View Full Version
Rabu, 31 May 2023

Kasus Bullying Kian Genting

 

 

Oleh : Fitri Suryani

 

Bullying atau perundungan merupakan budaya buruk yang terus berulang, dari data yang dirilis KPAI, 13 Februari 2023 tercatat kenaikan angka kasus bullying sebanyak 1.138 kasus kekerasan fisik dan psikis yang disebabkan oleh bullying.

Dikutip dari laman resmi Komnas Anak, Indonesia pada tahun 2018 menempati posisi ke 5 dari 78 negara dengan kasus bullying terbanyak. Lebih memprihatinkan lagi, kasus bullying rata-rata terjadi di lingkungan sekolah dan dilakukan oleh murid sekolah dasar (Pikiran-rakyat.com, 28/02/2023).

Hal itu jelas sangat memprihatinkan, apalagi kasus perundungan yang menelan korban jiwa. Sebagaimana belum lamam ini MHD (9), bocah kelas 2 di salah satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar), meninggal dunia akibat dikeroyok oleh kakak kelasnya pada Senin (15/5/2023) (Kompas.com, 20/05/2023).

Kasus perundungan yang dilakukan anak-anak sungguh sangat menyesakkan dada, karena tenyata usia mereka tak sepolos tingkah lakunya. Hal tersebut tentu bukan tanpa sebab, mengingat banyak hal yang memicu timbulnya perilaku tersebut. Adapun penyebab perilaku perundungan tersebut di antaranya: Pertama, minimnya peran orang tua. Peran orang tua saat ini seolah makin terpinggirkan, tak jarang mereka lebih disibukkan oleh pekerjaan, sehingga pedidikan anak diserahkan sepenuhnya di sekolah. Kalau pun diberikan pendidikan dari rumah hanya sekadarnya saja.

Kedua, minimnya kontrol masyarakat. Lingkungan masyarakat merupakan faktor pendukung di mana anak mendapat pendidkan yang telah ia dapatkan dari rumah. Sayangnya, masyarakat saat ini tak sedikit bersikap tak acuh atas kondisi rusaknya pergaulan anak-anak. Pun budaya saling menasehati dalam kebaikan kian terkikis.

Ketiga, rapuhnya peran negara. Negera tentu telah berupaya meminimalisasi kasus perundungan, namun di sisi lain masih banyak celah yang mampu memicu perbuatan tersebut. Tengok saja, begitu banyak media yang menampilkan tontonan yang minim nilai edukasi bahkan merusak moral generasi, baik itu berupa film, game bahkan situs porno. Karena tak dipungkiri apa yang dilihat dan didengar oleh anak seringkali dijadikan tuntunan.

Pun kurikulum pendidikan turut andil dalam mencetak generasi muda. Bagaimana tidak, pendidikan saat ini seakan hanya mencetak generasi yang cerdas secara akademik, namun minim nilai akhlak. Karenanya tak heran banyak anak cerdas, tapi moralnya rusak.  

Dari itu, seyogianya semua elemen bersinergi dalam bahu-membahu meminimalisasi perundungan, bahkan membambat tuntas. Hal itu pun sebagaimana dalam islam yang menempatkan peran orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama di dalam lingkungan keluarga. Orang tua pun tidak hanya sebatas mengajarkan terkait pemahaman islam, tetapi lebih dari itu memberikan teladan yang baik. Karena orang tua merupakan contoh terdekat bagi anak-anaknya.

Selain itu, islam juga memerintahkan kepada manusia untuk saling nasihat-menasihati dalam kebaikan. Sebab manusia bukan nabi, apalagi malaikat yang tak luput dari dosa, terlebih anak-anak yang masih butuh banyak arahan dan bimbingan dari orang dewasa. Dari itu pentingnya budaya amar makruf nahi mungkar di tengah lingkungan masyarakat.

Tak kalah penting peran negara. Negara memegang peran yang tak kalah penting dari peran lingkungan keluarga dan masyarakat, sebab negara memiliki kekuatan hukum dalam membuat dan menerapkan aturan. Olehnya itu dalam islam di antara upaya mengondisikan masyarakat tak terkecuali anak-anak agar senantiasa dalam ketaatan yakni, negara akan meniadakan tayangan yang minim nilai edukasi, apalagi yang merusak moral generasi, terlebih situs porno yang jelas dilarang dalam agama.

Dengan demikian, kondisi saat ini tidak mudah menciptakan anak yang memiliki budi pekeri yang luhur, jika situasi tidak mendukung. Karena itu, sudah sepatutnya umat ini kembali pada aturan yang paripurna yang bersumber dari sang pencipta, sebab yang mengetahui yang terbaik untuk hamba, yakni yang menciptakan manusia, yakni Allah Swt. Wallahu a’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version