View Full Version
Rabu, 06 Jan 2010

Komik Baru AS Ungkap Sejarah Pembantaian Gaza

WASHINGTON (SuaraMedia News) – Sebuah buku komik yang menceritakan mengenai pembantaian massal para penduduk Palestina di Rafah dan Khan Younis di tangan Israel, mencoba menggali kembali sebuah kisah perjuangan bangsa Palestina yang telah lama terpendam.

“Buku itu mengisahkan mengenai orang-orang yang dihantam cobaan secara terus menerus,” kata Joe Sacco, seorang komikus dan jurnalis AS, mengenai buku terbarunya yang diber judul “Footnotes in Gaza” (Catatan kaki di Gaza) kepada Reuters.

Komik tersebut, yang diterbitkan di AS pada hari Selasa (5/1), menitikberatkan pada hari-hari di tahun 1956, ketika ratusan orang warga sipil Palestina menjadi sasaran kebiadaban dan pembantaian para serdadu Zionis.

Ketika Sacco dan tim penelitinya berusaha untuk menggali informasi mengenai pembantaian tesebut, mereka terperanjat karena hampir tidak ada sumber yang tertulis dalam bahasa Inggris.

Untuk mencari fakta yang sesungguhnya, jurnalis berusia 49 tahun tersebut dua kali pergi ke Gaza, antara bulan November 2002 dan Maret 2003, untuk melakukan wawancara langsung dengan warga Palestina yang menjadi saksi hidup dari peristiwa biadab tersebut.

Komik setebal 400 halaman tersebut berisikan gambaran detail dalam guratan tinta hitam putih mengenai hari-hari berdarah yang terjadi lebih dari setengah abad yang lampau.

Pada tanggal 3 November 1956, Israel melakukan invasi ke Mesir dan menjajah kota Khan Younis di Jalur Gaza, dan kota Rafah yang ada di dekatnya.

Pasukan Israel memberondong para penduduk kota-kota tersebut dan secara terbuka menembaki para penduduk di jalanan dan rumah-rumah mereka.

Data yang dirilis PBB menunjukkan bahwa ada sekitar 400 orang Palestina yang nyawanya terenggut dalam peristiwa berdarah tersebut. 275 orang di Khan Younis, dan 111 orang lagi di Rafah.

Sacco yakin jika kebenaran mengenai pembantaian yang tertuang di dalam bukunya juga merupakan kisah sehari-hari warga Palestina saat ini. “Ini bukan sebuah kejadian terpisah,” kata Sacco. “Ini adalah sebuah kisah dan catatan kaki dari sebuah perang yang terlupakan,” tulis Sacco pada halaman pembuka bukunya.

Penulis pemenang penghargaan yang tersohor di dunia internasional melalui novel bergambar pada tahun 1966, yang juga mengangkat tema Palestina, tidak setuju dengan pendapat sebagian orang yang ingin agar isi bukunya mengambil fokus mengenai penderitaan yang dialami rakyat Palestina saat ini.

“Orang-orang terlalu berfokus pada apa yang tengah terjadi saat ini,” katanya dalam sebuah wawancara.

“Ketika saya tumbuh dewasa, ada banyak pemberitaan mengenai Palestina yang muncul di televisi, namun isinya selalu saja tentang pembajakan, pengeboman dan dihubung-hubungkan dengan terorisme,” kata Sacco.

“Hanya ada sedikit uraian sejarah yang pasti, khususnya yang membicarakan mengenai belahan bumi yang ini (Palestina).”

Pasukan Israel menyeberangi Jalur Gaza dan gurun Sinai dengan tujuan utama untuk menyerang para pejuang fedayeen yang didukung Mesir. Pada saat itulah pembantaian terjadi.

Melalui karyanya, Sacco berusaha menekankan bahwa apa yang terjadi saat ini di Palesina bukanlah hal yang baru. Penyiksaan, pengeboman, eksekusi mati dan pembantaian juga pernah terjadi pada tahun 1956.

Sacco berharap bahwa novel bergambar karyanya, yang telah mendapatkan sambutan hangat, akan mendorong orang lain untuk mencari tahu mengenai kisah-kisah yang samar-samar dalam sejarah kawasan tersebut.

Proyek Sacco berikutnya adalah sebuah majalah mengenai para imigran Afrika yang berusaha memasuki Eropa. Setelah majalah tersebut terbit, dia berencana rehat sejenak dari aktivitasnya.

“Saya ingin menjauh dari jurnalisme untuk sesaat dan mengerjakan hal yang berbeda, mungkin menulis cerita fiksi.”

Footnotes in Gaza dipublikasikan oleh penerbit Metropolitan Books, sebuah penerbit yang berada di bawah naungan Macmillan. (dn/io/ay) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version