Oleh: Fathiya Puti Khaira
(Siswi SMA Durrotul Ummah Tangerang)
“Kaki memang selalu melangkah dan zaman selalu saja berubah, tapi kata patah tak kan pernah kuizinkan untuk singgah walau sekadar untuk beramah tamah.”
Kecewa menjadi sebuah rasa yang sering kali menghantui manusia. Kecewa banyak bermunculan di akhir cerita, tapi sudah ditakuti sebelum cerita itu terlahir ke dunia. Terkhusus untuk para remaja, kecewa menjadi makanan sehari-hari yang selalu diperbincangkan dan dirasakan metamorfosisnya. Banyak sekali remaja korban kekecewaan yang akhirnya tak mau berbuat apa-apa. Takut tak sesuai harapan, takut mengecewakan, takut tak berguna, dan takut menjadi acuan buruk manusia lainya. Takut, takut, dan takut, itulah kata yang sebenarnya trending di otak anak muda saat ini.
Para remaja seolah-olah menganggap bahwa dunia memang tempatnya bahagia dan kesuksesan, sehingga tak boleh ada secuil kesalahan yang terpampang di wajah anak muda. Padahal, bukankah inilah kehidupan? Dimana ada sedih dan bahagia, ada tangis dan tawa, ada benci dan cinta, ada takut dan berani, ada untung dan rugi, ada jatuh dan bangkit, dan antonim lain yang menguatkan makna sebuah kehidupan. Sebab ketakutan dan kekecewaan pula, lahirlah anak kata baru semisal insecure, overthinking, butuh healing, dan kata-kata lainnya yang menggambarkan bahwa sebenarnya remaja itu kreatif, tapi dibatasi oleh bayang-bayang kekalahan yang meraka ciptakan sendiri.
Pengecut memang, hanya berani berselancar di dunia maya, tapi menutup muka dari dunia nyata. Berani bicara lantang di depan kamera, tapi mengerdilkan diri kala sampai di atas panggung kejayaan. Pengecut, rendahan, jago kandang, atau ada gelar lain yang ingin kamu selipkan untuk anak muda dekade ini? Semua gelar tadi, tak lain dan tak bukan terlahir karena perilaku dan lingkungan remaja saat ini. Perilaku remaja yang bebas dan liar, membuat banyak orang kecewa dengan si remaja itu. Atau juga, sebab lingkungan yang berharap lebih dan terus memaksakan si remaja, yang malah akhirnya membuat remaja itu takut mengecewakan orang-orang di sekitarnya.
Tapi tak hanya itu, kepengecutan juga bisa muncul karena lemahnya iman seorang anak manusia. Takut dan takut, tapi lupa untuk menyerahkan semuanya pada Allah. Lupa untuk meminta pertolongan pada Allah, lupa bahwa ia hanya seorang hamba yang membutuhkan Allah dalam segala langkah. Kalah itu wajar, karena kalau semua manusia menang, maka tak akan ada pemenangnya.
Takut itu wajar, sebab jika semua manusia berani, maka tak akan ada julukan manusia pemberani di dunia ini. Kecewa itu biasa, karena jika tak ada kecewa, mungkin kita tak akan pernah tertawa lebar selebar ini kan?
Semua ada untuk dinikmati dan dilewati, jadi mengapa harus menakuti diri sendiri? Lelah memang boleh, tapi patah tak akan pernah dibolehkan. Jatuh memang boleh, tapi harus bangkit lagi. Takut memang boleh, tapi jangan terlalu dalam memupuknya. Yuk bangkit, yuk berubah, dunia menunggu namamu! (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google