Oleh: Aisha Rara
Saat kita belanja, lalu kita tidak menyukai barang-barang yang dijual oleh sebuah toko, maka apa yang kita lakukan? Beralih berbelanja di tempat lain atau meminta toko tersebut untuk tutup?
Saat ada tetangga hajatan dan menyetel dangdutan sampai pagi sedangkan kita sedang berkonsentrasi terhadap suatu pekerjaan atau sedang belajar, apa yang akan kita lakukan? Meminta hajatan dihentikan atau kita mengungsi dulu ke tempat lain?
Saat kita menjumpai akun seseorang yang postingan-postingannya tidak kita sukai, apa yang kita lakukan? Kita unfriend/unfollow/blokir akun tersebut atau meminta pemilik akun mematikan akunnya?
Saat kita memutuskan beralih berbelanja di toko lain alih-alih meminta toko tersebut tutup, maka sesungguhnya kita sedang bertoleransi terhadap orang lain yang masih menyukai berbelanja di toko tersebut. Kita menjadi intoleran ketika memaksa toko tersebut tutup. Lagipula selama yang toko tersebut jual adalah barang-barang yang halal dan legal serta tidak merugikan masyarakat, maka kita tidak punya hak untuk menutup paksa toko tersebut hanya berdasarkan ketidaksukaan kita berbelanja di toko tersebut.
Begitu juga saat kita memilih menginap semalam di tempat lain dan memutuskan pertemanan dengan akun seseorang yang tidak kita suka. Kita sudah bertoleransi terhadap penyelenggara hajatan, pemilik akun fb dan para pendukungnya. Menjadi intoleran ketika kita ngamuk-ngamuk meminta orang menghentikan hajatan atau memaksanya menutup akun fb karena terganggunya kepentingan kita.
Artinya saat kita tidak menyukai sesuatu yang masih disukai oleh orang lain, dan yang mereka sukai bukanlah hal yang melanggar hukum, maka yang bisa kita lakukan adalah self control. Kita yang harus membuat diri kita nyaman dengan melakukan pilihan sendiri. Bukan memaksakan kehendak kita agar orang lain bersikap dan berselera sama seperti kita.
Maka saya terkeZut Zut Zut sekali saat ada orang-orang yang mencaci para calon Hafidz yang menutup telinga mereka sendiri saat terdengar suara musik dengan perkataan INTOLERAN. Bahkan lebih jauh mengklaim mereka salah didikan dan melabeli ajarannya sesat dan jahanam. Innalillahi.
Apakah para penghapal Alqur'an tersebut meminta panitia mematikan musik yang mungkin sedang dinikmati oleh orang lain di ruangan tersebut? Tidak!
Apakah para santri tersebut ngamuk-ngamuk lantas mengepruk speaker biar rusak dan musiknya mati? Nggak kan?
Apakah para calon Hafidz Qur'an tersebut tiba-tiba berdakwah dalam ruangan dengan suara lantang mengatakan bahwa musik haram dan kalian jahil karena masih mendengarnya? Gak begitu tuh!
Jadi mereka itu intoleran kepada apa dan siapa? Yang mereka tutup telinga mereka sendiri, bukan telinga orang lain. Dan mereka bersikap seperti itu dengan hujjah yang kuat, bahkan sangat kuat.
Mereka tak ingin hapalan Qur'an yang susah payah berada dalam kepala mereka terdistorsi dengan suara musik lalu menguap. Mereka memilih perilaku untuk menjaganya. Karena hilangnya hapalan Alqur'an akibat mendengar musik itu bukan bualan belaka. Banyak kisah nyatanya.
Tidak mudah menghapal Alqur'an dan tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya orang-orang tertentu yang menjalani pelatihan tertentu yang bisa melakukannya. Maka saat seseorang terpilih atau memilih untuk menjadi Hafidz Qur'an, maka ia harus menjalani semua tuntutan dari program tahfidz yang dijalaninya. Termasuk untuk menghindari musik saat mengikuti program.
Hal ini sebenarnya tidaklah berbeda dengan seorang atlit yang harus menjaga asupan makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Apakah jika kita melihat atlit menolak makan gorengan lantas kita bully dengan bilang:
"Ente kaku amat kayak kanebo kering. Kan gak ade salahnye kalo cheating dikit bro n sist?"
Coba jajal ngomong gituh sama CR7.
Sekalian minta dia buat minum coke pake kalimat, "That's nothing wrong to get a lil bit fun, Bro."
Kebagusan kalo die gak inj*k-inj*k batang leher lu!
Lagipula kalo mau dirembetin ke perkara halal atau haramnya musik, itu sudah berabad-abad dibahas oleh para ulama dan menjadi khasanah pengetahuan Islam. Baik yang menghalalkan ataupun yang mengharamkan sama-sama memiliki hujjah yang kuat. So, yuks banyak baca dan belajar lagi bro n sista.
Jangan asal bully! Malu sama Barby! (rf/voa-islam.com)