View Full Version
Ahad, 28 Mar 2010

Cari Dukungan Perang, CIA Serukan Rekrut Wanita Afghanistan

WASHINGTON (SuaraMedia News) – Seorang pakar CIA menyerukan perekrutan kaum wanita Afghanistan dalam sebuah upaya untuk membujuk negara-negara Eropa yang merasa ragu agar mendukung perang yang dipimpin NATO, hal itu terungkap dalam sebuah dokumen yang bocor pada hari Jumat waktu setempat.

“Kaum wanita Afghanistan dapat menjadi penyampai pesan yang ideal untuk menyampaikan misi kepada masyarakat Eropa, khususnya di Perancis,” menurut analisis CIA yang dimuat di situs WikiLeaks, sebuah situs internet pembocor informasi.

“Pandangan kaum wanita Afghanistan akan memiliki pengaruh kuat karena mereka dapat mengekspresikan aspirasi mereka mengenai masa depan, dan rasa takut mereka jika Taliban meraih kemenangan,” tulis dokumen tersebut.

CIA tidak membantah atau membenarkan keaslian dokumen tersebut. Namun, WikiLeaks sebelumnya sering memajang dokumen pemerintah dan perusahaan yang di kemudian hari terbukti benar.

Dalam laporan pakar komunikasi strategis CIA dan analis opini publik Departemen Luar Negeri tersebut diperingatkan bahwa dukungan masyarakat Eropa terhadap perang Afghanistan lemah dan dapat runtuh sewaktu-waktu, seperti kolapsnya pemerintahan Belanda yang juga ada hubungannya dengan perang Afghanistan.

“Dalam perdebatan-perdebatan sebelumnya, ada indikasi bahwa jatuhnya korban di kubu Perancis dan Jerman atau korban sipil Afghanistan dapat mengubah haluan terhadap keputusan penarikan pasukan.”

Analisis tersebut, yang tertanggal 11 Maret, menyarankan mengenai strategi public relation untuk menggalang dukungan terhadap perang Afghanistan di Jerman dan Perancis, sambil tetap mempertahankan pengiriman pasukan ketiga dan keempat di Afghanistan.

“Inisiatif yang menciptakan peluang media agar kaum wanita Afghanistan dapat berbagi kisah mereka dengan kaum wanita Perancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya diciptakan untuk membantu menghapuskan keraguan di kalangan kaum wanita Eropa Barat terhadap misi Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF).”

“Upaya PR dapat mengatasi kekhawatiran warga siil dan pengungsi Perancis,” tambah laporan tersebut.

“Pendekatan semacam itu dapat menekankan “bahaya potensial” yang menghadapi masyarakat sipil Afghanistan jika pasukan pimpinan NATO kalah, dan hal itu diharapkan dapat membangkitkan rasa bersalah Perancis (dan negara-negara Eropa lainnya) karena telah mengabaikan dukungan terhadap perang Afghanistan.”

“Kemungkinan Taliban mempersulit perkembangan kaum wanita? Pendidikan dapat memancing kemarahan Perancis, menjadi titik balik bagi masyarakat sekuler Perancis, dan memberikan alasan kepada para pemilih untuk mendukung kampanye yang baik dan penting meski ada korban yang jatuh.”

Bagi publik Jerman, upaya-upaya marketing dapat menggarisbawahi “sikap optimistis” penduduk Afghanistan mengenai misi NATO, dan betapa kemunduran pasukan internasional akan merusak kepentingan Jerman.

“Misalnya saja, pesan-pesan yang mengilustrasikan bahwa kekalahan di Afghanisan dapat meningkatkan kemungkinan Jerman untuk terjamah terorisme, opium, dan pengungsi. Hal itu mungkin dapat menjadikan perang Afghanistan lebih penting di mata orang-orang yang skeptis,” tambah laporan tersebut.

Laporan tersebut juga menyarankan untuk mengambil keuntungan dari popularitas Presiden Barack Obama di Perancis dan Jerman. Ditambahkan bahwa sebuah seruan langsung dari presiden AS tersebut mengenai pentingnya peranan sekutu dalam perang Afghanistan dapat menimbulkan dampak yang “positif.”

Memorandum tersebut berjudul: “Afghanistan: Sustaining West European Support for the Nato-led Mission – Why Counting on Apathy Might Not Be Enough.” (Afghanistan: Menjaga Dukungan Eropa Barat untuk Misi NATO – Mengapa Sikap Apatis (Eropa) Mungkin Tidak Cukup (untuk memenangkan perang Afghanistan). (dn/af) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version