Oleh: Aily Natasya
Hai, ladies. Masih adakah dari kalian cewek-cewek yang masih suka tantrum sembarangan? Raise your hand! Ngaku, deh. Apalagi kalau lagi PMS, beuh, dijadikanlah alasan dan pembenaran biar ketantrumannya dimaklumin.
Ladies, gini, ya. Kita, tuh, harus tahu bahwa di dunia ini itu nggak cuman tentang kita aja. Coba, deh, posisikan diri kita sebagai orang yang ditantrumin. Kita sendiri, kalau ada orang lain marah-marah nggak jelas ke kita juga sebel, kan? Semengerti-mengertinya kita kalau orang itu ada masalah hidup atau mungkin hormon karena PMS, tetap aja kita sebal. Semua orang itu punya masalah hidupnya masing-masing dan nggak cuman kita doang sebenarnya yang pengin tantrum. Mereka juga. Cuman mereka ternyata lebih punya etika dan empati aja daripada kita.
Let’s say kita memang punya hormon yang bikin mood kita tantrum. But, girls, kita dibekali oleh Allah akal untuk mengontrol tindak laku kita. Itu ujian juga buat kita, loh. Itu yang dinamakan dengan kecerdasan emosional. Kalau semua orang bisa dengan mudahnya diterima ‘ketantrumannya’, pasti tiap detik pasti ada aja yang tantrum karena ada banyak hal yang bisa bikin kita bad mood selain masalah hormon aja. Ada masalah keluarga, masalah pekerjaan, kuliah, dan lain-lain. Semua orang punya masalahnya masing-masing yang bisa memancing emosi mereka. Jadi, jangan merasa paling berhak buat marah dan selalu ingin dimengerti, ya, ladies.
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
‘Tapi marahnya ke teman terdekat doang, kok,’ ‘ke pasangan doang, kok,’ ya... maksudnya emang mereka bukan manusia? Emangnya mereka nggak punya perasaan kok jadi sampah emosionalnya kita? Mereka sebenarnya juga pengin banget tantrum tapi ya masak tantrum bareng-bareng. Nggak dong.
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya, dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali akan memperburuknya.” (HR. Muslim)
Paling sering, sih, pasangan kita jadi pelampiasan amarah kita. Bukan hanya soal hormon. Ada lebih banyak lagi faktor serius lainnya seperti, rasa insecure karena tidak percaya pada suami jadi bawaannya su’udzon mulu ke suami, nuduh yang nggak-nggak pula. Padahal istri itu seharusnya menjadi penyejuk bagi suami. Laki-laki, kalau udah nggak dapat ketenangan dari istrinya, bisa melakukan hal-hal yang dapat membuatnya lalai dengan tanggung jawabnya sebagai seorang suami demi mendapatkan ketenangan di tempat lain seperti contoh nongkrong dengan teman-temannya sampai tak kenal waktu, mantengin HP terus, dan lain sebagainya. Tidak selalu tentang mencari wanita lain juga.
Dan bisa juga karena si istri terlalu sering tantrum, suami jadi takut untuk berkomunikasi karena dirasa apa saja yang dia lakukan itu selalu disalahkan dan tidak yakin akan berhasil dengan jalur komunikasi baik-baik. Suatu hubungan tanpa komunikasi, apalagi ini urusannya sudah soal rumah tangga, hanya akan terus mendatangkan ketidaknyamanan bagi kedua belah pihak. Dan jika sudah tidak adanya kenyamanan dalam rumah tangga maka, kita tahu sendiri arahnya akan ke mana ini nanti.
Setan itu paling merasa superior kalau soal berhasil membuat rumah tangga orang berantakan, bahkan sampai cerai. Jadi kita harus waspada, ya. Apalagi kalau akar masalahnya hanya soal mood swing karena menstruasi. Duh, jangan, deh.
Ingat lagi, bahwa di dunia ini nggak cuman kita yang punya masalah. Dan latihan agar bisa cerdas mengontrol emosi itu sangat mustahil untuk dipelajari. Nggak apa-apa pelan-pelan aja. Yang penting udah mau usaha, ya. Semangat, ladies. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)