Oleh:
Wahyu Utami, S.Pd || Praktisi Pendidikan di Bantul Yogyakarta
SAAT ini perkembangan teknologi informasi telah menjadikan kehidupan manusia tanpa batas. Kehidupan selebriti menjadi konsumsi publik sejak mulai mereka bangun tidur sampai tidur lagi. Sejak mereka meniti karir sampai beranak pinak. Berita sekecil apapun selalu dinanti oleh para penggemarnya.
Sobat muda, memang benar, pada dasarnya manusia punya naluri ingin tau kehidupan orang lain. Sejak zaman dulu ngegosip menjadi aktivitas menarik dan asyik khususnya bagi kaum hawa.
Berangkat dari inilah, media menangkap peluang ini dengan cepat. Media mengulik semua sisi kehidupan selebritis. Media sosial juga tidak mau kalah. Bahkan selebriti tersebut punya chanel pribadi yang akan menampilkan seluruh sisi kehidupan dirinya tanpa kecuali.
Akibatnya bisa gawat. Sobat muda jadi terbuai dengan berita-berita tak penting. Berita yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan kita apalagi nasib kaum muslimin.
Padahal ada banyak berita kehidupan saudara muslim di berbagai belahan dunia yang kudu kita kepoin. Sebutlah Rohingya di Myanmar, Uighur di Cina dan masih banyak lagi. Jangan-jangan namanya saja sobat muda tidak tau? Astaghfirulloh. Banyak dari sobat muda yang sangat hafal nama-nama selebriti dan keluarganya tapi gak ngerti sama sekali tentang Uighur. Menyedihkan sekali bukan?
Baca: Urgen, Mari Support Dakwah Media Voa Islam |
Sobat muda, saat ini sebenarnya kita telah terseret dalam kehidupan hedonis dan materialistik. Para selebritis mendapatkan pundi-pundi uang dari kita. Tapi apa yang kita dapatkan? Kebahagiaan? kebanggaan? Kalaupun ada, pasti itu hanya kebahagiaan yang semu.
Yang kita dapat akhirnya kita hanya akan menghabiskan energi dan waktu yang kita miliki untuk masalah yang tak penting. Belum lagi dengan melihat mereka, secara langsung kita dididik untuk mengikuti kelakuan dan gaya hidup mereka. Yah kalau orang tuamu tajir saja tidak ada masalah. Tapi bagaimana jika secara finansial hidup kita pas-pasan? Yang ada sobat muda banyak berangan-angan atau yang lebih parah nekat melakukan tindak kriminal demi meniru sang idola.
Yang paling fatal dari semua itu adalah otak kita menjadi beku/jumud. Karena jarang dipakai mikir dan lebih sering dipakai nonton berita ringan. Ibarat pisau, tidak pernah diasah jadilah tumpul. Otak akhirnya mandeg saat digunakan untuk mikir hal-hal yang berat seperti pelajaran sekolah. Remaja jadi malas belajar dan semakin kosong dari ilmu.
Jika kita menengok kehidupan Rasulullah dan para sahabat, maka akan kita lihat kehidupan mereka selalu diwarnai dengan suasana belajar untuk meningkatkan iman dan ilmu. Hari-hari penuh dengan aktivitas ibadah dan belajar.
Hal ini dikarenakan Allah swt memerintahkan setiap muslim untuk mengoptimalkan fungsi otak dengan hal yang benar, Allah berfirman, "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Maha menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al Alaq 1-5).
So, mulai sekarang kurangi bahkan tinggalkan bacaan atau tontonan yang unfaedah. Kalaupun baca anggap saja sebatas selingan atau informasi. Jangan jadikan sebagai menu utama yang wajib sobat muda santap habis. Asah selalu otak kita dengan berita-berita yang bermanfaat. Tumbuhkan kepedulianmu pada nasib saudara-saudara muslim yang tertindas di berbagai belahan dunia.
Semoga dengan begitu sobat muda akan tergerak untuk menolong mereka. Caranya bagaimana? Tentu saja diawali dari dirimu sendiri. Berubahlah menjadi seorang muslim yang paham dan taat agama.
Hasilkan karya-karya terbaikmu. Tebarkan kebaikan dimanapun kamu berada. Jadilah generasi muda muslim yang akan menjadi kebanggaan agamamu. Jangan lupa ajak teman-temanmu juga ya.
Rasulullah sawa bersabda, "Siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang baik kemudian beramal dengannya maka ia mendapat balasannya (pahala) dan balasan serupa dari orang yang beramal dengannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan siapa saja yang mencontohkan perbuatan yang buruk kemudian ia berbuat dengannya, maka ia mendapat balasannya dan balasan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi balasan mereka sedikitpun (HR Ibnu Majah).*