Oleh: Rima Septiani
Uang bukan segalanya. Tak ada jaminan kebahagiaan dengan banyaknya uang. Kalimat ini menjadi kutipan fenomenal yang banyak diambil dari serial Squid Game yang belum lama ini viral.
Salah satu serial garapan original Netflix, Squid Game Berhasil mencuri perhatian masyarakat di dunia. Melansir dari Tempo, serial ini memuncaki peringkat ketiga paling polpuler di Netflix, setelah tiga hari penayangan perdananya pada 17 September 2021.
Squid Game menggambarkan kisah menegangkan penuh pengorbanan. Sejumlah 465 peserta yang berpartisipasi dalam permainan anak-anak rela kehilangan nyawa demi memperebutkan hadiah besar berupa uang. Serial ini mengangkat kisah yang sebenarnya banyak mengajarkan pelajaran pada kaum manusia saat ini yang gagal paham tentang makna kebahagiaan.
Di Squid Game kita belajar bahwa sumber kebahagiaan bukanlah berasal dari uang dan harta duniawi. Namun pada faktanya, banyak manusia yang tergeincir dengan keindahan dunia, tertipu dengan dunia, tenggelam dengan kenikamatan yang sifatnya fana. Bahkan rela menabrak syariat hanya untuk memenuhi hasrat gaya hidup.
Drama tersebut menunjukan pada kita banyaknya manusia yang berani mempertaruhkan nyawa demi mendapatkan hadiah uang yang melimpah demi menutup utang dan hidup berkecukupan. Hal tersebut sangat relevan dengan kehidupan manusia saat ini yang tidak sedikit dari mereka tergila-gila dengan kenikmatan dunia semata.
Hal ini bisa terlihat dalam kutipan hadis Rasulullah Saw., “Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga (H.R Bukhari). Rasulullah Saw. juga mengingatkan kepada umatnya agar jangan menjadikan dunia sebagai puncak ambisi atau prioritas. Sebagaimana dalam sabdanya, “Perbandingan antara dunia dan akhirat bisa diukur dengan seseorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam air laut. Lihatlah, seberapa banyak air yang ia dapatkan di jari tangannya itu.” (HR. Ibnu Majah dari Al Mustaurid)
Islam adalah agama sekaligus pandangan hidup bagi kaum muslim. Islam pun dengan jelas memberikan penjelasan yang detail terkait makna kebahagiaan.
Karena sesungguhnya kebahagiaan bukan hanya diukur dari banyaknya harta manusia. Sebab, Islam tidak pernah mengajarkan bahwa sumber kebahagiaan adalah memiliki banyak kekayaan duniawi.
Islam pun memposisikan kebahagiaan erat hubungannya dengan ketaatan pada Ilahi.Dari itu, setiap muslim mesti meyakini bahwa setiap perbuatan mengandung unsur dosa atau pahala. Di dalamnya ada hisab yang akan menentukan kelak dirinya layak memasuki surga atau neraka.
Dengan meyakini hal-hal seperti ini maka sudah seharusnya setiap muslim menimbang terlebih dahulu apakah perbuatan yang dia lakukan mengandung unsur manfaat atau mudarat. Olehnya itu, sumber ketenangan jiwa hanyalah berasal dari ketaatan hamba pada aturan Allah sebagai pencipta manusia.
Selain itu, dalam Islam juga jelas bahwa menimbun harta atau terobsesi dengan harta merupakan perkara haram, sebab merupakan perbuatan tercela. Tidak boleh bagi seorang muslim meninggalkan perkara akhiratnya hanya untuk mengejar urusan dunia.
Sebagai contoh meninggalkan salat hanya karena rapat di kantor yang bertepatan dengan waktu salat, atau tak menutup aurat saat kerja hanya karena iming-iming gaji yang tinggi. Perkara seperti ini jelas menyalahi syariat.
Untuk itu, Islam memporsikan perkara duniawi dengan porsi yang tepat. Tidak berlebih-lebihan hingga menjerumuskan seseorang pada kekufuran yang nyata.
Inilah yang jelas terlihat dalam kehidupan sekuler saat ini, di mana uang dinilai sebagai sesuatu yang istimewa. Manusia rela kehilangan nyawa hanya untuk mendapatkan uang. Menjual agamanya hanya karena sekadar mengejar materi yang tidak ada habisnya.
Padahal jika kita belajar dari serial drama Squid Game, sudah sangat jelas bahwa uang adalah pembawa celaka jika tak mampu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Karenanya orang yang tak pernah mengenal rasa syukur akan selalu mengeluh pada keadaan. Hingga pada titik terlemah sesorang bisa jadi menyalahkan dirinya yang katanya ditakdirkan miskin oleh Tuhan.
Sifat-sifat inilah yang menjangkiti manusia saat ini. Ditambah dengan kehidupan sekuler yang jauh dari Islam membuat masalah kehidupan semakin runyam.
Di samping itu, manusia dibiasakan untuk tak menyinggung agama dalam ranah kehidupan sosial. Karena agama dianggap sebagai candu masyarakat. Akibat dari semua ini, masalah dalam berbagai aspek tak pernah kunjung berhenti. Masalah individu, kelompok, sosial hingga tataran negara pun terus saja mewarnai kehidupan manusia saat ini.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita sadar dan berubah. Sungguh muslim yang cerdas adalah orang yang terus-menerus berpikir bahwa dunia ini bersifat sementara dan bahwa seseorang harus menghubungkan semua urusannya dengan jalan keluar menuju akhirat. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Ghafir ayat 39, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal”. Wallahu a’lam bi ash-shawab. (rfr/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google