosial disebut juga sebagai iGeneration atau generasi internet. Generasi ini umumnya menghabiskan lebih banyak waktu dengan gadgetnya. Mereka selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat melakukan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi yang ada.
Generasi Z di Indonesia menghadapi tantangan besarsatunya dalam dunia pendidikan. Beberapa kali pergantian kurikulum dirasakan oleh beberapa angkatan dari generasi ini. Selain itu, masalah ujian nasional yang dianggap menjadi beban terberat pelajar juga sering berganti-ganti nama.
Situasi selama pandemi Covid-19 makin memperburuk kondisi. Dengan berbagai kebijakan pembatasan, pembelajaran di sekolah diubah menjadi pembelajaran jarak jauh dari rumah secara daring. Pembelajaran daring menimbulkan kendala tersendiri, di mana tidak semua siswa memiliki gadget atau smartphone, keterbatasan kuota maupun sulitnya jaringan internet. Siswa pun mengeluhkan mendapat pembebanan tugas-tugas sekolah yang banyak dari pembelajaran jarak jauh ini.
Penat dengan segala urusan tugas sekolah akhirnya siswa melampiaskannya pada hal-hal yang bisa membuatnya senang salah satunya adalah gadget. Seharusnya gadget digunakan sebagai fasilitas untuk belajar daring malah dimanfaatkan bermain game online dan pornografi yang bisa membuat kecanduan.
Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Dr Soetomo dr Yunias Setiawati Sp.Kj menjelaskan bahwa tren anak-anak yang kecanduan game online atau gaming disorder terjadi dalam enam bulan terakhir. Menurutnya, “saat ini eranya adalah generasi Z. Era dimana anak-anak sejak kecil sudah terpapar media elektronik dan internet. Karena terpapar, menyebabkan kebiasaan. Dari pembiasaan akhirnya kecanduan” (3/1).
Tidak jelasnya arah pendidikan dan pembinaan terhadap generasi Z, membuat tak sedikit siswa merasa stres dan putus asa. Akibatnya menimbulkan masalah-masalah baru bagi generasi Z ini, seperti kecanduan gadget, masuk rumah sakit jiwa sampai kasus bunuh diri.
Sejak awal pembinaan, Generasi Z saat ini sudah salah asuh dan menjadi korban dari asuhan sistem kapitalisme. Mereka dididik dengan asas pendidikan sekuler yang melahirkan pemisahan ilmu dunia dan agama. Metode pembelajarannya didominasi transfer ilmu, bukan pembentukan pemahaman dan karakter. Kesuksesan pendidikan dinilai dari nilai-nilai akademis. Sehingga generasi yang dihasilkan minim dari kepribadian yang kepribadian bertakwa dan berperilaku mulia.*