KABUL (SuaraMedia News) – Penggunaan serangan pesawat tanpa awak atau drone di Pakistan adalah sebuah bagian efektif dari strategi AS dan harus dilanjutkan, demikian kata Senator Repulikan John McCain pada hari Kamis.
Komentar McCain tersebut dilontarkan setelah Al-Qaeda dilaporkan mengklaim bahwa serangan terhadap pangkalan militer AS di sebelah timur Afghanistan yang menewaskan tujuh agen CIA dilakukan untuk membalas serangan drone yang telah menewaskan sejumlah warga sipil.
“Serangan pesawat tanpa awak merupakan bagian dari taktik keseluruhan dan strategi untuk meraih kemenangan, dan pengunaan drone adalah hal yang sangat efektif,” kata McCain kepada para wartawan dalam sebuah perjalanan singkat ke Afghanistan.
Pesawat Predator tanpa awak dipergunakan untuk mengumpulkan informasi dan melancarkan serangan terhadap di wilayah perbatasan Afghanistan dan Pakistan, yang diyakini menjadi basis dari para pemimpin kelompok-kelompok Al Qaeda dan Taliban.
“Serangan drone telah mampu membuat Al-Qaeda dan kelompok-kelompok lainnya kehilangan keseimbangan, dan hal itu berhasil dengan baik. Kami menjalin kerja sama yang lebih erat dengan pemerintah Afghanistan dan juga pemerintah Pakistan untuk memastikan bahwa operasi-operasi yang kami lakukan menjadi lebih efisien dan tidak terlalu membahayakan populasi masyarakat sipil,” kata McCain.
“Saya rasa hal itu (serangan drone) harus dilanjutkan. Hal tersebut merupakan komponen yang penting dalam strategi kami secara keseluruhan, dan kami berhasil dalam melakukan operasi-operasi semacam itu.”
Kelompok pelacak yang berbasis di AS, SITE, melaporkan bahwa Al-Qaeda telah mengklaim pengeboman di pangkalan garis depan Chapman, di dekat perbatasan Pakistan di provinsi Khost, merupakan aksi balas dendam atas kematian para anggota kelompok serta warga sipil dalam serangan pesawat tanpa awak AS.
Seorang warga Yordania yang diidentifikasi bernama Humam Khalil Abu Mulal al-Balawi, yang konon merupakan agen yang bekerja untuk tiga pihak, melakukan aksi pengledakan di pangkalan tersebut pada tanggal 30 Desember lalu. Serangan tersebut merupakan serangan yang paling mematikan terhadap CIA sejak tahun 1983.
Pimpinan Al-Qaeda di Afghanistan, Mustafa Abu al-Yazid, mengatakan bahwa sang pengebom menuliskan keinginannya. Disebutkan bahwa aksi tersebut adalah “pembalasan terhadap para martir pemberani kami”.
Pernyataan Al-Qaeda tersebut dilontarkan setelah sebuah serangan pesawat tanpa awak AS dikabarkan telah menewaskan 11 orang di wilayah Pakistan yang berdekatan dengan perbatasan Afghanistan pada hari Rabu lalu.
Serangan pesawat mata-mata tanpa awak AS meningkat frekuensinya tahun lalu. Washington berkeinginan untuk membumihanguskan sarang-sarang gerilyawan, sementara para gerilyawan bersumpah untuk melakukan serangan balasan yang setimpal, terutama karena pesawat tanpa awak AS terus memangsa korban sipil.
Serangan pesawat tanpa awak oleh CIA diluncurkan pada Desember 2009 setelah mendapatkan izin dari Gedung Putih.
Mengutip ucapan sejumlah sumber, The Times mengatakan bahwa ijin untuk mengembangkan penggunaan pesawat tanpa awak CIA di wilayah suku Pakistan tersebut diungkapkan pada pekan yang bertepatan dengan pengumuman Presiden Barack Obama mengenai pengiriman 30.000 orang pasukan tambahan di medan tempur Afghanistan.
Washington juga telah berbicara dengan para pejabat Pakistan mengenai penggunaan pesawat mata-mata tanpa awak untuk melakukan serangan di Baluchistan, sebuah kawasan luas yang berada di daerah suku yang berbatasan dengan Afghanisan dan Iran. The Times menambahkan bahwa para pemimpin Taliban diyakini tengah berada di kawasan tersebut.
Militer AS tidak mengkonfirmasikan serangan pesawat tanpa awak tersebut, yang menurut keterangan sejumlah pejabat AS, telah menewaskan sejumlah pucuk pimpinan gerilyawan, namun Islamabad menentang pengiriman pesawat tanpa awak tersebut dan menyatakannya sebagai pelanggaran kedaulatan negara. (dn/dn/sm) www.suaramedia.com