Oleh: Aily Natasya
Lagu kolaborasi Rose Blackpink dan Bruno Mars yang berjudul APT memenuhi tangga teratas di hampir seluruh chart platform musik. Sejak lagu ini pertama kali dirilis, efeknya secara langsung heboh di seluruh platform sosial media. Semua orang tergila-gila dengan lagu yang memang sangat-sangat easy listening dan candu. Bahkan orang-orang yang tidak kenal dengan penyanyinya siapa, atau bahkan nggak pernah streaming secara langsung lagunya saja langsung tercandu-candu, menjadi ear worm bagi hampir semua orang.
Namun, bersamaan dengan popularitasnya, lagu dan kolaborasi antara Rose Blackpink dan Bruno Mars ini menjadi kontroversial secara pendidikan, sosial, hingga politik. Tidak hanya lagunya yang menjadi kontroversi, namun pencipta lagu dan penyanyinya juga menuai banyak sekali kontroversi sehingga beberapa kali lagu ini, penciptanya, mau pun penyanyinya harus diboikot dan di-blacklist dari daftar pemutaran. Apa sajakah kontroversi tersebut?
Yang pertama, APT masuk ke dalam daftar lagu yang dilarang diputar jelang siswa SMA Korea Selatan mengikuti tes masuk Universitas (Ujian Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi), atau kalau di Indonesia, tuh, kayak SBMPTN gitu. Kenapa kok dilarang sepanjang ujian tersebut berlangsung? Apa hubungannya? Musik dan lirik lagu APT dinilai sangat catchy dan candu sehingga dikhawatirkan lagu tersebut mengganggu konsentrasi para siswa dalam belajar dan mengerjakan ujian mendatang.
Yang kedua, Malaysia juga melarang pemutaran lagu APT ini karena liriknya dinilai terlalu terang-terangan mengajak gaya hidup yang tidak sehat dan normalisasi budaya Barat yang bebas, yang tentu saja bertentangan dengan moral dan budaya orang-orang Malaysia yang masih erat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
Lalu yang ketiga, orang-orang mempermasalahkan Bruno Mars, sang penyanyi yang merupakan seorang Zionis dan secara terang-terangan mengaku bahwa dia mendukung Zionis. Lalu ada Omer Fedi, salah satu pencipta dari lagu ini adalah gitaris asal Israel. Dia asli orang Israel, dia lahir di Tel Aviv, Israel. Mengetahui ini, orang-orang pun berbondong-bondong memboikot lagu ini. Namun, yang acuh dan tetap mendengarkannya pun lebih banyak. Sudah ramai yang menyuarakan pemboikotan lagu ini, namun tetap saja lagu ini masih terus menghiasi konten-konten di seluruh platform sosial media, tak terkecuali Indonesia.
Hingga detik ini, korban di Palestina sudah tembus 40.000 orang lebih, dan masih terus bertambah setiap harinya, karena Zionis Israel sama sekali belum menyerah soal membersihkan etnis Palestina. Bayi-bayi masih dibom, anak-anak masih kelapan, orang tua, perempuan masih ada yang dianiaya dan diperkosa... Lalu bisa-bisanya kita acuh dengan gerakan sekecil apa pun untuk menyokong mereka dalam menghadapi kedzaliman Zionis Israel. Semenggiyurkan itu, kah, dunia, sehingga kita lupa di belahan dunia sana ada yang justru sengsara?
Setiap hari, warga Palestina mengemis meminta-minta donasi ke seluruh dunia lewat video-viceo mereka di sosial media akibat keadaan sulit yang diciptakan oleh para Zionis Israel. Semuanya serba terbatas. Makanan, tepat tinggal, obat-obatan, pendidikan, hidup mereka jauh dari kata normal dan layak. Muka-muka lelah dan tak berdaya itu muncul setiap hari di beranda. Jadi bagaimana bisa, kita, malah justru bersenang-senang, acuh, akan penderitaan mereka?
Membela warga Palestina itu bukan karena kita kasihan dengan mereka. Tapi lebih ke bagaimana tanggung jawab kita nanti di hadapan Allah. Malu aja gitu. Warga Palestina, walau keadaan mereka yang demikian, mereka adalah hamba-hamba yang mulia. Mereka menderita, namun hidup dengan mulia. Berbeda dengan kita yang cinta dunia. Tidak mendengarkan satu lagu itu saja membuat kita kesal. Na’udzubillah.
Memboikot hal-hal kecil itu, termasuk memboikot lagu ini dan penyanyinya memanglah hal yang kecil. Namun setidaknya, kita tidak memalukan diri sendiri di hadapan Allah karena acuh terhadap saudara kita. Setidaknya, kita bisa sedikit saja membela diri kita bahwa kita berdiri bersama saudara-saudara kita di Palestina ketika mereka masih menderita, walau dengan tindakan-tindakan yang sangat kecil. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google