Oleh: Mira Rahayu, S.Pd.i
Pandemi Covid 19 tidak terasa sudah menginak tahun pertama bercokol di Negeri kita tercinta ini. Adanya pandemi ini besar kecilnya mengubah tatanan kehidupan. Dunia pendidikan pun tak luput dari sorotan.
Kurikulum terus diganti sebagai upaya mengatasi kecarut-marutan yang terjadi. Akan tetapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Pada faktanya upaya yang diberikan seolah-olah tidak mampu meminimalisir dampak negatif yang terjadi.
Ketidakefektifan pembelajaran jarak jauh (PJJ) membuat para siswa merasa bosan, jenuh, bahkan acuh tak acuh dengan segenap metode pembelajaran yang disodorkan oleh guru-guru di sekolah. Bahkan ada 34.000 anak remaja berusia 19 tahun meminta dinikahkan saja ketimbang harus sekolah dengan pembelajaran yang dirasa tidak dimengerti. Seolah-olah pernikahan itu menjadi sebuah solusi dari kejenuhan dan kebosanan yang melanda para peserta didik.
Melihat fakta di atas, Indonesia terancam oleh keadaan learning loss atau penurunan pengetahuan yang dimiliki para generasi penerus. Mandegnya arus pendidikan dikarenakan pandemi ini menjadi penyebab penurunan pengetahuan yang menimpa generasi Z ini.
Pendidikan Kembali ke Tangan Ibu
Terus bergantinya kurikulum bisa jadi penyebab ketidakefektifan pembelajaran pada masa pandemi. Karena sesungguhnya yang dibutuhkan peserta didik bukan hanya persoalan tugas dan tugas saja, yang semakin ke sini bukan pengetahuan bertambah akan tetapi malah membuat beban berat bagi peserta didik meningkat. Banyak peserta didik yang merasa frustasi dengan beban tugas yang diberikan oleh guru. Sebab tugas yang diberikan tidak memberikan kenyamanan kepada peserta didik. Mereka diberi beban tugas tanpa mengerti apa yang menjadi bahan ajarnya.
Jika diamati lebih dalam, persoalan pendidikan saat ini akan dengan mudah terselesaikan dengan Islam. Lagi-lagi Islam yang akan menjadi solusi tuntas dalam setiap problematika kehidupan ini. Why?
Sebab Islam jauh-jauh hari telah menawarkan konsep terbaik dalam dunia pendidikan. Sabda Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwasannya Al Ummu Madrasatul Ula itu adalah salah satu solusi bagi dunia pendidikan saat ini ketika pandemi mengalihkan tempat menuntut ilmu kepada ibu di rumah. Cara yang efektif untuk membuat anak-anak tetap bisa menuntut ilmu di masa pandemi ini akan sangat berdaya sekali jika pendidikan dikembalikan kepada kaum ibu.
Sesuai fitrahnya para ibu yang harus diam di rumah, merawat serta mendidik anak-anaknya. Saat Islam berjaya, seorang Khalifah memberikan fasilitas sedemikian rupa untuk menunjang aktivitas para ummahat agar mampu menunaikan kewajibannya. Sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan, dan lain-lain dijamin oleh negara agar fokus seorang ibu mendidik anak-anaknya tidak lagi terbagi dengan memikirkan harga lauk-pauk di pasar atau kebutuhan hidup yang mahal.
Negara pun akan membuka lowongan pekerjaan sebesar-besarnya kepada kaum laki-laki sebagai penanggung jawab nafkah dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Jadi tidak ada ceritanya para ummahat tidak usah ke luar rumah berganti peran dari tulang rusuk menjadi tulang punggung.
Sayangnya, alih-alih mengambil solusi yang datang dari Islam, pemerintah malah menggelontorkan dana yang begitu besar untuk Usaha Mikro Kecil-kecilan dan Menengah (UMKM). Dana itu diperuntukkan bagi kaum ibu agar bisa berdaya dengan usahanya. Tidak hanya itu, keran lowongan pekerjaan bagi kaum ibu pun lebih terbuka ketimbang untuk para suami. Sehingga kebijakan ini memberikan dampak yang negatif bagi tatanan keluarga.
Lihatlah ibu menjadi sibuk bekerja dan mengurusi usahanya. Suami tidak berdaya karena menjadi seorang pengangguran. Anak pun menjadi tidak terurus karena ibunya sibuk dengn usahanya.
Memanfaatkan Teknologi untuk Pendidikan
Solusi lainnya bisa datang dari memanfaatkan media elektronik yang ada pada saat ini. Pemerintah seharusnya meminta seluruh media elektronik menjadi bahan ajar yang menarik untuk menunjang pembelajaran para peserta didik.
Media televisi misalnya. Benda ini bisa menjadi salah satu tempat pembelajaran anak-anak di rumah yang menyenangkan. Film-film bisa dijadikan sarana untuk menyuguhkan nilai-nilai yang sarat dengan edukasi.
Seperti kartun Nusa Rara contohnya. Film yang merupakan hasil karya anak bangsa ini bisa menjadi salah satu kartun yang mendidik putra-putri Indonesia. Di tayangan ini ada pembelajaran yang efektif dan tentunya membuat anak betah di rumah. Jangan sampai anak-anak disodori film-film bernuansa percintaan dan joget-joget yang tidak ada nilai edukasinya.
Media telpon genggam pun bisa menjadi sarana prasarana penunjang pembelajaran yang efektif. Pemerintah bisa menutup akses game online agar anak fokus dengan pelajarannya. Sebab fakta yang terjadi game online banyak mengalihkan para peserta didik untuk tidak mengindahkan tugas-tugas dari gurunya dan hanya sibuk menaikkan level dari permainan onlinenya.
Intinya, aturan yang datang dari Allah itu adalah aturan yang akan membuat manusia lebih baik. Berbeda ketika aturan datang dari manusia yang akan membuat kehancuran demi kehancuran terjadi. Maka sudah saatnyalah Islam dijadikan sebagai asas dalam pengambilan kebijakan, bukan hanya di ranah pendidikan melainkan dalam setiap lini kehidupan. Wallahu A'lam bis showab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google