KABUL (SuaraMedia News) – Para penduduk di wilayah selatan Afghanistan mengklaim bahwa pasukan pemerintah Afghanistan dan NATO telah menghabisi 13 orang pengunjuk rasa. Hal tersebut terjadi setelah sekelompok massa turun ke jala guna memprotes penistaan terhadap kitab suci Al-Qur’an.
Para penduduk distrik Garmsir dari provinsi Helmand pada hari Selasa (12/1) mengatakan bahwa pasukan NATO menyerbu sebuah rumah di kawasan tersebut pada hari Minggu lalu dan memusnahkan salinan kitab suci Al-Qur’an yang ada di dalam sebuah masjid.
Haji Abdul Manan, salah satu pengunjuk rasa, mengatakan kepada kantor berita Jerman, DPA: “Orang-orang keluar dari kediaman mereka hari ini untk memprotes tindakan pasukan asing. Kami melakukan aksi damai, namun pasukan (pemerintah) Afghanistan dan pasukan asing menembaki kami.”
Ia menambahkan bahwa ada 20 orang lainnya yang mengalami luka-luka akibat penembakan tersebut.
Habibullah Jan, seorang pengunjuk rasa lainnya, mengatakan: “Kami memiliki bukti bahwa mereka telah memusnahkan kitab suci Al-Qur’an kami. Kami bisa menunjukkannya kepada pemerintah (Presiden Hamid) Karzai atau pasukan asing.”
Seorang petugas keamanan di provinsi tersebut mengatakan bahwa ada enam orang yang tewas dalam penembaka tersebut, namun mereka mengatakan bahwa mereka tengah melakukan penyelidikan untuk memastikan identitas orang-orang tersebut, apakah penduduk sipil atau geriyawan Taliban.
Akan tetapi, Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO membantah tudingan tersebut, mereka mengatakan bahwa pasukan Afghanistan dengan didukung oleh pasukan koalisi asing memang telah melakukan operasi di wilayah tersebut pada hari Minggu, namun tidak satupun tembakan yang dilakukan dan tidak ada orang yang ditangkap.
“Pasukan gabungan melindungi kehormatan para penduduk sipil yang tidak bersalah dalam operasi tersebut,” demikian bunyi pernyataan ISAF.
ISAF menambahkan bahwa ada seorang personel militer Afghanistan yang tertembak dalam unjuk raswa hari Selasa tersebut. ISAF mengatakan, “Para anggota keamanan ISAF telah mengidentifikasi penembak pemberontak tersebut, kami telah membunuhnya. Tidak ada lagi korban luka atau tembakan yang dikeluarkan.”
Mayor Jenderal Michael Regner, juru bicara ISAF, mengatakan: “Sebagai mitra dari rakyat Afghanistan, kami akan menyelidiki tudingan tersebut secara menyeluruh untuk mendapatkan fakta-fakta.”
Ratusan orang menggelar unjuk rasa menentang pasukan AS pada tahun lalu. Hal tersebut dilakukan setelah muncul klaim yang menyebutkan bahwa pasukan AS telah melakukan penistaan terhadap Al-Qur’an di provinsi pusat Wardak pada bulan Oktober lalu.
Para demonstran damai itu menuduh pasukan NATO telah menistakan Al Qur’an dan menyerukan pada pemerintah untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab atas aksi tersebut.
Penduduk setempat mengatakan bahwa para tentara asing tersebut menodai Al Qur’an di propinsi Wardak, 35 km sebelah barat kota Kabul.
Insiden serupa terjadi bulan Februari tahun lalu. Ratusan pengunjuk rasa mengalami bentrok dengan polisi di wilayah selatan Afghanistan di tengah klaim bahwa pasukan internasional menembaki sebuah Masjid dan merobek-robek sejumlah kitab suci Al Qur’an.
Para pasukan Afghanistan maupun AS membantah tudingan tersebut, mereka justru balik mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari “propaganda Taliban” untuk membakar amarah publik terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Saat ini, ada lebih dari 110.000 orang pasukan internasional yang berada di negara tersebut. Dari jumlah itu, 68.000 diantaranya adalah pasukan AS.
Sebagai bagian dari eskalasi militer untuk membalikkan keadaan terhadap para pejuang Taliban, pemerintah AS telah merencanakan pengiriman 30.000 orang pasukan tambahan pada musim panas mendatang. LIHAT VIDEO (dn/aljz) www.suaramedia.com