View Full Version
Ahad, 28 Mar 2010

Ingin Panjang Umur, Senyumlah!

Coba buka kembali album foto yang mengabadikan gambar-gambar Anda. Jika semua menampakkan senyum lebar Anda, bersyukurlah. Itu pertanda, Anda akan memiliki umur panjang.

Peneliti Wayne State University Detroit yang mengevaluasi 230 foto pemain baseball sejak 1950 menganalisa hubungan antara senyum, usia, kehidupan pernikahan, serta massa indeks tubuh. Senyuman menunjukkan kebahagiaan  yang mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang.

Penelitian yang dimuat dalam Psychological Science menemukan, rata-rata umur orang yang tersenyum tipis atau tidak tersenyum adalah 72,9 tahun. Sementara umur orang yang tersenyum lebar hidup lebih lama, mencapai 79,9 tahun.

"Orang dengan senyum paling intens cenderung memiliki hidup lebih lama, dibandingkan orang lain," ujar Ernest L. Habel, profesor kebidanan, ginekologi dan psikologi di Wayne State University.

Menurutnya, semakin intens senyum seseorang, memperlihatkan kebahagiaan yang mendasari dan mempengaruhi sikap lebih positif. "Sulit untuk berpura-pura tersenyum lebar bila tidak bahagia." Namun, sulit mendeteksi orang yang pemalu terhadap kamera.

Orang yang tersenyum lebar ditandai dengan senyum Duchenne, dinamai sesuai nama neurolog Prancis. Ciri-cirinya yakni pipi dan sudut-sudut mulut naik serta muncul kerutan di sekitar mata.

Jadi ada dua manfaat tersenyum lebar saat beraksi di depan kamera. Hasil foto yang lebih baik serta meningkatkan harapan hidup Anda. Jadi, tunggu apalagi?

Umur memang tidak dapat dibeli karena tidak ada yang menjualnya. Namun, untuk berumur panjang ternyata tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang karena ternyata cukup dengan senyum.

Ya, dengan tersenyum bisa membuat orang hidup bahagia dan berumur panjang. Semakin lebar senyum Anda dan semakin dalam lipatan di sekitar mata ketika Anda tersenyum, maka akan semakin lama Anda akan hidup.

Kesimpulan ini didapat para psikolog di Michigan yang menganalisis 230 foto para pemain liga utama bisbol AS, yang mulai bermain sebelum tahun 1950. Foto-foto ini kemudian dikelompokkan berdasarkan senyum mereka, dan dengan memperhatikan data statistik seperti tahun kelahiran, indeks massa tubuh, status perkawinan dan karier yang panjang, yang mencerminkan kebugaran fisik.

Para pemain yang dinilai “tanpa senyum” jika pandangan mereka hanya tertuju pada kamera saat difoto. Yang dikategorikan “setengah tersenyum” jika hanya otot-otot sekitar mulut yang terlibat dalam senyum mereka. Sementara yang disebut “senyum penuh” bila mulut, mata dan kedua pipi ikut terangkat naik saat mereka tersenyum.

“Sejauh senyum itu mencerminkan intensitas sikap emosional yang mendasarinya, hasil studi ini adalah kongruen dengan yang studi lain yang menunjukkan bahwa emosi memiliki hubungan positif dengan kesehatan mental, kesehatan fisik dan umur panjang,” ungkap para peneliti.

Tingkat

“Pada tingkat bahwa intensitas senyuman mencerminkan disposisi emosional mendasar, hasil-hasil penelitian tadi serupa dengan hasil penelitian-penelitian lain yang menunjukkan emosi punya suatu hubungan positif dengan kesehatan jiwa, kesehatan fisik dan usia panjang,” papar hasil studi tersebut. Masih belum jelas apakah para pemain bisboll tadi  tersenyum spontan atau jika senyuman mereka dihasilkan berdasarkan permintaan seorang jurufoto.

Namun, apapun ceritanya, jauh lebih sedikit individu dengan senyuman lebar -- 23 -- ketimbang senyuman simpul atau tanpa senyuman (masing-masing 64 dan 63), yang mengindikasikan kepada para periset bahwa sekalipun jika senyuman terjadi lantaran permintaan orang lain, intensitasnya tetap saja mencerminkan disposisi umum mendasar” pemain tersebut. Karena itu kesimpulannya boleh jadi adalah jika anda ingin hidup dengan usia panjang, hidup bahagia: tersenyum lebarlah sampai lipatan-lipatan di sekitar mata anda timbul  ketika anda tersenyum. (fn/vs/mt/ad) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version