Oleh: Sunarti
Assalamualaikum
Sob, bagaimana kabarmu hari ini?
Masyaallah, luar biasa, Alhamdulillah.
Lagi ngapain hari gini, Sob?
Lagi utak-atik sosmed, lagi ngitungin motor lewat, atau lagi ngitungin uban?
Eh, nggak lah ya ... Masih muda dong, masak ubanan.
Eh iya, sorry sorry, Sob.
Btw, kamu usia berapa sih? Tujuh belas, delapan belas apa udah dua puluhan?
Ah gak penting banget nanyain umur. Mending buka-buka Tik tok aja.
Ya penting dong, Sob. Coz kita itu gak tau ya, sampai umur berapa kita hidup itu. Nanti, besok atau lusa, kita juga akan mati.
Jangan ngomongin mati, dong. Ah basi-basi. Aku masih mau hidup seribu tahun lagi. Masa depan cerah, banyak harta, tinggal foya-foya dan mati masuk surga.
Wadidaw, enak bener ngomongnya. Gak papa sih sebenarnya punya cita-cita yang tinggi, hidup enak, tapi kita harus punya bekal, dong. Karena kalau hanya modal berangan-angan, terus foya-foya, ya mana bisa dapetin surga.
Orang tuh kalau mau yang enak, juga ada yang harus disiapkan, Sob. Kita nih ya, hidup ada yang menghidupkan, kita juga ada yang mengaturnya dan kita juga ada yang menjaganya.
Kamu sadar gak sih, kalau sebenarnya kita ini hanya makhluk yang lemah?
Coba deh lihat, rambut alismu, bulu matamu juga. Kamu bisa hitung gak, jumlahnya berapa?
Atau rambutmu, ada berapa helaia coba?
Susah bukan?
Belum lagi ya, Sob, jika kita mengingat kembali beberapa tahun yang lalu. Di hari yang sama, tanggal dan jam yang sama, kita satu tahun yang lalu lagi ngapain ya? Nah, gak ingat kan?
Kalian tahu gak, kalau dalam jantung ini, jantung kita ini lho, ya, jantung, jantung kita itu mengedarkan darah 96.000 kmdan ditempuh hanya dalam waktu 23 detik.
Demikian pula pembuluh darah dalam tubuh kita berkelok-kelok dengan sistem amat rumit memiliki panjang 96.000 km atau 2 ½ kali keliling bumi. Tanpa kemacetan atau saling bertubrukan. Sebuah penciptaan yang sempurna. Klean pada tau gak sih?
Ya tahu dong, sekarang kan canggih untuk mengetahui hal-hal yang semacam itu.
OK, OK, kalau begitu, lanjut ya ...
Kalian tahu ya, Indonesia 3200 km (1/8 keliling bumi), terus diameter Bumi 12.753 km, sementara diameter Matahari 103 kali Diameter BumiJarak Bumi – Pluto 5.5 jam cahaya. Demikian detail dan rinci. Dan masing-masing benda langit ini diatur sedemikian rapi tanpa satu dan yang lain bertabrakan atau berpindah arah. Apa kira-kira itu hanya fenomena alam biasa?
Pastinya tidak kan? Ada kekuasaan yang Maha Tinggi yang mengatur semua itu.
Tubuh kita yang masih hidup, sistem pencernaan, sistem pernapasan dan metabolisme tubuh kita yang lain, berjalan sedemikian rupa tanpa kita menyuruhnya. Ada yang menggerakkan di luar kuasa kita. Pastinya ini juga pertanda ada yang Maha Mengatur dalam tubuh kita.
Intinya ya, Sob, semua yang berjalan dalam kehidupan yang berada di luar kuasa kita dan di luar pengaturan kita, pasti ada yang lebih dalam mengaturnya. Karena kita itu sangat-sangat lemah. Selain itu, kita juga sangat terbatas. Karena itu adalah sifat alami manusia sebagai makhluk Allah SWT. Dan pastinya, kita membutuhkan yang lebih tinggi dan yang lebih Maha Kuasa. Yaitu Allah SWT. yang Maha Mengatur dan Maha Menguasai.
Manusia hanya salah satu makhluk dari milyaran makhluk Allah. Sob, di balik kehidupan kita dan keteraturan alam semesta Allah-lah Yang Maha Tinggi, Maha Mengatur dan Maha Menguasai.
Semua yang terjadi pada manusia, kehidupan dan alam semesta itu, gak mungkin kan terjadi secara kebetulan? Pasti ada tangan-tangan Maha Besar yang mengaturnya. Tidak mungkin jika hanya sebuah hal yang kebetulan. Apalagi semua keteraturan itu sangat -sangat tapi.
Sob, ada firman Allah SWT. yang bunyinya:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beraka."
Nah itu, nah itu, seringkali manusia itu abai dan melupakan Tuhannya. Lalai dan bahkan meninggalkan aturanNya yang sudah sempurna. Sayang kan ya?
Padahal ya, Sob, jika hamba Allah yang namanya manusia, kita nih, kita ... Kita kan manusia ya, yang ada akalnya, untuk bisa hidup itu harus ada izin Allah. Jika Allah tidak izinkan, bukakah kita udah diantar ke makam? Ye kan?
Makanya Sob, kita juga harus ingat dalam firman Allah SWT.:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”
Demikian pula dalam penciptaan alam semesta. Allah juga telah firmankan:
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَٰهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
Apa iya sih, kita itu mau disamakan dengan orang-orang kafir? Ya enggak lah ya ... Masak nggak beriman. Nauzubillah.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Layaknya kita tuh ya merenungkan semua itu. Kita pikirkan benar-benar kejadian-kejadian itu. Baik yang ada dalam tubuh kita, yang ada di alam semesta atau pada makhluk-makhluk Allah yang lain. Pasti kita akan menemukan satu titik yaitu ada yang mencipta dan ada yang mengaturnya. Dialah Wajibbul Wujud, Allah SWT.
Sob, sampai di sini paham ya, jika kita makhluk lemah dan terbatas?
Tapi, Sob, kita yang manusia ini diberikan Allah potensi yang luar biasa lhoh. Yaitu berupa kebutuhan hajat (hidup) dan naluri. Satu lagi, kita diberikan nikmat yaitu berupa akal. Kenapa dikatakan sebuah kenikmatan?
Karena Sob, kita punya akal, sementara makhluk lain tidak diberikan akal.
Gini ya, Sob ...
Manusia diberikan potensi yang sama dengan hewan pada kebutuhan hajat dan naluri. Hewan juga demikian. Diberikan naluri dan kebutuhan hajat. Namun, ada beda antara manusia dengan hewan, yaitu manusia diberikan akal tadi lho ...
Begitu, Sob ...
Manusia itu, Sob, punya yang namanya naluri beragama, naluri kasih sayang dan naluri mempertahankan diri. Nah, tiga naluri ini ketika dipenuhi mustinya tidak dibiarkan berjalan sendiri tanpa bimbingan akal. Begitu ... Makanya, adanya akal itu juga untuk bisa mencerna kebesaran Allah guna menjadi hamba yang beriman. Bukan hamba yang hidup sesukanya.
Tentunya tanpa ada tuntutan, manusia akan berjalan sesuka hatinya. Karena juga sudah banyak yang abai akan semua kebesaran Allah dan semua kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia.
Seharusnya manusia mengingat kebesaranNya dengan cara menghisab atau mengoreksi diri.
Tahu gak, Sob, pada dasarnya dengan naluri beragama manusia bisa menumbuhkan iman yang kuat, karena itu adalah fitrah atau sifat yang sudah diberi dari sono. Dari Allah, gitu lhoh, Sob. Sifat yang sudah bawaan dari Sang Pencipta.
Nah dengan begitu, manusia mengumpulkan bekal ya buat kehidupan kelak di akhirat. Karena dengan memahami hakekat kehidupan tadi, kita juga bisa tahu bahwa kematian itu pasti akan datang. Tak ada yang abadi di dunia ini. Alam semesta pun bisa hancur, jika suatu saat Allah berkehendak.
Sob, kematian itu adalah pembatas kehidupan abadi. Kehidupan di dunia ini hanya fana saja. Kehidupan abadi itu ya kehidupan akhirat kelak. Makanya kita manusia lemah sudah sepantasnya hidup taat pada aturan Allah SWT. saja, bukan pada aturan yang lain.
Sekuat apapun manusia, akan ada batasannya. Ya memang alaminya itu, makhluk ya sifatnya lemah dan juga terbatas. Ketundukan terhadap Yang Maha Tinggi, Maha Mengatur adalah sebuah hal yang mutlak dilakukan. Mumpung kita masih diberikan kesempatan untuk hidup di dunia. Sebelum ajal menjemput dan sebelum benar-benar menyesal karena sudah tidak bisa mbalik hidup di dunia. Benar-benar jaga iman ya, Sob! Agar ketaatan kepada Allah tidak setengah-setengah. Insyaallah. Wallahu alam bisawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google