Oleh: Aily Natasya
Setuju nggak, sih, attitude yang baik alias perilaku yang baik itu adalah hal yang paling penting dalam membangun personal branding? Katakanlah, gak peduli kita secantik apa pun, sekaya apa pun, sepintar apa pun atau setinggi apa pun status sosial kita, tapi kalau attitude kita jelek, hal-hal yang kita sebutin tadi jadi sia-sia. Dan begitu pun sebaliknya.
Mau semiskin apa pun kita, setidak berilmu apa pun kita, atau bahkan ketika kita tidak memiliki status sosial apa pun, selagi kita punya attitude yang baik, maka orang pun akan senang ke kita. Tapi jangan dijadiin andalan juga. Maksudnya, mentang-mentang attitude-nya sudah baik malah jadi tidak berusaha apa pun dalam hidup. Jadi seperti attitude itu pelengkap seperti lauk pauk nggak bakal enak kalau nggak ada bumbu-bumbunya. Tapi kalau makan bumbunya doang ‘kan kurang okey juga, wkwk.
Nah, tapi sebenarnya, attitude itu apa, sih? Atau yang bagaimana, sih, attitude yang baik itu? Well, attitude atau sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Menurut Nuning Minarsih, attitude itu sangat penting dan sangat mempengaruhi kualitas dari seseorang. Dan attitude yang baik adalah yang sesuai pada tempatnya. Maksudnya, kita paham kapan kita harus bersikap sopan, santai, atau bahkan bercanda pun semua ada tempatnya masing-masing, tidak boleh disamaratakan kondisinya. Itulah yang membuat seseorang dinilai sebagai orang yang memiliki attitude yang tidak hanya baik, namun juga menyenangkan.
Nabi Muhammad adalah manusia dengan attitude terbaik. Beberapa attitude terbaik Rasulullah secara umum seperti, pertama, berbicara yang baik saja. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik atau (jika tidak demikian) hendaklah diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Yang kedua, senyum. Senyum adalah suatu kebajikan dan sama dengan ibadah sedekah. Rasulullah bersabda, “Kamu tidak bisa meratai (memberi semua) manusia dengan harta-hartamu, tetapi hendaklah bermanis muka dan perangai yang baik dari kamu meratai mereka.” (HR. Abu Ya’la). Yang ketiga, suka menolong. Membantu orang yang sedang dalam kesulitan, selama berada dalam garis kebaikan dan takwa.
Rasulullah juga paham bagaimana harus bersikap sesuai dengan kondisi dan tempat. Maka dari itu, yang menyukai nabi bisa dari kalangan muda hingga tua. Nabi tahu kapan beliau harus bersikap seperti pemimpin yang baik, kapan beliau harus bersikap seperti sahabat yang baik, bersikap seperti ayah yang baik, dan suami yang baik. Nabi Muhammad memiliki social skill yang sangat luar biasa sekaligus mulia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21).
Apakah attitude yang baik merupakan hal yang penting? Yup, bahkan sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial kita. Namanya juga manusia, kita ini makhluk sosial. Mau se-introvert apa pun, kehidupan sosial sama sekali tidak bisa lepas dari kita. Itu merupakan salah satu kebutuhan juga. Seperti dalam bekerja, memiliki sikap yang baik akan berpengaruh saat berhubungan dengan sesama karyawan, atasan atau bahkan klien. Sikap yang baik juga mempengaruhi mental seseorang. Jadi intinya, baik buruknya sikap kita adalah salah satu penentu yang juga kuat dalam dunia karir. Karena orang yang tidak egois, menghargai orang lain, dan percaya diri cenderung lebih dipercaya oleh orang lain daripada yang tidak.
Jadi, sudah sebaik apakah attitude kita? Kita bisa evaluasi itu dari bagaimana orang lain merespon kita. Selain meladani Rasulullah, kita juga bisa memperkuatnya dengan belajar dari kesalahan orang lain. Dan jangan berkecil hati jika kita melakukan beberapa kesalahan. Karena selagi kita mau belajar dari kesalahan tersebut maka tidak apa-apa. Justru semua itulah yang akan membuat kita tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang lebih baik lagi. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google