GAZA (SuaraMedia News) – Puluhan ribu warga turun untuk menunaikan ibadah sholat Jum'at (12/3) “Allahu Akbar”, terdengar panggilan sholat untuk para Muslim dari menara Masjid Al-Taqwa.
Meski berada ditengah-tengah terjangan peluru pesawat tempur Israel yang tak berujung, umat Muslim dari kawasan Sheikh Radwan tetap melaksanakan sholat mereka di Masjid.
Dalam beberapa menit saja, Masjid itu dipenuhi jemaat yang hendak melaksanakan sholat, dengan suara rentetan peluru dan ledakan di belakang mereka.
“Sekali saja mereka mendengar panggilan sholat, mereka berbondong-bondong datang”, kata Imam Masjid Al-Taqwa.
Seperti kebanyakan Masjid lainnya, Masjid Al-Taqwa juga hampir saja rata dengan tanah setelah pasukan Israel melakukan serangan ke 50 Masjid di Gaza.
“Setiap hari kami sholat di Masjid yang hampir roboh ini”, kata Imam.
Serangan yang terparah terjadi di Masjid Ibrahim Al-Maqadma yang terjadi pada saat orang-orang melaksanakan sholat berjamaah, meninggalkan 16 korban tewas dan beberapa lainnya terluka.
Di Gaza, serangan terhadap Masjid sepertinya mengiringi lima waktu sholat.
“Israel terus menerus menyerang Masjid kami, menjadikannya kuburan masal”, kata Awad Al-Sha`er, Imam Masjid Kholafa Rashedeen di Selatan Gaza.
“Namun panggilan sholat membuat semangat kami terbkar tiap paginya”.
“Masjid-Masjid tersebut tetap penuh apapun yang terjadi. Kami tidak akan membiarkan peperangan ini mengurangi jumlah jemaat di Masjid kami”, kata Al-Sha`er, seorang taat.
Abu Anas Al-Zaharna, seperti tetangga lainnya, tidak pernah takut melewati rentetan dan ledakan pasukan Israel untuk dapat melaksanakan sholat berjamaah.
“Berdiam diri di rumah tidak akan membuat kami selamat”, katanya berani.
“Ketika tiba waktunya kita mati, maka kita akan mati”.
Sholat berjamaah di Masjid seperti memberikan pengobatan bagi masyarakat yang sedang terluka tersebut.
“Sejak hari pertama perang dimulai, Masjid memberikan bantuan bagi masyarakat sekitarnya”, kata Mohammed Ashour, Imam Masjid Al-Bukhari.
Seperti Masjid lainnya di wilayah dengan populasi 1.6 juta jiwa tersebut, Masjid Al-Bukhari juga turut dalam kampanye pemenuhan kebutuhan keluarga di wilayah tersebut.
Para sukarelawan mendatangi tiap rumah untuk memberikan makanan dan minuman bagi keluarga di wilayah tersebut meski berada di bawah ancaman pembantaian Israel.
“Tidak hanya makanan, kami juga memberi mereka obat-obatan dan uang’, kata Ashour.
Setelan Perang gaza selama 22 hari lebih dari 1400 orang telah terbunuh dalam perang melawan Zionis, termasuk 400 di antaranya wanita dan anak-anak, dengan lebih dari 5.000 lainnya terluka dan sebagaian besar wanita hamil dan generasi muda Gaza, yang rata-rata telah dilantik menjadi hafidz (orang yang hafal seluruh ayat Al-Quran), karena Yahudi sangat khawatir jika para hafidz tersebut akan memerangi mereka di masa depan.
Dalam sebuah pendapatnya, UNICEF melaporkan hanya dalam waktu 22 hari saja, korban anak-anak di Gaza telah mencapai lebih dari 400.
“Tiap harinya puluhan anak menderita atas serangan yang terjadi. Dan hal ini tidak dapat diterima”, kata Ann Veneman, Direktur Eksekutif UNICEF.
Menurut laporan Badan Sensus PBB (UNFPA), dari sekitar 4.000 wanita hamil, 3.500 diantaranya telah melahirkan bayi mereka selama serangan Israel di Gaza. Jumlah tersebut tentu cukup besar jika dibandingkan jumlah korban tewas yang diperkirakan mencapai 1.400 jiwa.
Sedang menurut laporan UNICEF, jumlah balita di Gaza diperkirakan mencapai 320.000, dengan sekitar 40.000 diantaranya berusia kurang dari enam bulan.
Sementara itu Masjid Yarmuk di pusat Gaza mengadakan kampanye dana untuk membantu mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Yang cukup menyentuh adalah tindakan Ahmad, 8 tahun, yang menyumbangkan seluruh uangnya untuk membantu saudara-saudaranya disana.
Abu Ammar, “Kami akan selalu bersatu dan Masjid kami yang akan menunjukkan persatuan tersebut”, kata seorang penyumbang.
“Semangat seperti ini tidak akan terkalahkan”. Insya Allah umat islam akan bersatu "Allahuakbar" (IOL/sm) www.suaramedia.com