View Full Version
Kamis, 07 Jan 2010

Yahudi Yaman Tolak Rayuan Barat Untuk Pindah Ke Israel

Komunitas Yahudi di Yaman menolak untuk meninggalkan negaranya dan menuju Israel, karena negara zionis tersebut mungkin terancam perang. (SuaraMedia News)

SANA’A (SuaraMedia News) – Kaum Yahudi di Yaman memilih untuk
tetap tinggal di negara Yaman yang miskin daripada pindah ke Israel di
tengah spekulasi bahwa mungkin akan terjadi perang akbar di negara
zionis tersebut.

Seorang pejabat di Yayasan Kongres Yahudi Dunia, Moshe Nahum, mengatakan bahwa mereka telah berusaha keras selama tiga dekade terakhir mencoba meyakinkan kaum Yahudi Yaman untuk pindah ke Israel.

Ia mengatakan bahwa yayasannya bahwa telah mengirim tim dari New York dan London dan menjanjikan sejumlah uang dan keuntungan lainnya untuk membujuk komunitas kecil itu bermigrasi.

“Namun mereka takut kehilangan apa yang mereka miliki,” ujar Nahum dalam sebuah wawancara dengan harian Israel, Yediot Ahronot.

Yaman memiliki sebuah komunitas kecil Yahudi yang terdiri atas 200-300 orang yang kebanyakan tinggal di ibukota Sana’a, sementara lusinan lainnya telah memilih untuk masuk Islam.

Serangan habis-habisan yang didukung oleh AS dan Saudi diluncurkan terhadap negara Arab itu, sebagian besar mentarget wilayah utara di mana para pemberontak Houthi Syiah menjadi target utama dari serangan reguler pesawat tempur dalam perang Yaman - Saudi.

Di bulan Desember, AS bergabung dengan Sana’a menggempur wilayah selatan untuk menyingkirkan apa yang diklaim Washington sebagai sel Al Qaeda yang beroperasi di Semenanjung Arab.

Pejabat dan saksi mata setempat mengatakan banyak warga sipil yang terbunuh dalam operasi yang dikonfirmasi oleh media AS dilakukan langsung oleh militer AS.

Pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mendeskripsikan keamanan di Yaman sebagai sebuah ancaman bagi stabilitas regional dan global, mengatakan bahwa Washington sedang bekerjasama dengan sekutu-sekutunya untuk memutuskan cara terbaik dalam menangani persoalan itu.

Clinton mengatakan bahwa pemerintah Yaman harus bertindak untuk mengembalikan stabilitas atau berisiko kehilangan dukungan dari Barat.

Terkait perang melawan Houthi, Al Salem terletak dekat dengan Saada di Yaman utara, yang merupakan markas besar pemberontak Houthi

Pertempuran antara Houthi dan tentara Yaman telah berlangsung sejak tahun 2004 dan membuat 150.000 orang, termasuk seluruh komunitas Yahudi di Al Salem melarikan diri.

“Kami hanya berjumlah sembilan keluarga ketika datang ke sini dan kini kami berkembang menjadi 14 keluarga,” ujar Rabi Yahya Yussed Mousa, pemimpin komunitas Yahudi di Al Salem.”

“Sekarang jumlah kami 70 orang karena adanya pernikahan dan kelahiran,” ujar Habbub Salem, sepupu rabi.

“Kami hidup dengan tenang di antara sekitar 4000 Muslim,” kenang Rabi Mousa.

“Namun, keadaan menjadi buruk di bulan April 2007 ketika kami menerima surat ancaman dari para pemberontak Syiah (Houthi) yang menginginkan kami untuk pergi.”

“Tiga hari kemudian sejumlah pria bersenjata datang pada malam hari dan meminta kami meninggalkan rumah tanpa membawa apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan. Kami kembali ke Saada dan mereka menghancurkan rumah-rumah kami dan perpustakaan yang menyimpan beberapa kitab Taurat yang berharga,” ujarnya.

Slogan utama kaum pemberontak adalah, “Kematian bagi Amerika, kematian bagi Israel, dan rasa malu bagi Yahudi.”

“Kami tidak akan meninggalkan negara kami.”

Setelah diterima oleh pemerintah provinsi, kaum Yahudi Al Salem diangkut dengan helikopter ke Sana’a. Sejak saat itu mereka tinggal di bawah penjagaan ketat yang disediakan oleh pemerintah. (rin/pv/yn) www.suaramedia.com



latestnews

View Full Version