Oleh: Choirin Fitri
Hai Bestie, apa sih cita-citamu? YouTuber? Kenapa enggak dokter, guru, atau pejabat? Alasannya adalah.... Lanjut baca ya!
Emang benar ya generasi saat ini baik kalangan milenial, zilenial, hingga alpha jika ditanya tentang cita-cita, rata-rata bakal ngejawab jadi YouTuber. Alasannya sederhana. YouTuber itu keren, duitnya banyak, plus famous alias terkenal.
Padahal, dulu sebelum era teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat cita-cita yang dimiliki beragam. Guru, dokter, pejabat, polisi, tentara, pengusaha, hingga PNS masih banyak yang memilih. Kalau sekarang rasanya hanya segelintir remaja yang mau memilih cita-cita ini. Kira-kira kenapa ya?
Kita tak bisa mengalahkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Bagi manusia perkembangan ini amatlah penting. Why? Coz, menyokong kehidupan sehari-hari dan memudahkan kehidupan. Sehingga, enggak bijak banget kalau hasil karya kecerdasan manusia ini jadi terdakwa.
Apalagi hukum asal benda itu mubah alias boleh, bukan haram, kecuali ada dalil syariah yang mengharamkannya. Alasannya, karena nas-nas syariah memang telah membolehkan segala sesuatu. Ditambah lagi nas-nas ini datang dalam bentuk umum, mencakup segala sesuatu.
Allah Swt. berfirman:
أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ ٦٥
"Tidakkah kalian melihat bahwa Allah telah menundukkan bagi kalian apa saja yang ada di bumi." (QS al- Hajj [22]: 65).
Selain itu, Bestie, emang ya karakter or khasiat setiap benda yang Allah ciptakan itu netral. Enggak bisa memaksa kita untuk berbuat sesuatu. Misalnya aja pisau. Enggak mungkinlah si pisau ini nyuruh kita memutilasi orang atau ayam. Pilihan ada pada kita. Kalau pisau kita gunakan untuk memutilasi ayam, halal. Kalau digunakan untuk memutilasi manusia, jelas haram dong. Sepakat ya?
Ini berarti biang kerok peralihan cita-cita bukan pada perkembangan teknologi. Namun, pada gimana manusia memanfaatkannya. Apakah dalam untuk kebaikan atau keburukan? Apakah digunakan dijalan taat atau malah maksiat?
Ini berarti bukan perkara kita jadi atau enggaknya menjadi seorang YouTuber. Kalau punya akun medsos dan digunakan untuk menebarkan kebaikan, bisa jadi pahala bakal kita dapatkan berlipat-lipat. Beda banget jika konten yang kita share nirmanfaat, kita enggak bakal dapat apa-apa. Kalau konten yang kita share malah ngajakin maksiat, bisa-bisa kita malah mendulang dosa. Nauzubillahimindzalik.
Sayangnya, di era sekularisme alias dijauhkannya agama dari kehidupan ini banyak influencer yang memilih ngonten nirmanfaat. Bahkan, banyak yang cenderung ngajakin maksiat. Why? Coz, mereka enggan menjadikan syariat Allah sebagai acuan dalam perbuatan.
Gara-gara islamofobia juga banyak generasi muda yang takut bicara Islam. Takut memihak dan membela agamanya. Bahkan, tak jarang mereka takut dikatakan radikal, teroris, atau fundamentalis. Padahal, julukan-julukan ini emang dibuat oleh musuh-musuh Islam untuk merusak generasi muslim.
Lalu, sekarang gimana dong? Masih boleh enggak nih punya cita-cita jadi YouTuber? Boleh banget kok. Ada tapinya lho ya!
Sebagai seorang pemuda muslim aset emas peradaban Islam kita mesti menjadikan syariat Allah sebagai standar kehidupan. Jika Allah halalkan, kita ambil plus kita share seluas-luasnya. Sebaliknya, jika Allah haramkan, segera kita buang jauh-jauh dan skip deh, enggak usah di-share. Sepakat ya?
Nah, dengan begini nantinya enggak bakalan ada para YouTuber yang share konten nirmanfaat. Semua bakal menjadikan hidupnya fokus untuk membela agama Allah. Fokus pula untuk memajukan bangsa dan agama ini ke arah kebaikan.
Kita berharap bersama akan ada banyak para pemuda yang akan membuat agama mulia ini semakin mulia. Dengan apa? Tentu dengan berbagai hasil karyanya yang memiliki kemanfaatan luar biasa untuk kehidupan dan agamanya. Kira-kira nih, kamukah generasi itu? Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google