Oleh: Aily Natasya
Terkesan manis namun sebenarnya membahayakan. Belakangan ini banyak wanita yang angkat bicara mengenai teror yang mereka dapatkan dari laki-laki yang terobsesi pada mereka. Perasaan suka yang berlebihan, sampai harus mengganggu bahkan membahayakan wanita yang menjadi korban obsesi ini.
Apa pun yang berlebihan memiliki dampak yang tidak sehat. Obsesi dalam mencintai seseorang dapat melukai diri sendiri dan orang yang kita suka. Rasa cemburu yang berlebihan, mengatur tindakan dan perilakunya atau posesif, dan lain-lain.
Namun di dalam kasus ini, wanita-wanita ini diganggu oleh orang-orang yang tidak mereka sukai. Perasaan suka dari laki-laki tersebut tidak terbalaskan alias bertepuk sebelah tangan. Sehingga, mereka diteror dengan cara-cara yang buruk, tidak senonoh, bahkan mengerikan seperti si wanita ini dikirimi video-video porno setiap hari, dimasukkan ke dalam grup-grup porno di sosial media. Intinya setiap hari itu ada saja ulah sang pria agar dapat mengganggu hari-hari wanita yang menjadi korban obsesinya ini. Tak peduli seberapa banyak akun sosial media yang wanita ini block, sang pria yang terobsesi dengannya ini akan terus membuat akun sosial media yang baru dan menerornya terus-menerus. Gangguan-gangguan dan teror-teror tersebut sangat bisa berlangsung lama bahkan seumur hidup si perempuan.
Dalam Islam, tentu saja jatuh cinta itu fitrahnya manusia. Tapi bagaimana pengaplikasiannya, itu yang akan menentukan dosa atau tidaknya manusia tersebut. Obsesi tidak termasuk dalam fitrah manusia, karena dalam ilmu Psikologi pun, obsesi itu termasuk dalam jenis penyakit. Bedanya jatuh cinta dengan obsesi adalah di bagian bagaimana orang tersebut mengekspresikan rasa cintanya.
Orang yang jatuh cinta cenderung akan melindungi dan melakukan apa pun yang disukai oleh orang yang ia sukai, dan menghindari perilaku-perilaku atau hal-hal yang tidak disukai atau yang bisa mengganggu orang yang ia sukai. Sedangkan obsesi, dia tidak peduli akan hal yang baik atau buruk bagi orang yang ia incar. Dia hanya peduli tentang bagaimana bisa mendapatkan dan mengendalikan orang yang ia incar. Entah itu mau merugikan orang tersebut, atau bahkan dirinya sendiri pun dia tidak peduli.
Sebelum rasa cinta itu menjadi obsesi, kita pasrahkan perasaan kita pada Allah. Jika sudah terobsesi, maka cepat sadar bahwa hal ini bisa membunuh kita. Sibukkan diri kita dengan hal-hal yang bermanfaat, yang khususnya bisa mendekatkan diri kita kepada Allah. Karena perilaku obsesi ini berkaitan dengan pola pikir, maka jernihkan pikiran kita. Jika tidak bisa menyelesaikannya sendiri, maka jangan enggan untuk meminta bantuan pada profesional.
Untuk orang-orang yang di sekitarnya pun, jangan pernah abaikan orang yang memiliki perasaan obsesi semacam ini—jika ada teman atau orang terdekat kita yang mengalaminya. Karena seringkali perasaan obsesi kepada orang atau sesuatu itu pemicunya adalah karena rasa kesepian di dalam hidupnya. Dia merasa tidak ada orang yang mau bergaul dengannya, dia merasa tidak layak dicintai, dan lain sebagainya. Sehingga efeknya adalah jika ada satu saja orang yang menganggap keberadaannya, walau itu tindakan kecil seperti memberi senyuman kepadanya, dia tidak akan melepaskan orang tersebut, alias menjadi obsesi baginya. Karena baginya, orang yang memberinya senyuman itu adalah orang yang benar-benar ia butuhkan. Jika tidak ada orang itu, dia tidak akan bisa melanjutkan hidup. Maka dari itu, entah apa pun resikonya, entah dia atau orang itu yang tersiksa, dia akan berbuat segala hal untuk tidak melepaskan dia dari hidupnya. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google