KABUL (SuaraMedia News) - Kedutaan Besar AS di Kabul memberi peringatan kepada pihak-pihak yang berwenang AS bahwa pada bulan November mendatang Presiden Hamid Karzai “bukan lagi rekan strategis yang dapat diandalkan” dan “akan berlanjut dengan meninggalkan tanggung-jawab atas beban luar negeri”. Demikian bunyi sebuah telegram rahasia. Dengan bocornya pesan tersebut, semakin kasat mata besarnya resiko yang muncul akibat pengiriman pasukan tambahan Afghanistan.
Duta Besar Karl W. Eikenberry telah mengirimkan dua buah telegram. Dalam hitungan beberapa hari saja sejak pengirimannya, telegram tersebut sudah menjadi santapan publik. Telegram yang bocor itu lantas menjadi bahan perdebatan di Gedung Putih. Semakin meruncinglah perbedaan antara para diplomat dan para pejabat militer senior yang mendukung pengiriman 30.000 pasukan tambahan ke Afghanistan.
Harian The New York Times adalah pihak yang memperoleh telegram-telegram itu secara penuh. Telegram-telegram tersebut menunjukkan untuk pertama kalinya betapa kuatnya perasaan sang duta besar tentang kepemimpinan pemerintah Afghanistan, keadaan militer negara tersebut, dan kemungkinan bahwa pembentukan pasukan akan melemahkan upaya perang. Pelemahan itu sendiri akan terjadi ketika pemerintahan Karzai menjadi sangat bergantung kepada AS.
Eikenberry mengirim sebuah telegram berisi empat halaman dan sebuah telegram berisi tiga halaman. Telegram-telegram tersebut menunjukkan penyangkalan terhadap strategi kontrainsurgensi yang ditawarkan oleh jenderal Stanley A. McChrystal. McCrystal adalah komandan AS sekaligus komandan NATO kelas atas. Ia berpendapat bahwa pengiriman pasukan secara gencar ke suatu negara adalah hal yang penting guna mencegah timbulnya kesalahan di negara tersebut.
Eikenberry sendiri adalah pensiunan letnan jenderal yang pernah menjadi komandan kelas atas di Afghanistan. Eikenberry berulang-kali memperingatkan bahwa pengiriman pasukan AS dalam jumlah besar dapat menimbulkan “biaya astronomis” yang mencapai milyaran dollar. Dus, hal itu akan memperparah ketergantungan pemerintah Afghanistan terhadap AS.
“Mengirimkan pasukan tambahan akan menunda munculnya hari dimana orang-orang Afghanistan melakukan pengambil-alihan. Serta, akan mempersulit – jika bukan memustahilkan – untuk membawa pulang orang-orang kita secara tepat waktu.” Demikian tulis Eikenberry apda tanggal 6 November lalu. “Meningkatnya peran AS dan peran asing di dalam keamanan serta pemerintahan akan meningkatkan ketergantungan Afghanistan, sertidaknya dalam jangka pendek.”
Sejak saat itu, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, Eikenberry memberi pernyataan di dalam acara-acara dengar pendapat bahwa kepeduliannya berhubungan dengan pengiriman pasukan di AS. Eikenberry juga menyatakan bahwa ia mendukung rencana penambahan pasukan.
Namun, tidak dijelaskan perubahan apa yang akan terjadi sehubungan dengan pernyataan tentang Presiden Karzai sebagai rekan yang dapat diandalkan. Pernyataan Eikenberry yang cukup keras bisa saja meningkatkan ketegangan antara sang duta besar AS dan sang presiden Afghanistan. Lebih-lebih, para pemimpin dunia akan menagadakan pertemuan di London guna membahas rencana Afghanistan untuk mereintegrasi para pejuang Taliban. Di saat yang sama, pemerintah AS sedang beruapya untuk memperbaiki hubungan dengan Karzai.
Seorang pejabat AS memberikan sebuah salinan telegram Eikenberry kepada The New York Times atas permintaan seorang wartawannya. Pejabat tersebut mengatakan bahwa ia memerlukan catatan historis bahwa pernyataan Eikenberry akan dibuat untuk umum.
Pada tanggal 6 November, Eikenberry menulis, “Presiden Karzai bukanlah seorang rekan strategis yang memadai. Strategi kontrainsurgensi yang ditawarkan mengasumsikan bahwa seorang pemimpin Afghanistan mampu melaksanakan tanggung-jawab sekaligus melaksanakan kedaulatan seiring dengan sasaran kita – sebuah Afghanistan yang aman, damai, dan secara minimal mampu memenuhi kebutuhan sendiri dalam menghadapi kelompok teroris transnasional.“
“Namun Karzai terus meninggalkan tangung-jawab atas segala beban luar negeri, baik pertahanan,pemerintahan, maupun pembangunan. Ia dan sebagian besar orang-orang di sekitarnya tidak ingin AS pergi dan hanya merasa senang melihat kita berinvestasi lebih jauh.”
“Mereka berasumsi bahwa kita mengincar wilayah mereka untuk “perang melawan teror” yang tak berkesudahan dan untuk basis militer dalam menghadapi kekuatan-kuatan di sekitarnya.”
Eikenberry menyatakan lebih lanjut, ”Diluar karzai, tak ada kelas penguasa yang memberikan identitas nasional yang luas, yang melebihi afiliasi lokal dan memberikan kerjasama yang dapat diandalkan.”
Eikenberry mengirimkan telegram kedua pada tanggal 9 November. Kali ini,ia menyatakan, “Dalam sebuah wawancara PBS pada tanggal 7 November, Karzai menyatakan peringatan yang aneh tentang kesediannya untuk menangani pemerintahan dan korupsi. Ini sejalan dengan catatannya yang menunjukkan ketiadaan tindakan atau keluhan dalam hal ini.”
Pada hari Senin (25/01), Eikenberry menolak berkomentar tentang telegram-telegram tersebut dan padangannya tentang Karzai. Penolakan tersebut disampaikan oleh juru bicara kedutaan besar, Caitlin M. Hayden. Hayden menyatakan lewat surat elektronik, “Kami berpegang pada apa yang kami berikan selama prose tinjauan, yang membawa kita kepada strategi jelas yang sedang kita laksanakan, yang didukung oleh duta besar secara tegas.”
Dalam memonya, Eikenberry memunculkan sebuah keprihatainan. Ia menyatakan bahwa ia memiliki keraguan serius tentang kemampuan militer dan polisi Afghanistan dalam menangani tugas-tugas keamanan di negara itu hingga tahun 2013. “Pelepasan jabatan militer yang tinggi dan rendahnya tingkat rekruitmen untuk Pashtun di utara adalah hal yang melemahkan,” tulis Eikenberry. “Untuk menyiapkan pasukan apda tingkat saat ini saja memerlukan puluhan ribu dari rekruitmen baru setiap tahun guna menggantikan orang yang melepaskan jabatan dan korban perang.”
Eikenberry, yang melepas jabatan militernya demi menjadi utusan Obama pada bulan April lalu, juga mengeluh tentang tidak adanya organisasi sipil yang setara dengan NATO di Aghanistan. Hampir tiga bulan sesudah itu,ia masih menyatakan keprihatinan tentang kurangnya pakar sipil di Afghanistan.
Eikenberry juga menyatakan kekhawatirannya bahwa keberhasilan kebijakan Obama bergantung kepada kemampuan tentara Pakistan mengeliminasi tempat persembunyian kaum militan. Tempat persembunyian tersebut terletak di daerah pegunungan di dekat perbatasan Afghanistan.
“Pakistan tetap akan menjadi sumber tunggal terbesar bagi instabilitas Afghanistan selama persembunyian di perbatasan itu tetap ada.” kata Eikenberry. “Sampai masalah persembunyian ini dibereskan secara penuh, hasil dari penambahan pasukan ini mungkin hanya akan sekilas lalu.”
“Seiring dengan tindakan kita memperbesar keberadaan kita di Afghanistan, jawaban yang lebih baik bagi kesulitan kita dapat dikaitkan dengan keterlibatan kita di Pakistan.”
Dalam kesempatan itu, Eikenberry sekali lagi memberi peringatan tentang pengiriman tentara AS yang tidak disertai dengan studi lebih lanjut. Ia menegaskan bahwa Gedung Putih semestinya menunjukk sebuah panel bipartisan yang terdiri atas “pakar sipil dan militer untuk meneliti strategi Afgahistan-Pakistan” serta memberi saran pada akhir tahun 2009. Saran tersebut tidak dilaksanakan oleh Gedung Putih.
Eikenberry menyarankan untuk mengirim sejumlah kecil angkatan bersenjata guna melatih tentara Afghanistan dan mengamankan sejumlah pusat populasi. Eikenberry juga menyarankan untuk memperbanyak jumlah pasukan dalam membantu Afghanistan mencapai sejumlah tujuan,seperti misalnya mengambil tanggung-jawab penuh atas pertahanan nasional pada tanggal yang telah ditentukan.
Berbeda dengan Jenderal McChrystal yang mengunggulkan ide untuk mengirim pasukan dalam jumlah besar, Eikenberry menyimpulkan bahwa “kita akan semakin dalam tengelam di sini tanpa ada cara untuk meloloskan diri, sama halnya dengan membiarkan sebuah negara untuk terjebak lagi ke dalam ketiadaan hukum dan kekacauan.” (es/nyt) www.suaramedia.com