Oleh: Natasya
Tiktok shop resmi ditutup per 4 Oktober 2023. Tapi coba kita telaah salah satu penyebab mengapa pemerintah akhirnya memutuskan menutupnya. Dari bisnis.tempo.co, beberapa waktu terakhir, fenomena artis yang berjualan live TikTok menjadi topik perbincangan hangat di berbagai media sosial Indonesia. Pasalnya, para publik figur ini dinilai merugikan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM karena memiliki basis penggemar yang besar. Akibatnya, para pelanggan memilih belanja di akun artis tersebut dibanding datang langsung ke toko atau membeli di pedagang kecil lainnya.
Banyak penjual yang mengeluh, bahwa setelah para artis ini turut berjualan apa yang mereka jual seperti keperluan sembako, hasil penjualan mereka pun turun. Tidak hanya yang berjualan di live TikTok atau platform online lainnya, tapi hal ini pun berdampak pada hasil penjualan sembako di pasar-pasar atau toko-toko offline.
Mengapa artis-artis ini dianggap sebagai faktor utama dari permasalahan ini. Karena satu, para artis itu sudah memiliki nama dan followers yang banyak, yang mana banyak orang sudah kenal dengan mereka, maka usaha dalam menarik audience untuk nonton live jualan mereka pun lebih mudah. Yang kedua, para artis ini menjual jualan tersebut dengan harga yang sangat-sangat rendah, sehingga siapa pun yang mendapat tawaran harga semurah itu akan tergiur dan cenderung membeli jualan mereka, dan meninggalkan jualan live orang-orang yang memberi harga normal.
Emangnya ngasih diskon itu salah, ya? Nggak sama sekali. Tapi yang salah itu kalau sampai merusak harga. Minyak yang normalnya 20.000 rupiah, dijual jadi 10.000 rupiah. Yang namanya kompetisi dalam berjualan, pastinya para penjual ingin orang-orang membeli jualannya. Sedangkan pembeli, mereka cenderung mencari barang yang sama dengan harga yang lebih murah. Maka tak jarang para pembeli ini melakukan survey terlebih dahulu, dicarinya mana harga yang paling murah, baru, deh, beli. Nah, jika semua penjual berlomba-lomba memurahkan barang dagangan, maka harganya akan rusak. Harga normal 20.000 tapi dijual 10.000, lalu mematok harga dengan lebih murah lagi dan lagi sehingga merusak harga pasar. Dampaknya, akan ada banyak pedangang yang tidak malah mendapatkan untung, tapi malah mendapatkan kerugian.
Inilah masalahnya. Para artis tersebut mungkin tidak akan merasa begitu rugi jika harus menurunkan harganya lebih murah terus-terusan. Karena mereka memiliki sumber uang yang sangat banyak. Bahkan berjualan live semacam itu bukanlah pekerjaan utama mereka, mereka bisa jadi hanya ‘iseng’ melakukan itu. Beda lagi dengan orang-orang kecil yang bukan artis ini. Mereka berjualan murni karena ingin mencari nafkah bagi keluarganya. Jadi mereka tidak kuasa jika harus terus-terusan menurunkan harga. Bahkan dengan harga yang normal pun mereka belum tentu bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, apalagi harus menurunkan harganya.
Apakah dengan ini artis tidak diperbolehkan berjualan live? Bukankah mereka juga punya hak untuk itu? Ya, benar sekali. Mereka memiliki hak untuk itu. Tapi tidakkah mereka berpikir bahwa mereka sudah terlalu serakah?Tidakkah mereka sedikit saja berpikir atas dampak dari yang mereka lakukan? Karena di hidup ini, kita tidak tinggal sendirian. Alih-alih berjualan sembako dan merampas kesempatan rakyat kecil, bukankah mereka dengan harta mereka bisa melakukan hal yang lebih baik dari itu? Kalau dirasa gabut banget sampai harus jualan sembako di live begitu mending bikin usaha brand besar, lalu buka lapangan kerja, bukankah itu namanya win-win solution? Tapi, kan, mereka udah punya brand. Bikin lagi kalau gitu. Indonesia masih kekurangan enterpreneur, kok, dalam meningkatkan perekonomian negara. Banyak yang masih kekurangan lapangan kerja juga. Atau, nggak, ya, uangnya monggo diinvestasikan ke UMKM, agar bisnis mereka pun semakin berkembang. Maksudnya, dengan uang mereka (artis-artis itu) yang banyak itu, mereka bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa orang-orang kecil itu lakukan, karena yang hanya bisa mereka lakukan, ya, berjualan sembako.
“Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048).
Artis-artis tersebut, sekali live omsetnya bisa sampai 16 miliar rupiah. Itu adalah jumlah yang mungkin hanya mimpi bagi sebagian penjual. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Orang-orang biasa itu berjualan live demi memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan artis-artis itu berjualan live karena... gabut aja kayaknya. Sedangk omset sebanyak itu untuk apa? Gaya hiduplah jawabannya. Serakah! (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google