Oleh: Aily Natasya
Film 172 Days merupakan film religi yang sedang populer saat ini. Sebelum dijadikan film, 172 Days lebih dulu ditulis dalam bentuk novel. Penulisnya adalah Nadzira Shafa, istri dari mendiang Ameer Azzikra. Novel ini bercerita tentang kisah singkat asmara keduanya.
Sayang, film ini menuai banyak kontroversi setelah penayangannya. Banyak pelanggaran syariat yang mangandung unsur mendekati zina. Puncaknya adalah di adegan ranjang yang ditampilkan.
Karena film ini terkategori sebagai film islami, beberapa penonton jadi mempermasalahkan adegan tersebut karena dianggap tidak pantas. Selain itu, karena kedua tokoh yang memerankan peran suami istri bukanlah suami istri yang sebenarnya. Itulah kenapa film ini dianggap jauh dari kesan islami sebagaimana yang diklaimkan.
Adegan ranjang yang diumbar
Dari Abi Said Al-Khudhri ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk tempat bagi manusia pada hari kiamat di sisi Allah adalah seorang yang berhubungan dengan istrinya kemudian menyiarkan rahasia itu.” (HR. Muslim).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada kepada orang laki-laki beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (TQS. An-Nur: 30-31)
Imam Ibn Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan: “Ini adalah perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada hambaNya yang beriman agar menundukkan pandangan mereka dari apa-apa yang diharamkan atas mereka.”
Jika terkait suami istri yang di agama sudah sah hubungannya saja diharamkan, apalagi yang tidak memiliki hubungan suami istri. Jika menceritakannya saja haram, apalagi diumbar dengan visual yang sama sekali jelas. Jika yang menonton saja haram, apalagi yang memerankannya. Film yang katanya film religi ini jadi terkesan seperti ‘film biru’.
Padahal bisa dibayangkan target penonton dari film ini itu siapa. Bisa jadi ada orang yang sangat bagus keislamannya, sangat taat, tidak pernah menonton hal-hal haram semacam itu jadi ternodai akibat klaim film islami yang aslinya jauh dari kata islami ini. Karena nyatanya memang begitu, banyak sekali tokoh pendakwah Islam yang turut mempromosikan film ini hanya karena ini film ‘islami’.
Belum lagi usia penonton. Disebutkan target usia 13 tahun ke atas. Bayangkan ABG 13 tahun menonton film yang tidak layak tonton untuk mereka. Apa tidak malah terbayang sepulangnya ke rumah dan malah membawa mudharat? Benarkah niat membuat film islami dalam hal ini bisa tercapai?
Alternatif yang lebih sesuai
Sebelum ini, banyak sekali pasangan sah suami istri yang pernah memainkan peran suami istri bersama-sama di film mereka. Adegannya pun tidak ekstrim seperti harus menampilkan adegan di kamar atau bahkan hubungan intim. Yang penting pesan yang ingin disampaikan tersampaikan tanpa harus melanggar syariat.
Karena jika benar mau berdakwah lewat film, maka lakukan dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Islam. Karena jika dakwah kita baik, maka pahala jariyahlah yang akan mengalir. Sebaliknya, jika dakwahnya keluar dari syariat Islam, maka dosa jariyahlah yang akan mengalir. Jangan dicampur antara yang benar dan salah dan membingungkan umat. Jadi, sebaiknya lebih berhati-hati. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google