Oleh: Aily Natasya
Kalian pasti tidak asing dengan kalimat dalam bahasa Inggris ini, “People come and go.” Yup, maknanya berarti semua orang datang dan pergi. Datang dan pergi, adalah sesuatu yang alami. Kita sendiri pun, tidak hanya mengalami, tapi bisa jadi yang melakukannya. Tidak hanya merasakan kedatangan dan kepergian orang lain, namun kita juga mungkin pernah datang dan pergi dari kehidupan orang lain.
Ada beberapa orang yang sudah mengalami fenomena ini sejak ia masih kecil sekali, ada juga yang baru ketika ia dewasa. Untuk waktunya bisa kapan saja. Tapi yang jelas, fenomena ini, bisa kita katakan bahwa semua orang mengalami atau pun akan mengalaminya.
People come and go, seseorang yang kita sayangi, yang setiap hari berbincang dengan kita, seperti ibu, ayah, saudara, kakek, nenek, teman, suami atau istri, tiba-tiba tiba pergi. Kehadiran mereka terlalu menyenangkan sampai-sampai kita lupa bahwa mereka adalah sesuatu yang sementara, bisa pergi kapan saja. Lalu, kepergian mereka tiba-tiba mendatangkan suatu perasaan yang sulit untuk didefinisikan karena datangnya bersamaan dan saling bersahutan. Rasa rindu, lalu sedih, sebal, kosong, dan kesepian.
People boleh come and go, tapi Allah akan tetap stay. Bahkan ketika iman kita yang come and go, Allah tetap stay, berusaha menyadarkan kita untuk terus kembali padaNya dengan caraNya.
Pernah ngerasa nggak, kalau kadang, di saat kita terlena atas berbagai macam kenikmatan dunia sampai lupa pada akhirat dan Allah, terus tiba-tiba ada aja yang bikin kita sedih setelahnya. Entah itu tiba-tiba sumber kesenangan tersebut pergi, atau pun menyakiti kita. Itu adalah salah satu teguran dariNya bahwa kita sudah terlalu jauh dan lupa kepadaNya.
Allah nyuruh kita kembali mengingatNya. Namun seringnya kita, alih-alih langsung ingat dan kembali, tapi malah tantrum dulu ke Allah dengan menyampaikan kalimat-kalimat semacam, “Kenapa aku harus mengalami ini, Ya Allah?” “Kenapa Allah gini ke aku? Allah nggak sayang aku.”
Coba kalau kita balik, bagaimana Allah ketika kita lupa sama Dia? Bagaimana Allah ketika kita melakukan banyak sekali dosa bahkan bergantung pada dosa-dosa itu? Memang, Allah tidak akan mendapatkan kerugian apa pun atas sikap cuek kita ke Allah. Sama sekali nggak. Cuman, saking sayangnya Allah ke kita, Allah peduli. Allah tahu kalau kita yang akan rugi habis-habisan kalau sampai terus-terusan menjauhkan diri dari Allah.
Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah sementara. Kecuali Allah, tak ada yang bisa kita harapkan keabadiannya.
“Demi terangnya waktu siang. Dan demi malam tatkala sunyi senyap. Tuhanmu tidak meninggalkanmu, dan tidak benci denganmu. Dan sesungguhnya yang akhir itu lebih baik bagimu daripada permulaan.” (QS. Ad-Dhuha: 1-4)
Allah juga berfirman, “Jika seorang hamba mendekatiKu sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekatiKu satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangiKu dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari)
Jadi jangan berlama-lama sedihnya. Ingatlah, bahwa Allah adalah satu-satunya yang akan selalu ada di sisi kita. Allah tak akan menjauh, yang ada malah kita yang menjauhkan diri dari Allah. Allah tidak akan lupa, yang ada malah kita yang melupakan Allah.
Lantas kesimpulannya? Kesimpulannya tentu saja, people come and go itu wajar, atau bahkan sudah menjadi hukum dari alam. Maka dari itu, janganlah terlalu menggantungkan hidup dan kebahagiaan kita kepada orang lain. Nanti bisa kecewa berat, sedih berat. Siapa pun atau apa pun yang akan datang, pastikan hati kita hanya bergantung ke Allah.
Jadi, jika mereka yang tadinya datang itu lalu pergi, hati kita nggak sampai kosong, tapi longgar aja. Karena ada Allah, dan Allah nggak akan pergi. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google