Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Syaikh Ridhwan bin Ahmad al-‘Awadhi dalam makalahnya tentang merayakan tahun baru masehi menyebutkan bahwa para ulama salaf dan kholaf telah sepakat bahwa haram seorang muslim ikut serta dalam ritual ibadah agama orang kafir dalam kondisi apapun. Turut bergembira dengan datangnya hari besar agama di luar Islam juga dilarang.
Bentuk lain turut bergembira dan berpesta merayakan tahun baru Masehi bereng-bareng orang kafir berarti ikut merayakan ajaran agama batil mereka. Bagi muslim diharamkan ikut-ikutan dan tasyabbuh (menyerupakan diri) dengan mereka.
Berpesta dan merayakan malam pergantian tahun masehi adalah sebuah kemungkaaran. Setiap muslim tidak boleh ikut-ikutan memeriahkan malam tersebut.
Ada sepuluh sebab seorang muslim haram ikut merayakan dan memeriahkan malam tahun baru:
Pertama, dalam perayaan ini terdapat tasyabbuh dan membebek kepada keyakinan kaum penyembah salib. Konsekuensinya, mereka yang diikuti lebih mulia daripada yang mengikutinya. Tidak boleh seorang muslim melakukan ini karena Allah telah lebihkan dan muliakan mereka atas seluruh pemeluk agama lain.
Kedua, ikut merayakan pesta tahun baru memperbanyak jumlah manusia yang menghidupkan syi’ar keagamaan penyembahan salib. Tidak diragukan lagi, meriahnya tahun baru di negeri-negeri kaum muslimin karena turunnya mereka dalam kegembiraan tahun baru.
Ketiga, ikut merayakan tahun baru menampakkan kecintaan kepada orang-orang kafir atas hari besar mereka. Ini diharamkan atas kaum muslimin sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَأنوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَأنهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.” (QS. AL-Mujadilah: 21)
Rasa cinta ini terlihat dalam ucapan selamat tahun baru, hadir di perayaan tahun baru, dan bergembira bersama mereka.
Keempat, dalam perayaan ini terlihat seorang muslim membebek kepada kafir sehingga mereka terlihat lebih mulia daripada umat Islam.
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran:
Kelima, ikut merayakan tahun baru memperlihatkan kesempurnaan dan hebatnya orang kafir dalam semua lini kehidupan.
Keenam, dalam perayaan tahun ini nampak lemahnya dan ambigunya umat Islam di hadapan orang-orang kafir sehingga mereka ikut memeriahkan moment perayaan lahirnya anak Allah (dalam keyakinan mereka) dan turut serta dalam maksiat dan kemungkaran.
Ketujuh, merayakan tahun baru sebagai bentuk menjilat kepada orang-orang kafir dan berusaha mencari simpati dan ridha mereka. Ini akan menambah rasa percaya diri dan kekuatan mereka atas Islam dan kaum muslimin.
Kedelapan, dalam perayaan tahun baru Masehi ada usaha mennghancurkan pondasi Islam; yaitu cinta karena dan benci karena Allah. Ikut serta dalam perayaan ini menunjukkan kecintaan kepada orang-orang yang Allah murkai.
Kesembilan, dalam perayaan ini ada kebid’ahan yang diciptakan manusia tentang Allah dan ketuhanan tanpa dasar syariat. Kalaupun perayaan ini direkayasa sendiri umat Islam saja sudah haram dirayakan, apalagi direkayasa oleh orang-orang kafir dan menjadi hari kebanggaan mereka.
Kesepuluh, dalam perayaan tahun baru ada pengakuan terhadap kebenaran agama Nasrani; diikuti dengan berbagai kebatilan dan kedustaan yang diperbuat pemeluknya. Ini bahaya besar dalam kaca mata Islam. Karena tidak ada agama yang hak dan benar yg membawa pemeluknya kepada keselamatan kecuali Islam.
Allah Subahanahu wa Ta'ala berfirman,
إن الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran 19)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)
Siapa muslim yang menyimpang dari keyakinan ini maka ia telah kafir setelah ditegakkan hujjah dan dijelaskan kebenaran kepadanya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]