View Full Version
Senin, 13 May 2024

Auranya Maghrib Banget, Body Shamming Gak sih?

 

Oleh: Aily Natasya

Pernah dengar ungkapan ‘Aura maghrib’, nggak? Ungkapan yang biasa dilontarkan kepada orang-orang yang memiliki kulit yang tan atau gelap. Yang mana, ungkapan tersebut merupakan bentuk ejekan bagi orang yang dituju. Tak hanya berhenti di situ, bagi yang kulitnya lebih hitam, diejeknya bukan lagi pakai ‘aura maghrib’, tapi ‘aura tahajjud’.

Ya, walau ada yang dengan bangga menggunakan ungkapan ini untuk memuji dirinya, bahwa dia bangga dengan kulitnya, tapi yang sedang mau kita bahas di sini adalah tentang orang-orang yang menggunakan konotasi tersebut ke hal yang negatif seperti body shamming terhadap orang lain.

Lagi-lagi tentang fisik. Jika dipikir-pikir, orang selalu punya cara baru, istilah baru, dan ungkapan baru demi mengejek fisik seseorang secara halus. Padahal, mau sehalus apa pun ungkapan tersebut dibuat, ejekan tetaplah ejekan. Dan orang yang mendapatkan ejekan tersebut berhak sakit hati. Orang yang awalnya tidak merasa buruk dengan tampilan fisiknya, kemudian jadi merasa malu dan buruk karena orang yang mengejeknya.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita (yang mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Hujurat: 11)

Selain menjadi ungkapan ejekan, sadarkah kita bahwa kita juga sedang membuat buruk citra tahajjud yang aslinya adalah mulia? Tahajjud itu salah satu bentuk kasih sayang Allah ke hamba-hambaNya, loh. Di waktu tahajjud itulah Allah datang langsung ke langit dunia demi melihat dan mendengar hambaNya beribadah dan berdoa. Eh, ini orang-orang malah membuat kata ‘tahajjud’ menjadi trauma bagi sebagian orang, bahkan dijadikan kata dengan konotasi yang negatif.  Duh, ulah oknum-oknum yang tidak memiliki rasa tanggung jawab selalu saja begini.

“Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Alllah berfirman, ‘Barangsiapa yang berdoa kepadaKu, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepadaKu, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepadaKu, niscaya Aku ampuni.’” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 1808).

Jadi udah ya, jangan diterus-terusin atau pun dilestarikan ungkapan-ungkapan yang menjurus pada body shamming semacam itu. Karena seriusan deh, yang sedang kita olok-olok itu ciptaan Allah. Apa nggak malu, udahlah mengejek ciptaan Allah, ngejeknya pakai ibadah yang paling dimuliakan oleh Allah pula. Na’udzubillah.

Padahal Allah sudah menciptakan semua manusia itu beragam. Nggak ada yang jelek. Hanya mulut kita saja yang jelek. Ciptaan Allah itu sempurna. Yang cacat dan jelek itu cuman akhlak kita. Saking buruknya akhlak kita, kesempurnaan ciptaan Allah itu tak terlihat oleh kita. Astaghfirullah.

Jangan bawa-bawa bercanda terkait hal ini, karena sudah basi. Jangan lagi membela diri dengan mengatakan bahwa orang-orang aja yang mudah terbawa perasaan, padahal kita yang tidak memiliki adab. Nggak semua hal bisa dibercandain. Semua ada batasnya. Apalagi sebenarnya itu memang bukan lagi candaan, tapi memang penghinaan terhadap fisik. So, yuk, sebelum berbicara, komen, dipikir-pikir lagi. Apakah komenan kita ini bermutu atau tidak, apakah komenan kita bisa menzalimi orang atau tidak. Tidak mudah tentunya, tapi bukan berarti tidak bisa. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version