View Full Version
Ahad, 21 Mar 2010

Terganjal Larangan Ideologis, Wartawan Palestina Dihalangi Masuk AS

BETLEHEM (SuaraMedia News) – Wartawan Palestina Mohammed Omer ditolak ketika mengajukan visa ke Amerika Serikat. Omer dijadwalkan menjadi pembicara di Chicago untuk menceritakan kondisi kehidupan Palestina, demikian kata pihak penyelenggara perjalanan.

“Karena hal itu dipastikan membatalkan agenda kunjungan, konsulat AS di Belanda kemudian memperpanjang aplikasi visa Omer,” tulis sebuah penyelenggara perjalanan di Chicago.

Ketika dihubungi, seorang perwakilan mengatakan, konsulat AS di Belanda mengaku tidak dapat memberikan bantuan, demikian halnya dengan kedutaan besar AS.

Dalam agenda biro perjalanan tersebut, Omer dijadwalkan berbicara di Santa Fe, Houston, dan Chicago, di mana dia akan dijamu oleh Hypermarket Books, Chicago, di Perpustakaan Newberry, yang sedianya akan melanjutkan ajang tersebut via skype.

Ajang tersebut didanai oleh Lannan Foundation, yang berfokus pada upaya mempromosikan “kebebasan, kekayaan dan kreativitas kebudayaan melalui sejumlah proyek yang mendukung para seniman dan penulis kontemporer.”

Organisasi-organisasi penyelenggara di Santa Fe dan Houston juga mempertimbangkan untuk tetap melaksanakan ajang masing-masing, kata seorang juru bicara Haymarket.

Omer, seorang jurnalis dan fotografer kantor berita Rafah Today sekaligus koresponden The Washington Report dalam bidang Timur Tengah, akan tetap berbicara melalui skype atau video konferensi, demikian bunyi pernyataan tersebut.

Omer mendapatkan penghargaan Martha Gellhorn Prize for Journalism pada tahun 2008 karena untuk pertama kalinya meliput langsung kehidupan Jalur Gaza.

Dalam perjalanan kembali ke Gaza setelah menerima hadiah di London, Omer ditahan, diinterogasi, dan dipukuli oleh aparat keamanan Israel dan masuk rumah sakit dengan iga yang patah dan masalah pernapasan.

Kala menerima penghargaan pada tahun 2008, Omer tercatat sebagai orang termuda yang menerima penghargaan Martha Gellhorn Prize for Journalism.

“Omer melakukan liputan dari medan perang, di mana dia juga menjadi seorang tahanan. Omer menjadi salah satu saksi hidup dari salah satu ketidakadilan terbesar dalam sejarah, dia adalah suara dari orang-orang yang tidak dapat bersuara. Bekerja sendirian dalam situasi yang amat sulit dan seringkali berbahaya, Omer melaporkan kebenaran pahit yang diperkuat oleh serangkaian bukti kuat,” demikian bunyi pujian atas kemenangan Omer.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak cendekiawan dan pakar asing yang permohonan visanya ditunda dan ditolak agar mereka tidak dapat berpidato dan berbagi ilmu di AS. ACLU menyebut hal itu sebagai “larangan ideologis”, yang menurut organisasi tersebut telah melanggar amandemen pertama hak asasi Amerika untuk mendengarkan pidato yang dilindungi konstitusi dengan cara menolak kehadiran cendekiawan, seniman, politisi asing untuk masuk ke AS.

Sarjana luar negeri yang pernah mengalami penolakan visa di antaranya adalah cendekiawan Marixa Lasso; sarjana Afrika selatan dan kritikus perang Irak yang cokal, Dr. Adam Habib; dokter Irak, Riyadh Lafta, yang menolak kebenaran data resmi angka kematian warga sipil Irak di jurbnal media kesehatan Inggris, The Lancet; dan Tariq Ramadan dari Oxford, yang baru menerima visa untuk berbicara di AS setelah lebih dari lima tahun mengalami penundaan dan penolakan.

Sesama penerima penghargaan Gellhorn, Dahr Jamail, tidak percaya dengan penangguhan visa Omer. “Mengapa pemerintah AS, yang kami anggap menganut asas “kebebasan berpendapat”, menangguhkan visa Mohammed Omer, atau jurnalis lain yang berencana datang ke AS untuk mengatakan apa yang mereka liput? Ini adalah sebuah Lelucon, satu-satunya hal yang bisa dilakukan pemerintah AS untuk menebusnya adalah segera menerbitkan visa untuk Omer, disertai dengan permintaan maaf.” (dn/mn/iq) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version