WASHINGTON (SuaraMedia News) – Semenakutkan seperti yang terdengar, beberapa warga Amerika siap untuk melindungi kebebasan sipil mereka dengan senjata api di tangan. Puluhan aktivis berkumpul di Alexandria, Virginia, dan Washington DC untuk menyampaikan suara mereka.
Pemrotes memanggul senjata api di Virginia berjanji akan menjaga senjatanya tetap terisi peluru, sementara mereka yang berada di ibukota memilih untuk tidak membawa senjata mereka, mematuhi hukum senjata api distrik, kantor berita Associated Press melaporkan.
Para pemrotes membawa slogan yang berbunyi ”Senjata api selamatkan kehidupan”. Menurut seorang pemrotes di Virginia, Mike Vanderboegh, konfrontasi bersenjata hanya akan terjadi dalam situasi di mana pemerintah mengancam nyawa rakyat.
Namun, ia menambahkan, konfrontasi itu juga dapat dibenarkan dalam kasus-kasus ketika orang-orang akan ditahan karena menolak untuk membeli asuransi di bawah rencana Presiden Obama mengenai asuransi kesehatan yang baru.
Para pemrotes di Washington mendesak kandidat terpilih untuk mendukung hak memiliki senjata.
”Saya percaya bahwa ini adalah hak. Tapi terkadang kau harus membela hakmu dengan tindakan,” ujar Everett, 71, seperti yang dikutip oleh kantor berita AP. Pria itu menambahkan bahwa ia ingin memberitahu orang-orang yang mewakili mereka bahwa ”Saya tidak mau mereka menginjak hak saya untuk memiliki senjata. Banyak orang yang mati karena itu.”
Ia didukung oleh anggota kongres Republikan, Paul Broun, dari Georgia, yang mengatakan bahwa hak-hak dalam Amandemen Kedua telah terkikis selama bertahun-tahun. ”Inilah saatnya untuk merebut kembali pemerintahan dari tangan sosialis,” ujar Broun.
”Kita sedang berada dalam perang,” ujar Larry Pratt, direktur eksekutif Gun Owners of America, pada kerumunan massa di kaki monumen Washington.
”Mereka mengincar kebebasan kita, uang kita, anak-anak kita, properti kita. Mereka mengincar semuanya karena mereka adalah sekumpulan sosialis,” ujarnya.
Pratt mendesak massa untuk berkumpul saat pemilihan di pertengahan November tampak kurang menentukan, dan berusaha memastikan agar hanya politisi pro-senjata yang terpilih sementara mereka yang mengusulkan pengendalian senjata tersingkir. Permohonannya itu terlepas dari ketiadaan usulan dari Gedung Putih maupun Kongres untuk UU pengendalian senjata yang baru.
Bahkan, setahun yang lalu Presiden Obama mengesahkan UU yang mengijinkan warga Amerika membawa senjata api ke taman-taman nasional. Pada saat itu, National Rifle Association memuji UU baru tersebut dan organisasi itu tidak aktif terlibat dalam unjuk rasa ini.
Seorang pemrotes lain berteriak, ”Hak kami untuk memiliki senjata tidak datang dari Barack Obama, tapi datang dari Tuhan. Kami punya hak untuk melindungi keluarga kami.”
Seorang wanita mengatakan, ”Memiliki senjata memberitahu seorang penjahat bahwa saya tidak lemah, tidak tak terlindungi, dan bahwa saya siap untuk mempertahankan diri.”
Meski demikian, slogan dan ide-ide aktivis hak kepemilikan senjata telah menimbulkan perasaan gelisah.
”Kau tidak seharusnya mengancam anggota dewan dan pejabat terpilih kita dan berbicara tentang diri kalian, tiga persen dari masyarakat, yang akan mengambil alih pemerintahan dan mengembalikan demokrasi. Saya rasa mereka akan mengembalikan demokrasi dengan mengambil demokrasi kita,” ujar penentang hak kepemilikan senjata dari Virginia, Laura Austin.
”Ini adalah lingkungan saya. Saya tinggal di sini. Dan saya tidak akan bisa menerima itu,” tambahnya. (rin/rt/cbc) www.suaramedia.com