Oleh: Diana Septiani
Sobat sudah pernah lihat Gucci Challenge kah di beranda media sosialmu?
Nih, ya, kalau menurut Kamus Bahasa Inggris online, kata challenge ini memiliki arti tantangan atau menantang. Yang mana artinya kita tengah ditantang untuk melakukan hal-hal yang sedang viral. Ya, seperti halnya Gucci Challenge yang akhir-akhir ini memenuhi jagat media sosial kita.
Apa itu Gucci Challenge?
Sebuah ajang untuk unjuk diri dalam berpose dengan memadupadankan outfit dari ujung kepala hingga kaki dengan gaya maksimalis ala Gucci. Ada yang menggunakan pakaian dan peralatan ala kadarnya, ada juga yang memakai barang-barang bermerek dengan harga fantastik. Mereka berpose unik hingga nyentrik.
Mulai dari kalangan rakyat biasa, influencer, artis terkenal bahkan hingga istri ustadz juga santri pun ikut meramaikan challenge ini, loh. Dengan dalih untuk seru-seruan dan mengasah daya kreativitas, mereka yang mengikuti tren ini tak mendalami lebih dulu, bagaimana sih sebenarnya challenge viral ini.
Kontroversi Tantangan Gucci
Banyak yang belum mengetahui bahwa di balik Gucci Challenge ini, terdapat backsound yang berbau mesum lagi menjijikkan. Duh, parah banget, ya, Sobat. Dengan lagu berjudul Do It milik seorang penyanyi bernama Ilkay Sencan, lagu Gucci Challenge ini menuntun pada tindakan amoral.
Nah, Sobat, di sinilah pentingnya kita mengetahui boleh tidaknya mengikuti suatu tren, sebelum ikut-ikutan yang kekinian. Sudah terlanjur ikut-ikutan, eh, ternyata saat tahu terjemahan dari lirik backsoundnya jadi jijik sendiri.
Pada dasarnya Gucci Challenge ini kental dengan budaya pamer, berlomba-lomba memamerkan kekayaan semata. Mereka memenuhi gaya hidup demi menggapai derajat viral. Kalaupun tidak, challenge ini hanyalah tantangan unfaedah bagi generasi milenial.
Milenial Target Rival
Tanpa disadari Gucci Challenge "memaksa" kita untuk mengoleksi barang-barang bermerek. Outfit yang dipakai saat kumpul-kumpul pun menjadi perhatian kaum milenial. Mereka seolah malu jika memakai barang-barang imitasi, harus yang asli. Pada akhirnya banyak yang menghalalkan berbagai cara, mulai dari melakukan penipuan hingga mencuri.
Standar kesuksesan bagi kaum milenial saat ini pun diukur dari seberapa kaya ia di usia muda. Seberapa banyak pencapaiannya dalam meraih harta dalam waktu yang singkat. Seberapa banyak pula koleksi barang mewahnya, hingga akhirnya gelar sultan / anak sultan pun menjadi hal yang diperebutkan.
Potensi Akal Kita
Sejatinya manusia memiliki potensi kehidupan yang sama. Baik orang kaya lagi terpandang hingga orang desa yang buta huruf pun, Allah berikan potensi yang sama. Mereka sama-sama memiliki kebutuhan jasmani, naluri juga akal. Tentu akal inilah yang membedakan kita dengan hewan ya, Sobat.
Dengan akal kita dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang sesuai wahyu dan mana yang cuma nafsu.
Mari gunakan potensi akal kita sebelum melakukan sesuatu. Mencari tahu bagaimana hukum suatu perbuatan dalam Islam. Apa saja yang terkait dengannya dan bagaimana konsekuensinya.
Hakikat Outfit Kita Kelak
Pada akhirnya Gucci Challenge mengajarkan kita agar kembali menyadari hakikat hidup kita di dunia ini hanyalah sementara. Kekayaan seseorang cuma titipan semata.
Apalah gunanya outfit ratusan juta, jika Allah tak suka. Apalah guna outfit bermerek di dunia itu, jika di akhirat hanya akan memperberat hisab kita. Apalah guna gaya mewah dengan outfit yang menawan, jika pada akhirnya kita akan memakai outfit yang sama yaitu helaian kain kafan yang tak menjadi pakaian akhir kita di dunia. Wallahu a'lam bishshowab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google