View Full Version
Senin, 01 Feb 2010

Kesaksian Tentara Wanita Israel Atas Penyiksaan Di Palestina

TEPI BARAT (SuaraMedia News) – “Seorang kombatan wanita harus lebih membuktikan diri.  Kombatan wanita yang dapat menyerang dengan membabi buta dianggap sebagai pejuang yang serius. Berkemampuan.  Ada satu wanita yang bersamaku ketika aku tiba di sana, dia telah berada di sana jauh sebelum aku, dia – wow, semua orang membicarakan keberanian yang dia miliki, karena dia dapat mempermalukan orang-orang Arab itu tanpa ragu.”

Itu adalah kata-kata dari seorang anggota kelompok Israel “Breaking the Silence”. Beberapa prajurit wanita Israel memberikan kesaksian, tanpa mengungkapkan identitas mereka demi alasan keamanan, tentang perilaku abusif para tentara, pria dan wanita, terhadap rakyat Palestina.

Beberapa dari kesaksian itu fokus pada “upaya ekstra” yang dibutuhkan oleh prajurit wanita untuk diakui dan diterima oleh rekan-rekan prianya.

Salah satu prajurit mengatakan bahwa ia telah mempermalukan rakyat Palestina di barikade jalan, membentak dan bahkan memukuli mereka, untuk memenuhi ekspektasi itu.

Prajurit lain mengatakan bahwa ia melihat rekannya sesama prajurit wanita mempermalukan warga Palestina “dengan cara yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata,” menambahkan bahwa “Anda harus melihatnya sendiri untuk mempercayai bagaimana ia berperilaku, bagaimana ia mempermalukan warga Palestina tanpa  peduli pada apa pun.”

“Semua orang melakukan itu,” ujarnya. “Prajurit dan perwira, tidak ada yang keberatan.”

Prajurit wanita lainnya mengatakan bahwa mereka (prajurit-prajurit wanita) harus memukuli orang-orang Palestina, tua dan muda, dan memperlakukan mereka dengan buruk, terlepas dari usia maupun gendernya.

Ia mengatakan bahwa ketika polisi perbatasan menangkap seorang pekerja Palestina di Israel tanpa ijin, mereka bernyanyi penuh kemenangan dan kemudian memukuli dan menendanginya. Terkadang, para prajurit memerintahkan orang Palestina untuk bernyanyi memuji unit mereka.

Setidaknya 50 prajurit wanita memberikan kesaksian tentang apa yang dilakukan angkatan darat di barikade jalan di Tepi Barat, dan di Terminal Erez antara Gaza dan Israel.

Salah satu prajurit mengatakan bahwa unitnya menahan seorang pemuda Palestina yang melempari mereka batu di pusat Hebron, bagian selatan Tepi Barat. Ketika salah satu rekannya sesama prajurit menjadi takut dan jatuh ke dalam parit, mematahkan kakinya, salah satu rekan prajurit tersebut menangkap pemuda Palestina itu dan dengan sengaja mematahkan tangannya. Mereka memaksanya meletakkan tangan di atas sebuah kursi, dan kemudian memukulnya dengan sebuah benda tajam.

Dalam insiden lain, seorang prajurit wanita mengatakan bahwa ia mendengar suara tembakan dan bergegas ke lokasi kejadian untuk menemukan seorang pemuda Palestina berdarah setelah ditembak di bagian abdomennya. Prajurit yang berada di lokasi itu mengklaim bahwa ia berusaha melarikan diri setelah diminta untuk memperlihatkan kartu identitasnya. Namun, pemuda itu telah menyerahkan kartu identitasnya, bahkan salah seorang prajurit sedang memegangnya. Para prajurit yang terlibat dalam insiden itu tidak pernah dimintai keterangan oleh komandan mereka.

Beberapa prajurit wanita lainnya mengemukakan bahwa sejumlah prajurit pria dan wanita memukuli beberapa wanita Palestina di barikade jalan, memaksa mereka untuk menampar wajahnya sendiri, bahkan meninju dan menendang para wanita itu.

Pada bulan November tahun lalu, sebuah kompi baru dalam korps intelijen lapangan Israel akhirnya menjadi sebuah kenyataan. Ini bukan kompi biasa karena sepenuhnya terdiri atas tentara wanita yang telah dilatih secara khusus. Kegiatan operasional mereka, bernama Nachshol, direncanakan akan dilakukan di kawasan Israel selatan. (rin/pg/sm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version