Oleh. Fathiya Puti Khaira
(Siswi SMA Durrotul Ummah Tangerang)
Angka 2022, menjadi sebuah tahun yang berisikan banyak cerita. Setiap harinya, dari awal angka itu memijak, hingga saat ini tahun itu mengalami setengah perputarannya, cerita baru selalu hadir, baik itu dalam berita, sosial media, televisi, atau alat komunikasi lainnya. Hingga hari ini yang kita ketahui adalah para ABG Citayam yang memenuhi konten-konten dengan segala gayanya.
Siapa yang tak kenal dengan para penghuni SCBD itu? Siapa yang tak tahu dengan gaya selangit yang mereka miliki? Siapa yang tak tahu dengan segala kepolosan mereka? Sepertinya, semua orang tahu. Ada yang merasa kagum, bangga karena memiliki penerus bangsa seperti mereka, ada pula yang merasa aneh, risih, atau bahkan tak suka dengan segala yang mereka lakukan.
SCBD memiliki kepanjangan sebenarnya yakni Sudirman Central Business District yang merupakan sebuah kawasan bisnis elite yang terletak di Jakarta Selatan, Indonesia, yang terdiri dari kondominium, gedung perkantoran, hotel, serta pusat perbelanjaan dan hiburan. Namun kini, selama setahun terakhir, SCBD memiliki kepanjangan baru yang bermakna Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok.
Lalu, sebagian orang berpendapat, mengapa harus mengurusi masalah anak ABG yang sedang mencoba sesuatu hal yang baru? Biarkan mereka berkembang dan menemukan jati diri mereka masing-masing. Dapat dipastikan, kita akan mendengar perkataan itu lebih dari satu mulut yang menganggap bahwa itu adalah fenomena biasa. Tapi, apakah benar ABG Citayam adalah sebuah fenomena kecil yang tak akan berpengaruh apa-apa untuk masa depan Indonesia?
Menurut pemberitaan di media massa, sebagian besar remaja SCBD memiliki alasan yang sama dalam memenuhi ruang-ruang pinggir jalan area perkantoran tersebut. Mereka ingin ikut trend terbaru, ingin menampilkan fesyen terbaru yang dimilikinya, ingin buat konten yang akan ditonton banyak orang dan bisa menjadi seorang artis dadakan, ingin dapat uang, hanya ikut-ikutan, hanya untuk menghabiskan waktu, untuk cari pacar, atau alasan lainnya yang sebenarnya bukan sebuah alasan berbobot yang harus dijadikan sebuah prioritas utama. Tapi nyatanya, banyak anak muda yang rela melakukan segalanya demi sampai di area SCBD.
Banyak yang nekat sampai di Dukuh Atas walau dari daerah jauh seperti Parung dengan hanya membawa uang 20 ribu rupiah. Banyak juga yang tak bisa pulang karena tak dapat kereta, tak dapat makan di sana karena tak punya uang jajan, dan masalah lainnya. Tapi anehnya, demi sebuah eksistensi semu dan trending belaka, mereka berani menggadaikan kesehatan dan waktu yang mereka miliki untuk tetap meramaikan SCBD.
Mari kita angkat sebuah alasan yang mengatakan bahwa ia pergi ke SCBD demi membuat konten, sebab katanya, membuat satu konten bersama seorang selebgram akan dibayar dengan harga 250 ribu rupiah. Jika mau membuat konten sendal jepit, ia akan dibayar dengan nominal 100 ribu rupiah. Dan rupiah-rupiah itu menjadi sebuah amunisi baru untuk para remaja membanggakan dirinya, bahwa ia bisa menghasilkan uang di waktu remaja tanpa harus menamatkan 12 tahun pendidikan formalnya. Akhirnya, cerita-cerita seperti inilah yang dijadikan acuan bagi ABG lainnya untuk ikut serta menjadi bagian dari Citayam ini. Sebab, apakah ada yang lebih berharga daripada uang di tahun 2022 ini?
Uang menjadi sebuah tujuan mayoritas umat manusia saat ini. Sebab jika tak ada uang, tak ada makan, tak ada tempat tinggal, tak ada pendidikan dan tak ada hari esok. Bisa disimpulkan bahwa slogan yang tepat untuk mereka adalah “My Money, My Tomorrow” Semua berlomba-lomba mendapatkan uang. Tak peduli dengan cara apa yang ia tempuh, baik itu memamerkan tubuhnya ataupun memamerkan kebodohannya, jika pundi uang adalah ujungnya siapa yang bisa menolak? Jadi, inilah ABG SCBD yang menghabiskan dan mencari uang dalam satu waktu.
Lalu, siapakah yang patut disalahkan hari ini? Mereka butuh sekolah, tapi juga butuh uang. Mereka ingin pintar, tapi juga ingin eksis dalam dunia maya. Mereka butuh diajarkan tentang agama, akhirat dan dunia yang fana nan sementara. Adakah yang mau mengajarkannya? (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google