Oleh: Najwa Azahra
(Siswi SMA Durrotul Ummah Tangerang)
Ingatkah kamu antonim/lawan kata dari kata marah?
Benar, antonim dari kata marah adalah sabar.
Pernahkah dalam benakmu bertanya-tanya, mengapa harus kata sabar yang menjadi antonim dari kata marah? Mengapa tidak kata balas, lawan, benci yang menjadi antonimnya?
Bukankah kenyataan yang terjadi di tengah-tengah manusia seperti itu? Ketika ada seseorang yang dibuat marah, kebanyakan berakhir melawan sampai saling membalas, lebih-lebih kemarahan itu bisa membuat setiap orang saling membenci. Jadi, apakah harus kita ubah antonim kata marah yaitu sabar menjadi balas, lawan, atau benci?
Maka, untuk masalah ini, kita tidak bisa menemukan jalan keluarnya jika hanya mengandalkan ilmu sinonim antonim saja, kita butuh yang lebih dari sekadar itu. Kita butuh bertanya kepada Dzat yang telah menciptakan rasa marah sebagai bentuk ujian untuk setiap manusia. Sebab marah bukan hanya tentang kata, tetapi tentang rasa yang memang secara naluriah telah ditetapkan oleh Dzat Yang Maha Sempurna untuk manusia. Lalu, bagaimana pandangan Islam terkait mengelola rasa marah?
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: "لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرُعة، وَلَكِنَّ الشَّدِيدَ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ".
"Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw bersabda, Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah."
Ketika disakiti mungkin hanya segelintir manusia yang tetap sabar dan menahan amarahnya, karena memang saking sulitnya menahan marah, dan mereka yang benar-benar dikatakan kuat adalah mereka yang berhasil untuk tetap sabar dan tidak tersulut amarahnya bila dihadapkan dengan badai ujian.
Allah ketika menciptakan manusia disertai dengan gharizah (naluri), salah satu naluri yang ada pada manusia adalah naluri mempertahankan diri. Sehingga ketika ada pemicu, ketika ada rangsangan, yang menurut kita itu membahayakan kita, membuat kita kesal atau jengkel, kecewa, dan pada saat itu juga memunculkan rasa marah pada diri kita. Namun, ketika kita mengganggap marah itu bagian dari fitrah, bukan berarti bisa sesuka hati meluapkan dan melampiaskan amarah. Lantas, cara seperti apa yang harus kita tempuh untuk mengelola marah ini?
Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, bahwa hanya dengan aturan yang sesuai dengan syariat Islam, maka marah ini akan mengantarkan kita kepada datangnya pahala dari Allah. Begitu pun sebaliknya, ketika marah ini kita biarkan, kita bebaskan, dilampiaskan sesuai dorongan hawa nafsu dan tidak sesuai dengan aturan Islam, maka bukan mendatangkan pahala, tapi akan menjerumuskan kita kepada neraka juga kepada azab Allah. Nauzubillah mindzalik.
Rasulullah saw, banyak di dalam hadis-hadis mulia beliau, bagaimana menuntun kita ketika ada rangsangan untuk marah maka Rasulullah memberikan tuntunannya yaitu, kita diperintahkan untuk banyak beristighfar, berlindung kepada Allah (ta'awudz), kemudian kita disunnahkan untuk mengambil air wudu (karena marah ibarat api, dan untuk memadamkan api adalah dengan air), kemudian apabila marah kita masih belum reda juga, Rasulullah memberikan arahan kepada kita untuk mengubah posisi.
Dengan mengetahui Sunnah yang dianjurkan ketika sedang marah, semoga tak hanya sekedar diketahui tetapi kita tergerak untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Karena yang kita kejar adalah rida Allah, maka mulailah mengelola marah sesuai apa yang diperintahkan-Nya. Karena Allah pun tak tanggung-tanggung memberikan balasan terbaik untuk mereka yang bisa menahan amarahnya.
Dari Abu Darda r.a
Rasulullah saw bersabda,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
"Jangan kamu marah, maka Surga bagimu.'" (HR Ath-Thabrani)
Sungguh luar biasa Islam, mengatur bagaimana seorang muslim ketika dirinya sedang dilanda rasa marah. Dan Allah memberikan berupa surga sebagai balasan untuk orang-orang yang mampu menahan dan mengendalikan amarahnya. Kendalikan marahmu, surga menantimu. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google