Oleh:
Fita Rahmania, S. Keb., Bd.
SEBAGAI orang tua tentu patut khawatir melihat dunia hari ini. Ribuan masalah timbul dari waktu ke waktu tanpa jeda mau tidak mau turut andil dalam membentuk karakter anak. Kegagalan negara dalam menyelesaikan akar persoalan yang ada membuat tatanan kehidupan masyarakat kian carut marut. Pada akhirnya beban pendidikan anak hanya dibebankan pada tiap keluarga. Apabila keluarga gagal dalam mengarahkan anak, maka habislah sudah. Bisa dibilang, risiko ditanggung sendiri.
Salah satu permasalahan pada generasi muda yang tidak ada habisnya adalah jeratan narkotika/ narkoba. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengungkapkan dalam peringatan Hari Anti Narkotika Internasional tanggal 26 Juni 2021 yang lalu, bahwa perempuan dan anak bisa terseret dan menjadi korban dari jaringan perdagangan narkoba. Perempuan juga kerap terjerat menjadi kurir narkoba lantaran himpitan ekonomi, ketidaktahuan, dan minim akses pelayanan publik.
"Jumlah kurir narkoba perempuan sangat memprihatinkan karena meningkat dari waktu ke waktu dan bahayanya, para pengedar ini menarget perempuan dan generasi milenial usia 15-35 tahun yang paling krusial menopang masa depan bangsa," kata Bintang. (suara.com)
Ia menambahkan, anak-anak juga menghadapi ancaman yang sama. Saat ini semakin banyak modus yang digunakan untuk menjerat anak agar memakai narkotika. Faktanya, prevalensi penggunaan narkoba di kalangan pelajar atau mahasiswa sebesar 3,2 persen atau setara dengan 2,3 juta dari populasi kelompok tersebut.
Belum lagi munculnya pemberitaan di media tentang banyaknya publik figur idola anak muda sekarang yang berturut-turut tertangkap karena ketahuan mengkonsumsi narkoba. Baru-baru ini contohnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus membenarkan pihak kepolisian menangkap seorang artis berinisial NR dan suaminya AB, Rabu (7/7/2021). Mirisnya, mereka mengaku memakai barang haram tersebut karena tekanan pekerjaan, terutama pada masa pandemi Covid-19. (kompas.com)
Dengan demikian, sebagai orang tua harus memiliki formula jitu untuk membentengi anak-anak dari jeratan narkoba. Dari orang tua, sebaiknya anak khususnya remaja muslim memperoleh informasi yang benar seputar hakikat narkoba dan bagaimana menyikapi maraknya peredaran narkoba dalam timbangan syariat.
Sehingga, tatkala remaja menghadapi dunia luar, mereka tidak gagap informasi, mampu menilai dengan berpikir secara benar, dan mampu menolak setiap ajakan dan rayuan para pengedar narkoba.
Orang tua tidak harus dituntut menjadi seorang pharmacist atau dokter untuk mengetahui informasi seputar narkoba. Orang tua cukup menjadi seorang muslim yang melek politik agar cukup pengetahuan atau wawasan dan peduli terhadap permasalahan remaja.
Update informasi tentang perkembangan kasus narkoba pada remaja akan membantu orang tua untuk mampu membangun kewaspadaan pada diri remaja menghindari jerat jaringan narkoba.Tentu saja, kesadaran politik bagi orang tua haruslah dibangun atas kesadaran ruhiyah (pengakuan yang lahir dari kesadaran hubungan dengan Allah), bahwa ini merupakan tuntutan keimanan.
Apapun masalahnya, harus selalu diawali dengan membangun keimanan yang kukuh pada remaja. Ajaklah remaja untuk memahami ayat-ayat Allah, termasuk ayat-ayat kauniyah.
Remaja perlu menemukan jati diri mereka sebagai hamba Allah, yakni makhluk yang lemah yang akan senantiasa bersandar kepada Zat Yang Mahatinggi, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, termasuk dalam menilai segala sesuatu baik benda maupun amal, mana perkara yang terpuji dan tercela, mana perkara yang baik dan buruk.
Penghambaan yang sempurna kepada Allah Swt. akan memunculkan sosok remaja yang tunduk dan legawa diatur dengan syariat. Tidak ada keberatan sedikit pun terhadap keputusan syariat.
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (TQS An-Nisa’: 65)
Penghambaan yang totalitas kepada Allah Swt. juga akan memunculkan sosok remaja dengan militansi yang tinggi. Remaja yang berani memberikan pengaruh kebaikan kepada lingkungan sebaya, bukan sosok yang mudah dan lemah untuk dipengaruhi oleh lingkungan.*