View Full Version
Rabu, 20 Dec 2023

Melihat Palestina, Melihat Islam yang Rahmatan lil Alamin

 

Oleh: Aily Natasya

Dunia sedang dibuat kagum oleh keimanan dan akhlak rakyat Palestina.  Banyak sekali orang yang sebelumnya belum mengenal Islam, mencoba mencari tahu tentang Islam. Dan dalam proses pengenalan tersebut, mereka pun berulangkali dibuat kagum oleh Islam sehingga mereka menjadi seorang muslim. Jumlahnya tidak hanya ratusan melainkan ribuan.

Banyak sekali orang Barat yang masuk Islam—seperti Abbey dan beberapa TikToker—setelah menyaksikan ketabahan para penduduk Gaza. Mereka merasa kagum sekaligus penasaran dengan keyakinan para penduduk Gaza. Mengapa mereka bisa seyakin itu, setabah itu, padahal keluarganya habis lenyap dibombardir oleh Zionis Israel.

Bukankah seringnya manusia akan menyalahkan Tuhan di saat-saat seperti itu? Bukankan itu adalah puncak dari keputusasaan untuk meyakini adanya Tuhan? Ajaran yang seperti apa yang bisa membuat warga Gaza begitu mengindahkan Tuhannya sampai seperti itu? Ajaran apa yang bisa membuat iman sekokoh itu?

Rasa penasaran dan pertanyaan-pertanyaan tersebut akhirnya mengantarkan mereka kepada Islam. Mereka pelajari Al-Qur’an dan Islam, sampai akhirnya mereka sadar bahwa Islam benar-benar agama yang damai. Dan sebelum-sebelumnya pun, banyak yang masuk Islam karena akhlak rakyat Palestina. Salah satunya adalah pemain basket dari Amerika Serikat yang masuk Islam lantaran terinspirasi dari kebaikan dan keramahan rakyat Palestina.

Akhlak para pejuang Palestina

Dalam kode etik perang, menyandera warga sipil adalah boleh. Namun dalam islam, sandera itu harus dimuliakan, tidak boleh diperangi, tidak boleh dianggap sebagai musuh sehingga bisa dianiaya, atau disiksa. Dan fungsi dari sandera-menyandera sendiri adalah untuk dijadikan alat perundingan.

Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dalam perang Khandaq, Rasulullah memperlakukan para tawanan perang dengan sangat manusiawi sehingga dapat meluluhkan hati Shafiyah binti Huyay (yang menjadi salah satu tawanan di perang tersebut) hingga masuk Islam, meninggalkan kampung halamannya, dan tinggal bersama kaum Muslimin.

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah: 109).

Ketika gencatan senjata berlangsung tempo hari, ada puluhan tawanan yang dibebaskan dari pihak Hamas dan militer Israel. Para sandera yang dibebaskan terdiri dari 10 warga Israel dan dua warga negara Thailand para sandera Israel yang dibebaskan mencakup sembilan perempuan dan satu anak-anak. Para sandera Israel yang dibebaskan itu juga terdiri atas beberapa orrang yang berkewarganegaraan ganda, yakni dua warga Israel-Argentina, satu warga Israel-Austria, dan satu warga Israel-Filipina. Sebagai pertukarannya, Dinas Penjara Israel membebaskan sedikitnya 30 tahanan Palestina. Uniknya, tawanan dari kedua belah pihak memiliki reaksi yang berbeda.

Tawanan yang ditawan oleh Hamas, mereka keluar dalam keadaan bersih, sehat, tidak kurang satu apa pun, dan ekspresi wajah mereka pun sumringah. Salah satu buktinya adalah surat romantis wanita Yahudi yang bernama Daniel, berusia 44 tahun, untuk para pejuang Gaza. Wanita ini berterima kasih dan mendoakan hal-hal yang baik untuk para pejuang Gaza karena mereka sudah berperilaku baik kepada anaknya. Antara tawanan dan para pejuang Gaza, mereka berpisah dengan suasana haru. Mereka saling berterima kasih dan saling melambai-lambaikan tangan sambil mengucapkan selamat tinggal.

Sedangkan tawanan yang ditawan oleh militer Israel, mereka keluar dengan luka-luka di badan mereka seperti jari-jarinya patah, terlihat sangat kurus, serta tertekan. Banyak dari sanderaan Israel tersebut yang harus menjalankan perawatan, diperban, dan diobati setelah keluar dari penjara Israel.

Seorang wanita yang disandera oleh Israel mengungkapkan bahwa mereka dipaksa tidur di atas lantai, tanpa kasur, hampir tidak ada makanan dan minum, tidak ada toilet, para wanita dipukuli dalam keadaan telanjang, tidak ada bantuan medis, dan delapan orang dipaksa untuk tidur di sel yang kecil.

Tawanan lainnya, Mohammed Nazzal, yang menjadi sanderaan Zionis Israel mengungkapkan bagaimana dia diperlakukan sebagai sandera Israel. Mereka memukulinya, mematahkan lengannya, mematahkan jari-jarinya, membiarkan dia kelaparan, tidak ada perawatan medis, memukulinya dengan batang logam. Ada juga anak yang disanderai Israel telah kehilangan setengah tengkoraknya. Sandera anak-anak dianiaya di penjara-penjara Israel. Ketika para tawanan itu meminta minum, mereka memberinya botol bir alih-alih air putih. Mereka bahkan kembali menangkap sanderaan yang baru setelah membebaskan tawanan-tawanan sebelumnya.

Tawanan Hamas adalah bukti nyata dari kemuliaan akhlak para pejuang di Gaza, bahwa Hamas bukanlah teroris. Bagaimana bisa sikap seorang teroris bisa selembut itu? Dan tawanan militer Israel juga adalah bukti dari kejam dan jahatnya mereka terhadap manusia-manusia yang bukan lawannya.

Akhlak dan keimanan rakyat Palestina

Selain dari orang-orang yang belum mengenal Islam dan menjadi kenal dengan Islam karena akhlak mereka, orang-orang yang sudah berislam pun merasakan dampak dari keimanan dan akhlak mereka. Keimanan dan akhlak mereka berhasil menggugah hati muslim dunia yang sebelumnya kehilangan identitas mereka sebagai seorang muslim.

Mereka yang sebelumnya belum sempurna dalam memposisikan dirinya sebagai seorang muslim, kini mereka mulai sadar dan berbenah. Tentu saja, karena selama ini, muslim dunia pikiran dan hati mereka sudah banyak dipengaruhi oleh kesibukan duniawi dan segala standarnya, sehingga mereka lupa bahkan tersesat. Mereka sudah lupa atau bahkan belum pernah tahu, bagaimana harusnya menjadi seorang muslim yang baik.

Kisah mengharukan dari seorang anak remaja yang berumur 16 tahun di Palestina yang wafat karena terkena reruntuhan bangunan rumahnya. Ketika sedang dievakuasi, tim yang mengevakuasi menemukan secarik kertas di dalam kantong anak tersebut yang bertuliskan tentang dosa-dosa apa saja yang sudah ia lakukan selama seminggu.

Daftar dosanya antara lain seperti, “Hari senin: Aku tertidur tanpa wudlu”, “Hari Selasa: Aku banyak tertawa terbahak-bahak”, “Rabu, aku tidak sholat tepat waktu”, “Khamis, aku memasukkan gol sewaktu main bola dan aku merasa sombong”, “Jum’at, aku hanya mampu bersholawat untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebanyak 700 kali”, “Sabtu, aku lupa dzikir pagi”.

Catatan kecil anak berumur 16 tahun ini berhasil membuat orang muslim yang membacanya tertampar. Banyak dari kita yang menganggap semua dosa yang dicatat oleh anak ini adalah dosa kecil yang diremehkan. Saking remehnya sehingga kita tetap melakukannya berkali-kali. Namun Allah berhasil menyadarkan kita melalui anak remaja dan catatan kecilnya.

Akhlak dan keimanan orang-orang muslim Palestina, di saat seluruh keluarga mereka meninggal dunia akibat serangan Zionis Israel, yang pertama kali keluar dari mulut mereka bukanlah kalimat kutukan melainkan kalimat pujian kepada Allah. Mereka bersyukur berkali-kali karena keluarga mereka ditakdirkan syahid. Anak-anak mereka yang tetap masih bisa tersenyum di tengah-tengah keadaan hidup dan mati. Anak-anak mereka yang mengucapkan kalimat-kalimat pujian kepada Allah di setiap saat. Anak-anak mereka yang sangat mengenal Tuhannya. Anak-anak mereka yang paham akan tanggung jawabnya sebagai seorang hamba Allah.

Rakyat Palestina, mereka adalah contoh identitas Islam yang sesungguhnya. Mereka ribuan kali berhasil membuktikan pada dunia bahwa Islam itu indah, penuh perdamaian, dan rahmat bagi seluruh alam. Mereka adalah contoh figur muslim yang seharusnya. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version