Oleh: Choirin Fitri
Hidup ini berarti. Nyawa yang kita miliki pun enggak berbilang. Cuma satu-satunya. Jika sudah habis jatah hidup, nyawa akan melayang. Enggak mungkin maju. Enggak mungkin pula mundur.
Yuk cek firman Pencipta manusia, Allah Swt. yang berbunyi:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (Surah Al-A'raf:34)
Sob, nyawa yang cuma satu-satunya ini rasa-rasanya enggak asyik banget jika hilang hanya demi eksistensi diri. Kok bisa?
Tengok saja kanan-kirimu! Ada yang gara-gara ingin punya konten viral, dia melompat ke depan truk yang melaju. Alhasil, bukannya truk bisa mengerem dadakan, eh malah nabrak. Otomatis dia enggak selamat. Nyawanya hilang. Meski akhirnya namanya eksis, dia enggak bisa menikmati karena nyawanya telah melayang.
Ada lagi yang nyoba-nyoba bikin konten bunuh diri pakai kain. Aslinya dia enggak ingin mati beneran. Sayangnya, dia terpeleset dan nyawanya otomatis melayang gantung diri. Sekali lagi, dia viral. Sayangnya, enggak bisa menikmati, keburu nyawanya melayang.
Enggak hanya itu masih ada berbagai challenge bikin konten yang membahayakan diri. Mulai dari joget di samping mobil yang berjalan, memakan makanan atau minuman yang berbahaya, membakar diri dengan zat berbahaya, hingga ajakan bunuh diri. Duh, ngeri bin miris banget ya generasi muda saat ini?
Nyawa yang seharusnya dihargai tinggi karena hanya satu-satunya, malah dianggap murah meriah. Tak berharga. Walhasil, demi eksistensi mereka enggak peduli jika nyawa melayang. Astaghfirullah.
Sob, sebagai seorang muslim tentu kita enggak bakal meremehkan nyawa pemberian Allah ini ya? Kematian emang enggak ada S&K-nya harus tua dan sakit-sakitan baru meninggal. Namun, jika Allah berkehendak, kita bakalan mati.
Rasulullah pernah mengingatkan bahwa orang yang cerdas itu orang yang ingat mati. Yuk, direnungi!
Ibnu ‘Umar ra. pernah bertanya kepada Rasulullah saw.:
ﻓَﺄَﻯُّ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺃَﻛْﻴَﺲُ ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻛْﺜَﺮُﻫُﻢْ ﻟِﻠْﻤَﻮْﺕِ ﺫِﻛْﺮًﺍ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻨُﻬُﻢْ ﻟِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺍﺳْﺘِﻌْﺪَﺍﺩًﺍ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺍﻷَﻛْﻴَﺎﺱُ
"Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?’ Beliau saw. bersabda, ‘Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk untuk alam berikutnya. Itulah mereka yang paling cerdas.'" (HR. Ibnu Majah)
Dari sabda Rasulullah saw. ini semestinya kita mampu berpikir bahwa nyawa kita yang hanya satu-satunya ini enggak boleh disia-siakan. Kita musti mempersiapkan diri dengan amal kebaikan agar kelak saat menghadap Sang Pencipta kita enggak bakal merasa rugi. Mengapa? Karena, kita punya bekal amal ketaatan yang bisa meraih rida Allah dan surga-Nya.
Lalu, gimana dong sebagai generasi muda kan suka itu dengan tantangan? Sebenarnya enggak ada masalah suka menantang dan ditantang. Suka berlomba-lomba untuk meraih sesuatu. Yang perlu dicatat adalah bagaimana kontennya, baik atau buruk? Halal atau haram?
Kalau berlomba-lomba eksis dalam kebaikan sih, ayo aja! Bahkan, hal ini diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya di surah Al-Baqarah ayat 148:
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu."
Clear ya! Allah hanya memerintahkan pada kita untuk mengisi kehidupan ini dalam kebaikan. Challenge yang boleh kita ikuti adalah yang enggak membahayakan nyawa. Konten yang kita bikin pun sama, jangan sampai nyawa melayang sia-sia hanya demi konten yang enggak ada kemanfaatannya sama sekali.
Gunakan standar halal haram untuk bikin konten. Jika Allah halalkan, segera bikin dan sebarkan seluas-luasnya. Sebaliknya, jika Allah haramkan, segera skip! Enggak usah dibikin karena enggak bakalan dapat rida-Nya. Oke? (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google