TEL AVIV (SuaraMedia News) – Sumber-sumber politik Israel yakin bahwa tuntutan yang diajukan oleh Presiden AS Barack Obama kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam perjumpaan pertama keduanya di Gedung Putih minggu lalu menunjukkan niatan Amerika untuk menerapkan status permanen terhadap Israel dan Palestina dalam kurun waktu dua tahun.
Sumber-sumber tersebut percaya bahwa yang disebutkan pihak penuntut bukan hanya (puncak fenomena gunung es), seperti yang mereka katakan, dan melaksanakannya dengan pergeseran dramatis dalam hal kebijakan AS terhadap Israel.
Mereka mengungkapkan keseriusan permintaan AS untuk mempermanenkankan masalah tersebut di meja pertemuan dalam pembicaraan tidak langsung dengan Palestina yang diharapkan dapat segera diluncurkan dalam waktu dekat, memperlihatkan pengenalan mekanisme melewati negosiasi langsung dan memperlihatkan kompromi Amerika kepada kedua kubu.
Sumber-sumber tersebut juga menganggap pendapat yang dikemukakan sejumlah negara Eropa yang dekat dengan Israel, utamanya Jerman, sebagai bagian dari upaya untuk mengisolasi Israel dan memberikan tekanan politik yang intens kepada negeri Zionis tersebut.
Surat kabar Haaretz mengutip sumber-sumber yang sama dan memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat menghindar dari komitmen mereka sebelumnya terhadap Israel, maka hal tersebut akan mengurangi kebersediaan publik Israel mempercayai jaminan yang diberikan AS di masa mendatang.
Dalam konteks terkait, Haaretz melaporkan bahwa dalam sebuah konsultasi dengan para duta besar Israel di ibu kota negara-negara anggota PBB, Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Israel Yossi Gal memperkirakan bahwa krisis tersebut tidak lama lagi akan mempengaruhi hubungan Israel dengan Eropa.
Gal berdialog dengan duta besar Israel untuk AS, Michael Oren, dan juga duta besar Israel untuk Uni Eropa, London, Roma, PBB, Moskow, dan Paris.
Oren menceritakan kembali kunjungan Benjamin Netanyahu ke Washington, ia tidak mengungkapkan rincian pertemuan sang perdana menteri, membangkitkan kemarahan duta besar lainnya, yang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui apapun, dan oleh karena itu tidak dapat mewakili Israel dengan semestinya terkait masalah dengan AS.
“Kedutaan Amerika Serikat di London tahu apa yang terjadi dalam pertemuan Netanyahu di Washington, sementara saya tidak tahu apa-apa,” kata duta besar Israel untuk Inggris, Ron Prossor.
Para duta besar tersebut mengatakan bahwa jika tekanan AS terus berlanjut, maka Uni Eropa juga akan mengecam Israel lebih jauh dan melakukan tindakan diplomatis.
Kepada kabinetnya, pada hari Minggu Netanyahu mengatakan bahwa dirinya tidak melihat “tanda-tanda kewajaran” di kalangan orang-orang Palestina. “Akan tetapi, kita akan mengendalikan kerangka perdebatan dan melanjutkan dialog dengan pemerintah AS untuk melanjutkan proses dialog,” katanya.
Mengenai peselisihan diplomatik dengan Amerika Serikat, Menteri Pertahanan Ehud Barak mengatakan bahwa melanjutkan kerja sama dengan Amerika adalah hal yang penting untuk melindungi keamanan Israel.
Namun, ia menambahkan, “Hanya kita yang memiliki tanggung jawab eksklusif ketika ada hubungannya dengan nasib dan keamanan Israel, dan hanya kita yang dapat menentukan masalah yang ada sangkut-pautnya dengan nasib Israel dan orang-orang Yahudi. Tapi kita tidak boleh lupa betapa pentingnya hubungan ini, atau menjaga harmoni dan persatuan dengan Amerika Serikat.”
Barak mengatakan, “Penting untuk diingat bahwa hubungan Amerika Serikat dengan Israel amat dalam dan penting.”
Barak menggarisbawahi perbedaan penting antara posisi dirinya saat ini dan sebagian besar mitra koalisi Netanyahu. “Yang menjadi bagian-bagian persetujuan sudah jelas,” katanya.
“Saya yakin bahwa sudah merupakan kewajiban kita untuk mencoba mendapatkan kesepakatan yang memperjelas perbatasan di “tanah Israel”, berdasarkan pertimbangan keamanan dan demografis, dengan “negara Yahudi”, “negara Israel,” di satu sisi dengan mayoritas Yahudi selama turun-temurun, dan negara Palestina tanpa kemampuan militer di sisi lain.” (dn/pt/hz) www.suaramedia.com