Oleh: Aily Natasya
Generasi Z atau biasa kita sebut dengan Gen-Z adalah anak-anak yang lahir pada tahun 1997 sampai 2012. Pada tahun 2023 sampai dengan 2024 saat ini, keluhan tentang kualitas generasi ini semakin lama semakin banyak dan cenderung negatif. Dan tentu saja yang mengeluhkan hal ini adalah generasi sebelumnya seperti generasi Boomers, X, Y, sampai Milenial. Namun yang memuji pemikiran kreatif dan inovasi mereka, para Gen-Z ini juga banyak.
Generasi sebelum Z banyak sekali yang merasa bahwa generasi ini terlalu manja dan bermental strawberry, atau dengan kata lain, sangat lembek. Sedikit-sedikit pergi ke psikolog, padahal cobaan hidupnya tidak seberapa. Sedikit-sedikit resign dari pekerjaan hanya karena pekerjaan yang sedikit banyak mengganggu aktifitas pribadi mereka. Kalau cari pekerjaan sangat pemilih, maunya yang enak, mudah, tapi pendapatan tinggi. Belum lagi masalah adab dan perilaku mereka yang kurang baik terhadap atasan atau orang yang lebih tua dari mereka, dan banyak lagi keluhan lainnya.
Dari semua permasalahan di atas, sadarkah kita bahwa setiap generasi juga memiliki permasalahannya masing-masing. Terutama terkait sikap dan perilaku. Di setiap generasi, selalu ada orang-orang yang seperti itu. Hanya saja, memang, sumber informasinya tidak sekencang sekarang. Di generasi dulu, kalau ada anak yang bermasalah, keluhannya paling hanya sampai satu perusahaan. Namun, di era digital saat ini, masalah kecil saja bisa dibesar-besarkan dan satu Indonesia bisa ikut merasakan keluhannya.
Generasi selanjutnya adalah hasil dari generasi sebelumnya
Gen-Z adalah generasi yang paling mudah terpapar soal berbagai macam informasi. Dalam sehari saja, mereka bisa dengan mudah mendapatkan berbagai macam informasi seperti kemanusiaan, mental health, isu lingkungan, berita politik, kesehatan, perang dunia, konspirasi, dunia selebriti yang glamour, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan generasi terdahulu yang hanya dipengaruhi oleh beberapa informasi sehingga gangguan pada fokus hidupnya tidak terlalu banyak.
Pada kasus Gen-Z, mereka mau masuk ke dunia kerja saja sudah memikirkan tentang gaji dan nilai perusahaan, apakah sepadan dengan kemampuan dan juga usaha mereka atau tidak. Belum lagi soal kesehatan mental yang perlu mereka perhatikan juga. Apakah pekerjaan mereka nanti akan mengganggu kesehatan mental mereka atau tidak. Itu baru sebagian.
Ada banyak sekali informasi yang membuat Gen-Z mempertimbangkan banyak hal. Hal inilah yang membuat orang-orang mengira bahwa Gen-Z sangatlah rewel dan banyak maunya. Ditambah lagi dengan pikiran mereka yang kreatif dan inovatif membuat mereka lebih suka bekerja secara cerdas daripada keras. Itu juga yang membuat orang mengira bahwa generasi ini sangatlah malas dan tidak mau bekerja keras.
Selain itu, jika ingin mengeluh soal kualitas Gen-Z yang buruk, maka jangan lupa untuk mengkritik generasi sebelumnya yang memiliki andil utama dalam membesarkan mereka. Karena tidak hanya faktor luar saja yang membuat mereka tumbuh menjadi seperti yang orang-orang keluhkan. Justru faktor yang paling kuat adalah faktor dari luar, yakni orang tua dan keluarganya.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Keluarga adalah amanah. Jika semua kepala keluarga, anggota keluarga dan pemerintah mengemban amanah ini dengan baik, generasi yang buruk itu tidak akan ada. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google