Oleh: Choirin Fitri
Sobat muslim, gimana kabar ibadah pasca Ramadan? Baik? Lebih baik? Atau ambyar?
Hmm, jika saat Ramadan ibadah kita udah oke dan setelah Ramadan kelar malah ambyar berarti ada yang butuh dievaluasi. Kenapa? Karena, dalam ayat yang viral saat bulan puasa tiba yakni Al Baqarah ayat 183 Allah menginginkan kita menjadi insan bertakwa selepas Ramadan. Gini bunyinya!
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
Takwa berarti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Nah, saat kita menjadi insan bertakwa saat itulah kita enggan bermaksiat pada Allah. Maunya tiap detik tiap saat kita taat pada Allah saja. Apapun yang kita lakukan standarnya cuman satu. Halal atau haram. Jika halal dilakukan. Jika haram ditinggalkan.
Nah, usut punya usut ada tiga tipe kaum muslimin dalam menghadapi Ramadan dan selepasnya. Yakni:
Pertama, maksiat - taat - maksiat
Jadi sebelum Ramadan ia hobi bermaksiat. Saat bulan mulia ini tiba, ia segera taubat jadi insan yang taat. Namun, selepas Ramadan pergi kembali pada jalan maksiat.
Kedua, biasa - biasa - biasa
Tipe ke dua ia adalah orang yang biasa aja sebelum Ramadan hadir, saat menjalankan puasa, pun setelahnya. Baginya nggak ada pengaruhnya mau Ramadan atau nggak ibadahnya ya gitu-gitu aja. Biasa.
Ketiga, taat - taat - makin taat
Ramadan adalah momen paling istimewa dalam golongan ke tiga ini. Sebelum Ramadan ia adalah hamba yang taat pada Allah. Saat bulan penuh berkah dijalani ia beramal maksimal. Sehingga, selepas Ramadan kelar takwanya nggak ambyar. Malah mereka menjadi golongan yang makin takwa. Ayat 183 dalam Surat Al Baqarah ini seakan mewujud dalam dirinya.
Setelah kita tahu 3 golongan ini tentu kita wajib instrospeksi diri. Dalam golongan manakah diri kita berada. Yang pertama, ke dua, atau ke tiga?
Sayang seribu sayang jika ditilik fenomena para remaja saat ini bisa dibilang mereka masuk kategori satu atau dua. Jarang sekali yang masuk kategori ke tiga. Kenapa? Ya, karena mereka menganggap Ramadan adalah bulan menjalankan puasa aja bukan sebagai bulan untuk menempa diri menjadi lebih baik. Jadi, mereka puasa dengan menahan haus dan lapar sedangkan amalan ibadahnya masih jauh dari kata layak. Bahkan, terkadang mereka masuk golongan kaum STMJ. Salat terus maksiat jalan. Astaghfirullah.
Kenapa kaum remaja muslim macam itu? Sekularisme alias pemisahan antara agama dan kehidupan yang jadi biang keroknya. Mereka cuman menganggap Islam agama ritual. Jadi, cuma ngurusi salat, puasa, atau zakat aja. Urusan yang lain nggak ada dalam Islam. Padahal, Islam mah agama yang lengkap dan sempurna. Semua urusan ada dalam Islam. Untuk tahu gimana sih aturan dalam Islam mengenai segala aspek kehidupan butuh banget mengkaji Islam kaffah. Islam yang sempurna.
Dengan mengkaji Islam yang sempurna kita bakalan tahu gimana sih yang dimaksud dengan takwa yang bener itu. Ketika kita diminta menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Kita bakalan ngerti bahwa pacaran itu hanya boleh dilakukan setelah ijab qobul dan Pak Penghulu bilang sah. Jika belum berarti haram, wajib ditinggalkan. Kita pun bakal tahu nutup aurot itu wajib bagi yang telah baligh tanpa tapi tanpa nanti. Kita juga bakalan tahu bahwa Islam juga ngurusi berbagai aspek kehidupan mulai bangun tidur hingga bangun negara. Mulai yang remeh macam masuk kamar mandi, sampai yang besar semacam ekonomi.
Biar Ramadan kelar takwa kita nggak ambyar sekarang kudu mengambil langkah ciamik. Apa itu? Buruan mencari teman yang mau diajakin ngaji Islam kaffah. Cari deh Ustaz atau Ustazah yang siap ngajari kita tentang Islam kaffah bukan Islam yang setengah-setengah! Oke? (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google