Oleh:
Novita Fauziyah
SAHABAT, pernahkah kalian merasa gagal dalam berjuang? Gimana rasanya? Terus apa yang kalian lakukan? Yup, rata-rata pernah merasa gagal terhadap apa yang diusahakan. Tapi sebenernya apakah benar itu adalah kegagalan yang lantas membuat langkah kita terhenti?
Sobat, ada kalanya apa yang menimpa dalam hidup ini tak bisa kita kendalikan. Saat kita berusaha sebaik mungkin terhadap apa yang kita perjuangkan lantas hasilnya tidak sesuai dengan harapan, maka hasil itu bukan ranah kita. Hasil itu bukan kita yang mengendalikan, meski ada kaidah sebab akibat. Contoh, sahabat merasa gagal masuk ke sekolah atau perguruan tinggi yang selama ini diidamkan. Padahal sebelumnya sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti tes, belajar siang malam tetapi ternyata tidak diterima. Maka hasil itu bukan menjadi ranah kita. Itu adalah keputusan dari Allah yang wajib kita terima. Itulah qodho Allah.
Lalu bagaimana sikap kitab terhadap keputusan Allah tersebut? Tidak lain adalah menerima, meyakini bahwa itu adalah dari Allah. Bukankah itu bagian dari keimanan seorang muslim? Ya, meyakini semuanya berasal dari Allah dan Allah mengetahui yang terbaik untuk hambaNya. Jangan pernah buruk sangka kepada Allah.
Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban atas tidak diterimanya sahabat masuk ke sekolah atau perguruan tinggi idaman. Oleh karenanya sahabat cukup menerima dengan ikhlas. Dengan begitu hati menjadi lebih tenang. Sedih, itu wajar namanya juga manusia tapi jangan berlarut-larut ya. Jangan takut merasa sudah mengecewakan orang lain semisal orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun jika Allah sudah memberi keputusan, itulah yang terbaik. Akan ada hikmah di balik semuanya.
Belum diterima di sekolah atau perguruan tinggi yang jadi idaman bukan akhir dari segalanya. Itu bukanlah kegagalan, tapi ada jalan lain yang harus dicoba lagi. Tak boleh berputus asa. Masih ada kesempatan atau jalan lain yang bisa dicoba. Sahabat masih bisa mencoba ke sekolah atau perguruan tinggi lain, bisa mencoba pengalaman lain terlebih dahulu, atau bisa mencoba di kesempatan berikutnya.
Maksimalkan ikhtiar yang bisa dilakukan karena itu adalah ranah yang bisa kita kendalikan. Allah akan meminta pertanggungjawaban atas semua yang kita usahakan. Dengan kata lain Allah akan menanyakan proses yang kita jalani. Misalnya, apakah tes dikerjakan dengan jujur atau curang, apakah data yang dimasukkan benar atau rekayasa dan lainnya. Maka pastikan apa yang dapat kita lakukan atau apa yang dapat dipilih itu benar-benar sesuai dengan perintahNya, Allah akan menyediakan pahala dan siksa untuk itu.
Fokuslah terhadap apa yang bisa kita usahakan dalam hidup kita. Bukan pada apa yang tidak dapat kita kendalikan atau kita pilih. Nikmati prosesnya, karena di dalamnya kita akan mendapatkan balasan terbaik dariNya. Setiap pilihan yang kita lakukan akan ada konsekuensinya. Di sinilah ada peran akal untuk mempertimbangkan mana yang akan kita pilih atau jalan mana yang akan kita tempuh.
Allah telah menunjukkan kepada kita jalan yang baik dan yang buruk. Allah berfirman yang artinya "Telah Kami tunjukkan kepadanya dua jalan hidup (baik dan buruk)" (Q.S Al-Balad: 10).
Jadi kalau sahabat berusaha sesuai dengan perintah Allah dan laranganNya maka hal itu adalah baik. Sebaliknya, apabila sahabat berusaha tapi tidak sesuai dengan perintah dan laranganNya maka hal itu adalah buruk. Semangat untuk memilih jalan yang baik ya dalam mengusahakan apa yang dicita-citakan. Jangan lupa juga untuk terus berdoa kepada Allah memohon kepadaNya dan juga meminta doa orang-orang sekitar dalam setiap upaya yang sahabat lakukan.*