View Full Version
Kamis, 22 Apr 2010

Korea Selatan Menolak Jadi ''Gudang'' Nuklir AS

SEOUL (SuaraMedia News) – Pada hari Rabu (21/4), Korea Selatan menolak penempatan kembali senjata nuklir AS di wilayahnya sebagai respon terhadap senjata nuklir Korea Utara.

“Hal itu (penempatan kembali senjata nuklir AS) tidak akan pernah jadi pilihan kami,” kata Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yum Myung-Hwan.

“Penempatan kembali karena kekhawatiran nuklir harus dilakukan dalam kerangka keamanan global, dan dalam hal itu, harus ada koordinasi kebijakan dengan Amerika serikat sebagai bagian dari strategi nuklir global,” katanya.

Senjata nuklir taktis AS kabarnya ditarik keluar dari Korea Selatan pada awal dekade 1990-an, meski militer AS tetap menerapkan kebijakan “tidak membantah atau membenarkan” mengenai keberadaan senjata nuklir di kawasan tertentu.

Presiden AS Barack Obama berjanji akan mengupayakan “dunia bebas senjata nuklir”, awal bulan ini Obama menggelar konferensi 47 negara di Washington untuk mencegah jatuhnya materi nuklir ke tangan pihak-pihak yang tidak diinginkan.

Korea Selatan akan menggelar konferensi nuklir akbar berikutnya pada tahun 2012 mendatang, Yu mengatakan, dirinya berharap ajang tersebut akan dipergunakan untuk menekan Korea Utara.

“Konferensi tersebut akan menjadi peringatan terakhir bagi Korea Utara untuk menghentikan senjata nuklirnya. Ini akan menjadi kesempatan terakhir bagi (Korea) Utara untuk melakukan hal itu,” katanya.

“Korea Utara telah menjelma jadi satu di antara enam (negara) senjata nuklir,” kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton bulan ini.

Tahun lalu, Korea Utara menarik diri dari pembicaraan segi enam. Padahal sebelumnya Korea Utara telah setuju mengakhiri program nuklirnya untuk ditukarkan dengan jaminan keamanan dan bantuan.

Pada hari Selasa, Yu memperingatkan bahwa pembicaraan enam pihak yang tertunda tidak akan pernah berlanjut jika Korea Selatan sampai mengetahui bahwa negara tetangganya terlibat dalam penenggelaman salah satu kapal perang negeri ginseng tersebut.

Penenggelaman kapal seberat 1.200 ton di Laut Kuning tersebut terjadi bulan lalu setelah sebuah ledakan misterius memanaskan ketegangan antar perbatasan, dengan kecurigaan mengarah pada Korea Utara, meski Seoul tidak pernah secara langsung menuding Pyongyang.

Bulan Maret lalu, Korea Utara menuduh AS dan Korea Selatan menginginkan perubahan rezim di negaranya, dan  mengancam akan meluncurkan serangan nuklir untuk melawan provokasi apa pun dari kedua negara itu.

”Mereka yang ingin menjatuhkan sistem di Korea Utara akan menjadi korban dari serangan nuklir oleh angkatan bersenjata yang tak terkalahkan,” ujar juru bicara Staf Umum Korea Utara kepada kantor berita pusat Korea pada tanggal 25 Maret lalu.

Juru bicara itu mengutip laporan surat kabar Korea Selatan sebagai bukti dari langkah putus asa imperialis AS terhadap Semenanjung Korea.

Pada tanggal 19 Maret, sebuah surat kabar Korea Selatan mengklaim bahwa Komando Pasifik AS siap bertemu dengan lembaga pemikir Korea Selatan dan China pada bulan April.

Berdasarkan laporan itu, mereka disebut mengadakan pembicaraan tentang bagaimana mengendalikan senjata pemusnah massal Korea Utara ketika pemerintahan di Pyongyang runtuh. (dn/af/sm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version