View Full Version
Senin, 17 May 2010

Pejabat Yaman Lolos Dari Kepungan Maut Separatis

SANAA (Berita SuaraMedia) – Setidaknya dua tentara dikabarkan tewas dan lima lainnya mengalami luka-luka setelah pasukan separatis dilaporkan menyergap konvoi presiden Yaman di distrik Radfan, provinsi selatan Lahj.

Menurut sumber, mobil Presiden Ali Abdullah Saleh, ditembak oleh pria-pria bersenjata.

Namun Saleh tidak berada di rombongan mobil ketika disergap.

Saleh, yang sedang berkeliling di kawasan itu, sejak insiden tersebut telah kembali ke ibukota Sanaa.

Penduduk setempat mengatakan bahwa pejabat-pejabat senior bepergian di dalam konvoi itu, termasuk Wakil Perdana Menteri untuk Pertahanan dan Keamanan Rashad al-Alami.

Menurut petugas, peristiwa itu terjadi ketika rombongan sedang bertolak dari kota Aden ke Sanaa.

“Wakil Perdana Menteri al-Alami lolos tanpa luka dan rombongannya berhasil melanjutkan perjalanan mereka ke Sanaa,” ujar petugas tersebut, seraya menambahkan bahwa keempat tentara yang terluka segera dibawa ke rumah sakit di Sanaa.

“Pasukan keamanan mengejar para pelaku,” ujar seorang petugas keamanan setelah serangan.

Seorang tersangka penyerang terbunuh dalam penyergapan itu.

Pihak otoritas menutup jalan untuk menghindari insiden lebih jauh di provinsi itu, di mana pemerintah menghadapi protes separatis yang semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Serangan itu menyusul sebuah upaya pembunuhan terhadap wakil perdana menteri Yaman pada hari sabtu (15/5).

Para pasukan menembaki konvoi menteri di provinsi selatan lainnya, di mana dia menghadiri perayaan ulang tahun ke-20 persatuan Yaman.

Yaman utara dan selatan bersatu di tahun 1990, namun banyak pihak di wilayah selatan  - di mana banyak terdapat fasilitas minyak milik negara Arab yang miskin itu – mengeluhkan bahwa orang-orang utara mengambil sumber daya mereka dan melanggar hak politik mereka.

Beberapa tentara, pasukan separatis, dan warga sekitar telah terbunuh dalam ketegangan yang meningkat beberapa bulan belakangan ini di selatan.

Pemerintah, berjuang untuk menstabilkan negara yang terpecah belah di mana otoritas pusatnya sering lemah ini, menghadapi tekanan internasional untuk mengatasi konflik domestik agar dapat fokus dalam memerangi pemberontakan. (rin/alj/xn) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version