SIRTE, LIBYA (SuaraMedia News) – Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi yang dikenal pro-Israel berada di antara para tamu undangan di KTT Liga Arab yang diselenggarakan di Libya. KTT tersebut mengusung agenda untuk merumuskan strategi bersama menghadapi rencana pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina terjajah.
Menurut kabar yang beredar, Berlusconi, yang negaranya menjajah Libya selama lebih dari tiga dekade mulai 1911, berhenti sejenak lalu mencium tangan pemimpin Libya, Moammar Gaddafi seperti yang terlihat di Video, setibanya ia di konferensi tersebut.
Empat belas pemimpin negara Arab dan tiga orang tamu asing menghadiri konferensi yang berlangsung selama dua hari tersebut, yang telah dimulai pada hari Sabtu (27/3) lalu di kota Sirte.
Italia menjadi pendukung Libya dari Eropa sejak tahun 2008 lalu, ketika Italia mengajukan permintaan maaf resmi kepada Tripoli atas penjajahan selama berpuluh-puluh tahun.
Roma turut menekan Swiss agar mencabut larangan visa terhadap 188 orang tokoh Libya. Italia mengatakan bahwa negara tersebut bersama dengan sejumlah negara eropa lainnya di zona bebas perbatasan Schengen akan mencabut larangan itu.
Akibat desakan tersebut, pemerintah Swiss mencabut larangan visa untuk para pejabat Libya. Larangan tersebut mulai dijatuhkan pada musim gugur 2009 dan mengakibatkan krisis antara Uni Eropa, Libya dan Swiss
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Swiss mengungkapkan bahwa pihaknya siap mencabut larangan terhadap sejumlah warga Libya untuk masuk atau transit di wilayah Swiss, hal itu dilakukan dengan mediasi Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Swiss Micheline Calmy-Rey menyebut penawaran tersebut sebagai itikad baik dan mengatakan bahwa tujuan utama Swiss adalah pembebasan Max Göldi, seorang pengusaha Swiss yang mendekam di penjara Libya.
“Dalam kerangka mediasi Uni Eropa, pemerintah sudah siap untuk mencabut larangan terhadap warga negara Libya dengan kategori tertentu,” kata pemerintah Swiss.
Krisis tersebut berawal dari penangkapan Hannibal Gaddafi, putra pemimpin Libya Muammar Gaddafi, di Jenewa atas tuduhan penyiksaan.
Swiss memasukkan nama sejumlah warga Libya dalam daftar hitam dan melarang mereka masuk ke wilayah Swiss.
Libya membalas dengan berhenti menerbitkan visa untuk masuk ke zona bebas Schengen, hal itu memantik kekhawatiran terkait dampak dari tindakan itu terhadap kepentingan ekonomi Eropa di Libya.
Dalam pertemuan para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa pada tanggal 22 Maret lalu, Italia, Malta, Spanyol, Portugal, Yunani dan Slovenia siap mendukung proposal penabutan larangan tersebut, meski Swiss tidak mencabut larangannya, kata Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini, di Tripoli setelah bertemu dengan perdana menteri dan menteri luar negeri Libya.
“Jika Swiss tidak mencabut larangan itu, pada tanggal 4 April, Italia akan menyampaikan permintaan kepada negra-negara Schengen lainnya untuk mengakhiri larangan, meski Swiss terus menerapkan larangan,” kata Frattini. Click Video (dn/tp/pv/sm) www.suaramedia.com