View Full Version
Rabu, 21 Apr 2010

Analis Malaysia Temukan Islam Dalam Kasus Pembunuhan

LONDON (SuaraMedia News) – Dr. Abdul Razak Baginda, analis pertahanan yang dibebaskan dalam kasus pembunuhan seorang wanita cantik dari Mongolia satu tahun lalu, mengatakan bahwa ia telah menemukan kembali Islam dalam pengalamannya yang mengerikan itu.

Kini berbasis di Universitas Oxford, ia tengah melakukan penelitian tentang agama dan memberikan kuliah di aula-aula dan Masjid-Masjid Inggris tentang Islam politik dan bahaya radikalisasi kaum muda Muslim.

“Alhamdulillah, saya mengalaminya (kasus pembunuhan itu) karena saya rasa pengalaman selama dua tahun di dalam penjara telah membantu saya untuk melihat segala hal dengan cara yang berbeda,” ujar Dr Abdul Razak.

“Saya rasa itu penting. Jika tidak saya tidak akan mengambil jalan ini. Saya berusaha untuk menjadi seorang Muslim yang lebih baik,” ujarnya kepada wartawan setelah menyampaikan ceramah di Singapura kemarin. Ceramah selama satu jam itu berjudul ”Islam Radikal dan Khalifah Baru” dan diadakan oleh Fakultas Studi Internasional S. Rajaratnam.

Ia menolak untuk berkata banyak tentang politik atau Islam di Malaysia. Tapi ia menggambarkan versi Malaysia tentang Islam bersifat ”dangkal”, dengan negara mengendalikan apa yang dianggapnya benar.

Kemarin adalah pertama kalinya anggota senior St. Anthony’s College di Oxford ini berbicara di hadapan publik Singapura sejak ia meninggalkan Inggris setelah pembebasannya dalam kasus pembunuhan Altantuya Shaaribuu.

Abdul Razak Baginda (lahir tahun 1960) adalah mantan analis politik dari Malaysia dan kolega dekat Wakil Perdana Menteri Najib Tun Razak. Ia menjadi terkenal di tahun 2006 ketika dituduh bersekongkol dalam pembunuhan Shaaribuu. Ia dibebaskan pada tanggal 31 Oktober 2008 ketika hakim Pengadilan Tinggi Malaysia tidak menemukan bukti-bukti melawannya. Ia terus menulis dan membaca, meskipun masih berada di dalam penjara saat itu. Kini ia menulis tentang isu-isu terkini, dengan publikasi sebuah buku baru mengenai politik luar negeri Malaysia yang kata pengantarnya ditulis di dalam penjara.

Baginda, seperti biasanya ia dipanggil, lulus sarjana strata satu dari jurusan politik dan pemerintahan City Polytechnic, London, pada tahun 1982. Ia melanjutkan studinya dan memperoleh gelar master dalam Studi Perang di King’s College London pada tahun 1984.

Pada tahun 1988, Baginda bergabung dengan Malaysian Armed Forces Defense College sebagai pengajar dan akhirnya kepala studi strategis. Di tahun 1993, ia membentuk lembaga pemikir yang disebut Malaysian Strategic Research Centre di Kuala Lumpur. Pusat penelitian ini bertanggung jawab untuk menerbitkan banyak buku tentang berbagai topik yang mencakup hubungan internasional dan sejenisnya. Mereka secara rutin menggelar seminar tentang isu-isu lokal dan internasional. (rin/st/wp) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version