Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَاءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"Apakah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, takut kepada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Rabb-nya—sama dengan orang yang tidak demikian? Katakanlah: 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?'." (QS. Al-Zumar: 9)
_______________________________________
Ilmu yang tidak melahirkan sujud… bukanlah ilmu.
Pemahaman yang tidak menumbuhkan ketundukan… bukanlah pemahaman.
Jika bacaanmu tidak menambah harap dan takut kepada Allah… berarti engkau masih berhenti pada huruf-huruf lahiriah, dan belum disentuh oleh cahaya makna.
Berapa banyak orang yang membaca (Al-Qur’an) justru semakin tersesat,
dan berapa banyak penuntut ilmu yang tak mampu sekali saja tunduk sujud kepada Allah.
Barang siapa dihidupkan oleh ilmu kedokteran, maka ia akan sujud kepada Dzat yang menciptakan kehidupan.
Barang siapa melihat dengan ilmu falak (astronomi), maka ia akan sujud kepada Dzat yang menggantungkan bintang-bintang.
Barang siapa menguasai ilmu teknik dan rekayasa, maka ia akan sujud kepada Dzat yang menetapkan ukuran dan mengatur segalanya.
Semakin besar pengharapanmu, semakin panjang sujudmu.
Semakin benar rasa takutmu, semakin benar pula ketundukanmu.
Ilmu itu bukanlah sekadar apa yang tertulis di antara baris-baris kitab,
tetapi ilmu adalah apa yang melahirkan rasa takut (khusyu’) di dalam dada. [PurWD/islamway/voaislam.com]