View Full Version
Rabu, 14 Apr 2010

Kriminolog: Sikap Berlebihan Susno Buat Kejiwaannya Terancam

JAKARTA (SuaraMedia News) - Meski kepergiannya ke Singapura sempat digagalkan oleh Provost Mabes Polri, mantan Kabareskrim Komjen Susno Suadji tetap akan melakukan general check up ke negara itu. Kini, Susno sedang menyusun ulang jadwalnya berobat ke Singapura.

"Ya, kita schedule ulang rencana ke Singpura, karena memang harus ke sana," ujar salah satu penasehat hukum Susno, Zul Armain Azis, Rabu (14/4/2010).

Belum bisa dipastikan kapan Susno akan berangkat kembali menuju negeri singa itu. Sebab, beberapa faktor perlu dipertimbangkan. Di antaranya terkait penyelidikan Sjahril Djohan dan hasil evaluasi tim dokter Mabes Polri.

Menurut Zul, kemungkinan Susno dipanggil sebagai saksi dalam dugaan makelar kasus (markus) yang 'dimainkan' Sjahril cukup besar. Mabes Polri tentu saja akan mengkonfrontir keterangan Sjahril dengan Susno sebagai pihak yang mengungkap dugaan markus itu untuk pertama kali.

"Nanti kalau mau dikonfrontir Pak Susno tidak di Jakarta kan repot lagi. Nanti diangggap melarikan diri kan? Itu jadi pertimbangan. Pak Susno ini disorot oleh kepolisian, jangan sampai hal-hal seperti di bandara itu terulang," harap Zul.

Mengenai pemeriksaan medis yang dilakukan dokter kepolisian, menurut Zul, belum bisa dilihat hasilnya. Selasa kemarin, dokter sudah berkunjung ke kediaman Susno untuk melakukan tes darah serta urine.

"Bagaimapun beliau (Susno) masih polisi aktif. Jadi kita juga berterima kasih kepolisian punya atensi kirim dokter. Tapi kita juga tidak bisa percaya begitu saja. Kita mau cari second opinion atau dokter pembanding," jelasnya.

Susno ditangkap Provost Mabes Polri di Bandara Soekarno-Hatta saat hendak terbang ke Singapura. Hingga kini, paspor milik Susno disita oleh polisi.

Sementara itu, alasan penjemputan paksa Komjen Pol Susno Duadji oleh Mabes Polri, hingga kini masih menjadi pertanyaan publik. Selain soal kode etik dan disiplin, mungkinkah polisi berniat mengalihkan isu makelar kasus di tubuh Polri?

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Pinckey Triputra mengamini kemungkinan itu. “Semua kemungkinan ada. Karena polisi tidak terbuka,” kata Pinckey.

Seharusnya, lanjut Pinckey, polisi segera menyampaikan alasan yang cukup kuat mengapa polisi mencegah bahkan sampai menjemput paksa Susno, dari Bandara Soekarno-Hatta kemarin.

Dengan tidak adanya klarifikasi resmi dari Kapolri, menurut Pinckey, secara tidak langsung membiarkan opini publik berkembang, sampai pada kemungkinan adanya pengalihan isu.

Lebih dari itu, imbuh dia, citra Polri pun kian terpuruk, jika polisi tidak menjelaskan kepada publik, terkait duduk perkara penangkapan Susno Duadji. “Kalau benar hanya pelanggaran disiplin, kan bisa diberitahu. Ini berarti komunikasi juga tidak berjalan,” katanya.

Sejak beberapa waktu lalu, tim medis NGO Medical Emergency Rescue Committe (Mer-C) secara intens mendampingi Komjen Pol Susno Duadji.

Bahkan saat Susno diperiksa di Mabes Polri pada Senin, 22 Maret silam, tim medis Mer-C lengkap dengan satu unit ambulans, siaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, dalam konteks keputusan pergi berobat ke Singapura, Mer-C menyatakan tidak tahu menahu.

“Yang jelas kita tidak pernah menyarankan Pak Susno berobat ke Singapura. Mungkin tim dokter kepolisian yang menyarankan,” ujar Ketua Presidium Mer-C dokter Jose Rizal.

Seperti diketahui, budaya berobat ke luar negeri bagi kalangan berduit di Tanah Air semakin tumbuh dan berkembang akhir-akhir. Terutama bagi orang-orang yang terlibat masalah hukum.

Padahal sejatinya, kualitas fasilitas kesehatan serta tenaga medis di Tanah Air tidak kalah bersaing dengan sarana di luar negeri. “Detailnya saya kurang tahu mengapa Pak Susno mau berobat ke Singapura. Tapi katanya mau medical check up,” tandasnya.

Kondisi kesehatan Komjen Pol Susno Duadji memburuk lantaran menolak makan dan minum, saat diperiksa Propam beberapa waktu lalu. Kekhawatiran berlebihan Susno ini dinilai merugikan diri sendiri.

“Reaksi Pak Susno itu sebagai bentuk dari apa yang telah dia lakukan sebagai suatu kebenaran sedangkan Polri di matanya selalu salah,” ujar Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala.

Menurut Andrianus, kondisi seperti itu bila dibiarkan terus-menerus bisa saja berdampak pada kejiwaan Susno. “Pribadinya alami paranoid, egonya kuat sehingga beliau terus melawan (Polri),” imbuhnya.

Jika Susno tidak segera mengubah sikapnya yang berlebihan itu, dikhawatirkan Susno terkena psikosomatis. “Itu semacam gangguan ketubuhan yang efeknya pada kejiwaan,” jelas dia.

Andrianus mencontohkan seseorang yang hendak ujian tiba-tiba mengeluarkan keringat berlebih, bolak-balik ke toilet dan mengalami gemetaran karena gugup yang tiba-tiba.

“Seperti itulah keadaan pak Susno sekarang, itu berdampak pada pribadi psikis. Beliau ketakutan yang tidak beralasan,” tutupnya. (fn/dt/z3k) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version