Oleh: Aminah Natasya
Beberapa waktu lalu viral satu pernyataan dari seorang influencer yang menyatakan tentang pilihan dia untuk tidak memiliki anak atau istilah yang disebut di situ adalah childfree. Pembahasan ini hangat dibicarakan di banyak sosial media. Yup, sang influencer menyatakan bahwa dengan tidak memiliki anak, maka kita akan bisa lebih awet muda, karena kita bisa tidur selama delapan jam setiap hari, tidak stres karena harus mendengar suara anak yang berisik, berteriak, dan jika kita mulai memiliki keriput di wajah, kita punya uang untuk botox wajah.
Pernyataan ini pun gempar di jagat maya. Apalagi pernyataan ini menuai banyak kontra dari netizen terutama kalangan emak-emak. Mereka tidak terima karena pernyataan itu dianggap sebagai pelecehan terhadap mereka yang memilih untuk memiliki anak. Segala bentuk opini dan penyangkalan pun dilontarkan, mulai dari yang lemah lembut memberi pengertian, sampai yang brutal.
Stres, Nggak tuh!
Ngomongin stres karena punya anak, di luar sana sebenarnya banyak juga yang stres karena tidak punya anak. Mereka usaha sana sini, jungkir balik sampai stres agar bisa memiliki anak. Selain permasalahan memiliki anak dan tidak memiliki anak, di dunia ini banyak sekali permasalahan yang bisa membuat stres. Seperti contoh, banyak yang melontarkan argumen, bahwasannya, yang membuat kita awet muda itu bukanlah tidak memiliki anak, melainkan punya banyak uang. Jika kita banyak uang, punya anak banyak juga bukan masalah. Tapi nyatanya, banyak juga orang yang punya banyak uang tapi tetap aja stres.
Jika kita melihat kasus bunuh diri di Korea Selatan, berdasarkan usia, diketahui bahwa remaja, usia 20-an, memiliki jumlah kematian bunuh diri tertinggi, sekitar 56%. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti masalah kesehatan pribadi dan mental, juga faktor ekonomi dan tekanan sosial. Dan perlu diketahui bahwasannya Korea Selatan memiliki sistem belajar yang keras. Mereka kebanyakan mengakhiri hidupnya karena tidak lolos ujian, dan pandangan masyarakat terhadap mereka.
Lalu apakah hal itu akan bisa diatasi dengan schoolfree? Apakah mereka tidak usah pergi ke sekolah agar tidak stres? Kan, nggak. Karena akar permasalahannya bukan di situ. Sama dengan kasus childfree ini tadi. Stres karena punya anak, solusinya bukan tidak punya anak, tapi persiapan mentalnya untuk menerima anak itu tadi. Salah satu ikhtiarnya adalah belajar ilmu parenting. Apalagi kalau ilmu parenting secara Islam. Combo!
Tujuan Punya Anak
Jika tujuannya punya anak diukur dengan materi dunia, maka anak akan terlihat seperti beban yang sangat-sangat menyusahkan. Itu juga alasan mengapa banyak orangtua yang menuntut anaknya ketika besar untuk berbalas budi kepada orangtuanya secara materi. Bahkan beberapa orangtua mengklaim harta anaknya sekian persen agar disetorkan ke orangtuanya. Kalau setoran uangnya kurang, ya, wassalam, auto dicap sebagai anak durhaka. Katanya, sih, karena dulu pas kecil mereka sudah banyak berkorban seperti mengorbankan anggaran untuk membesarkan anak, menyita waktu istirahat mereka, dan semacamnya. Ya, gimana nggak stres kalau orientasinya adalah dunia, dan berharapnya pada manusia pula.
Nah, jika tujuannya adalah akhirat, maka semuanya akan bernilai ibadah. Ada pahala di setiap kesabaran orangtua dalam mendiamkan tangisan anaknya di tengah malam, ada pahala bagi mereka dalam menasehati anak, anak ikhtiar dan doa yang semakin kuat dalam membesarkan mereka dan melindungi anak. Bagi mereka, alih-alih beban, anak adalah anugerah. Itu amanah mulia yang Allah beri. Lelahnya mereka, kurang tidurnya mereka, habisnya harta mereka, bahkan sampai ke keriputnya mereka, itu bukan masalah bagi mereka. Semua itu merupakan bentuk dari jihadnya mereka, terkhusus lagi bagi seorang ibu.
Tentu saja mereka tidak mengatakan bahwa memiliki anak itu tidak berat. Hanya saja lebih ringan karena ada orientasi akhirat di dalamnya. Mereka percaya bahwa anak-anak mereka adalah aset investasi jangka panjang, alias amal jariyah untuk bekal mereka nanti. Karena mereka berharap, anak mereka dapat menolong mereka di akhirat nanti.
“Apabila salah seorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; Sedekah yang terus-menerus mengalir, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim-3084).
Itulah mengapa di luaran sana banyak sekali pasangan suami istri yang berjuang sekuat tenaga agar dapat memiliki anak. Berobat, terapi, konsultasi sana sini, berikhtiar dengan doa, sedekah, amalan-amalan yang besar agar Allah memberi mereka anak.
Jadi, ya, semua hal itu memang tergantung dari cara pandang dan tujuannya. Sebagaimana tadi yang sudah dijabarkan, jika Allah orientasinya, apapun jadi ringan. Rahim yang diberikan oleh Allah kepada wanita adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dan rahim itu ibaratnya fasilitas yang Allah kasih agar menjadi sarana nagi hamba-Nya agar bisa meraup pahala melalui anak. Agree to disagree? (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google