View Full Version
Senin, 03 May 2010

Benda Angkasa Hujam Bumi, Dari Meteor Hingga Pecahan Komet

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan mengecek lokasi jatuhnya meteor di Duren Sawit, Jakarta Timur. Lapan juga akan meminta sampel bongkahan meteor dari kepolisian untuk diteliti.

"Kami ke lokasi pukul 09.00 WIB. Yang pertama, kami akan koordinasi dengan pihak Mabes untuk meminta sampel debu meteor dari Mabes," kata Kabag Humas Lapan Elly Kuntjahyowati, Senin (3/5/2010).

Selain mengecek rumah yang kejatuhan meteor secara langsung, tim dari Lapan juga akan mengecek rumah sebelahnya yang diduga masih menyisakan debu meteor. Penyisiran dilakukan untuk mencari bongkahan yang lebih besar.

"Karena kemarin belum disisir. Diharapkan ada bongkahannya," terang Elli.

Elly kemudian memaparkan bahwa meteor yang jatuh di Duren Sawit tidak terdeteksi oleh radar. Sebab ukuran meteor tersebut terhitung kecil.

"Setiap hari kita dihujani meteor tapi kalau yang ukuran diameternya di bawah 10 meter tidak terdeteksi," jelasnya.

Dalam olah TKP yang dilakukan LAPAN dan Polri, akan menyisir lokasi di sekitar titik ledakan. Seperti di belakag rumah Sudarmojo, rumah milik Agus yang sudah dua tahun kosong.

"Ada dugaan serpihan benda angkasa jatuh di bagian belakang rumah milik bapak Agus. Tempat ini sudah dua tahun kosong," ujar Humas LAPAN, Elly Kuntyahyowati.

LAPAN menduga kuat, ledakan itu merupakan efek tumbukan benda luar angkasa asteroid. Tapi sejauh ini belum ditemukan adanya bongkahan batu atau pecahan asteroid yang menumbuk permukaan bumi itu.

Sebelumnya, meteor berukuran sekitar buah kelapa telah jatuh dan menimpa rumah Sudarmojo di Duren Sawit, Jakarta Timur. Sekitar empat rumah rusak. Di Indonesia, meteor menimpa rumah baru pertama kali terjadi.

Meteor berdiameter sekitar 30x30 centimeter itu telah melepuhkan benda-benda perabotan rumah tangga di sekitarnya. Semakin besar meteor, semakin besar daya ledak dan dampaknya.

Misalnya, meteor yang lebih besar, sekitar diameter 10 meter jatuh dan langsung terjun ke Laut Bone pada 8 Oktober 2009. Meteor yang tak ditemukan jejaknya itu diperkirakan memiliki daya ledak 50 kiloton TNT (bahan pembuat bom).

Sejarah dunia mencatat, ketika era manusia modern sudah tinggal di bumi, tercatat ada ledakan meteor yang mahadahsyat terjadi sekitar lebih dari 100 tahun lalu. Bukan di Indonesia.

Sekitar pukul 07.17 pagi di sekitar sungai Tunguska, Siberia Tengah, Rusia, tepatnya pada 30 Juni 1908, terjadi ledakan yang daya ledaknya mencapai 1.000 kali lebih kuat dari bom atom.

Tercatat, 80 juta batang pohon ludes terbakar. "Saat ledakan Tunguska itu, hutan seluas Jawa Barat menjadi terdampak," kata Profesor Astronomi dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin.

Semua benda yang masuk menghujam Bumi disebut meteor. Khusus untuk Tunguska, itu memang termasuk kategori meteor, tetapi benda penyebab ledakan dikategorikan sebagai pecahan komet.

"Diameter benda yang meledak di Tunguska itu sekitar 30 meter," ujar peneliti yang akrab disapa Djamaluddin ini.

Sejarah juga mencatat, ledakan itu menimbulkan gempa mencapai 5.0 skala richter (SR). Gelombang panas ledakan membentang sejauh 40 kilometer, memporakporandakan semua kehidupan.

Ledakan yang lebih dahsyat dari Tunguska terjadi 65 juta tahun lalu di Yukatan, Meksiko. Ledakan ini diduga kuat yang menjadi penyebab utama punahnya dinosaurus dari muka bumi.

Ledakan di Yukatan itu disebabkan oleh sebuah asteroid yang ditaksir berukuran sekitar 10 kilometer dengan berat sekitar satu triliun ton.

Itu juga menyebabkan gelombang raksasa di laut Karibia. Akibatnya, debu-debu ledakan itu menutupi langit di seluruh dunia.

"Yang paling besar dan memberikan dampak yang cukup besar itu di Yukatan, kemudian di Tunguska. Setelah itu baru meteor yang kecil-kecil terjadi, tapi jumlahnya cukup banyak," jelas dia.

Saat ini Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) dan Kepolisian akan kembali melakukan penyisiran di lokasi meteor jatuh di Duren Sawit, Jakarta Timur. Lapan berharap, Polri sudah memiliki bukti awal bongkahan batu meteor saat penyisiran awal dilakukan.

"Kalau ada akan diperlihatkan hari ini. Mudah-mudahan. Tapi kalau memang tidak ada, kami akan coba sisir sekali lagi," kata Thomas Djamaluddin.

Kendati demikian, Djamaluddin belum mengetahui apakah Polri menemukan bongkahan batu meteor saat pemeriksaan awal dilakukan.

"Saya belum tahu pasti. Tapi akan lebih pasti nanti setelah bertemu tim dari Polri. Nanti kami akan bahas bersama," ujarnya lagi.

Kesimpulan sementara dari Lapan, berdasarkan ciri-ciri dan sifat ledakan itu memang disebabkan benda meteorit. Tinggal pembuktian terakhir dengan adanya bongkahan batu yang tersisa di lokasi ledakan.

"Dari indikasi kerusakan ada paparan suhu tinggi dan semua ciri lain mengarah dan mengindikasikan itu memang betul meteor jatuh. Bukti bongkahan akan memperkuat indikasi itu," kata Djamaluddin.(fn/dt/v3v) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version