View Full Version
Senin, 03 May 2010

Setengah Abad Berlalu, Jatuhnya Pesawat CIA Masih Misterius

MOSKOW (Berita SuaraMedia) – Setengah abad telah berlalu sejak pesawat yang dikemudikan pilot AS, Francis Gary Powers ditembak jatuh di atas langit Uni Soviet dan menjadi titik balik dalam Perang Dingin, namun kabut misteri masih menyelimuti kejadian itu hingga saat ini.

Sebuah pesawat mata-mata U2 AS kala itu tengah menjalankan misi untuk merekam tampak atas pangkalan-pangkalan militer Uni Soviet. Di tengah berlangsungnya misi, mendadak pesawat tersebut dihantam oleh peluru kendali darat Uni Soviet.

Padahal, CIA sempat menyebut pesawat itu sebagai “pesawat kebal” alias tak dapat dijatuhkan.

U2 adalah pesawat amat rahasia dan merupakan mahakarya teknologi dirgantara pada zamannya. Pesawat tersebut dirancang untuk dapat terbang melintasi wilayah Uni Soviet tanpa terdeteksi, mengambil sejumlah gambar di ketinggian yang tidak mampu dijangkau peluru kendali dan pesawat tempur Uni Soviet.

Tapi, pada tanggal 1 Mei 1960, sebuah peluru kendali yang ditembakkan dari darat mampu menembak dan menjatuhkan pesawat U2 dari angkasa. Peristiwa itu sontak menjadi sorotan utama dan dapat mempengaruhi hubungan internasional dan kebijakan di AS dan Uni Soviet selama bertahun-tahun.

“Saya ingat komandan menoleh pada saya dan mengatakan bahwa saya harus bersiap-siap menghadapi target nyata,” kenang Mikhail Voronov, seorang purnawirawan perwira Tentara Merah Soviet.

“Biasanya, ketegangan amat sangat terasa. Kami tidak tahu pasti bahwa pesawat itu hanya pesawat mata-mata. Bagaimana jika pesawat itu mengangkut bom? Ketika pesawat itu jatuh, kami semua merasakan kemenangan.”

Begitu pesawat itu tertembak, sang pilot, Francis Gary Powers, mampu menyelamatkan diri. Ia turun dengan parasut dan ditangkap sesaat setelah mendarat di wilayah Uni Soviet.

Powers, yang bertolak dari sebuah pangkalan militer AS di dekat kota Peshawar, Pakistan, berhenti sejenak di pangkalan udara Incirlik Turki sebelum menuju pegunungan Ural, ia ditembak jatuh di atas kawasan Sverdlovsk.

AS berasumsi bahwa pilot tersebut tewas dan pesawat itu dihancurkan, AS kemudian mengeluarkan pernyataan terperinci yang mengklaim bahwa penyebab jatuhnya pesawat mata-mata tersebut adalah masalah udara karena sang pilot “kesulitan mendapat oksigen.” Tapi, itu adalah kebohongan yang berisiko.

CIA yakin benar bahwa Powers telah tewas. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Lincoln White berupaya menciptakan kesan bahwa penerbangan itu adalah sebuah misi penerbangan sipil yang keluar jalur.

“Amat mungkin bahwa pesawat itu memasuki mode pilot otomatis dan menempuh jarak yang jauh, lalu secara tidak sengaja melanggar wilayah udara Uni Soviet,” kata White kala itu.

Yang tidak disadari AS, bukan hanya Powers – sang pilot – masih hidup dan diinterogasi Uni Soviet, namun masih banyak bagian-bagian pesawat mata-mata tersebut yang masih utuh, lengkap dengan perlengkapan spionse, termasuk sebuah kamera pengintai untuk mengambil gambar. Kejadian tersebut memperburuk hubungan AS – Uni Soviet dan membuat pemerintahan Eisesnhower malu besar karena tertangkap basah membohongi publik.

Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev mengumumkan penangkapan tersebut dalam pidato di hadapan parlemen Uni Soviet. Ia mengancam AS jika tidak bersedia menghentikan misi mata-mata CIA-nya.

“Jangan coba-coba terbang ke Uni Soviet! Jangan coba-coba terbang ke negara sosialis!” kata Krushchev. “Hormatilah kedaulatan negara dan ketahuilah batasan kalian! Karena jika tidak, kami akan menyerang!”

Powers pada akhirnya dijatuhi hukuman kurungan 10 tahun karena kegiatan spionase, namun ia ditukarkan dengan seorang tahanan KGB (intelijen Uni Soviet) beberapa tahun kemudian dalam sebuah pertukaran tahanan mata-mata tingkat tinggi.

Sekembalinya ke Amerika Serikat, Powers tidak disambut layaknya sambutan yang diberikan pada seorang pahlawan, sebagian besar dikarenakan kesalahan informasi yang dikeluarkan kedua belah pihak.

“Ketika ayah saya pulang ke rumah, dia amat terkejut saat membaca bahwa ada banyak tulisan editorial di media massa yang menyebutkan bahwa beliau telah membelot (kepada Uni Soviet),” kenang Francis Gary Powers Jr.

“Beliau mendaratkan pesawat itu dengan utuh. Mereka kira ayah saya kehilangan nyali dan memberitahukan segalanya kepada Soviet. Jadi, ayah saya sedikit terkejut ketika mengetahui hal itu. Beliau kecewa kala itu, karena pemerintah Amerika tidak membantu memperbaiki citranya,” tambah Powers Jr.

Powers adalah seorang veteran Perang Korea, dia adalah salah satu pilot pertama yang melakukan misi pengintaian AS kala itu. Powers memiliki jam terbang cukup tinggi sebelum ditembak jatuh pada 1960. Putranya, Francis Gary Powers Jr. dilahirkan lima tahun setelah ayahnya ditangkap Uni Soviet. Powers Jr. mengatakan bahwa ayahnya adalah sosok pria sederhana.

“Ayah saya adalah orang biasa. Beliau dibesarkan di sebelah barat daya Virginia. Beliau adalah anggota pertama keluarga saya yang berkuliah. Beliau ingin menjadi penerbang sejak usia kecil, setelah lulus kuliah pada 1950, beliau mendaftar masuk Angkatan Udara,” kata Francis Gary Powers Jr.

“Ayah saya sedikit pemalu, orang yang tertutup. Beliau tidak suka berbicara di hadapan banyak orang. Namun, itu semua berubah ketika beliau ditembak jatuh dan disidang di Uni Soviet, lalu pulang dan berceramah dan tampil di hadapan umum. Tapi, beliau kebanyakan lebih suka sendirian atau dikelilingi kawan-kawan dekat.”

Powers Jr. menjabarkan apa yang mendorong ayahnya, yang waktu itu masih muda, untuk meninggalkan Angkatan Udara dan mulai bekerja untuk CIA.

“Ayah mengisyaratkan bahwa beliau menyukai tugas sebagai pilot Angkatan Udara dan misi-misinya. Namun, ketika beliau didekati CIA dan diminta menerbangkan pesawat baru yang amat rahasia, melakukan sesuatu yang patriotik untuk negara dan dibayar lebih dari gaji di AU, beliau menjadi termotivasi untuk mencalonkan diri sebagai sukarelawan program U2.

50 tahun berlalu, kejadian itu masih menimbulkan intrik besar. Kisah nyata mengenai mata-mata, dusta dan keberhasilan Uni Soviet yang dikenang sepanjang zaman. (dn/rt/rf) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version