View Full Version
Selasa, 18 May 2010

Sumpah Susno Dalam Surat Dari Bui Tanpa Ventilasi

JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji dicecar 40 pertanyaan oleh dua penyidik dari tim independen saat pemeriksaan sebagai saksi untuk tersangka Sjahril Djohan dalam perkara PT Salma Arowana Lestari hari ini. Susno diperiksa sejak pukul 10.00 dan berakhir sekitar pukul 17.00 di Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok.

Hal itu dikatakan salah satu penasihat hukum Susno yang ikut mendampingi pemeriksaan, Zul Armain, ketika dihubungi wartawan.

Zul tidak bersedia menjelaskan substansi pemeriksaan. Namun, kliennya memang ditanyakan seputar tersangka Sjahril Djohan dan Haposan Hutagalung. "Intinya dia jadi saksi," kata dia singkat.

Kliennya, ucap Zul, akan kembali diperiksa sebagai saksi besok pukul 10.00 di tempat yang sama. Kenapa Susno bersedia diperiksa? "Beliau yang niup peluit. Beliau berkewajiban menerangkan status perkaranya. Tapi kalau diperiksa sebagai tersangka beliau keberatan," jawab Zul.

Apakah Susno mempunyai alibi tidak terima uang Rp 500 juta dari Haposan melalui Sjahril Djohan? "Alibinya jelas kok. Tidak ada masalah. Kalau penetapan tersangka berdasar keterangan saksi saja belum kuat dong. Tidak ada bukti lain. Logika hukumnya kan seperti itu," jawabnya.

Seperti diberitakan, selain mantan Kabareskrim, penyidik juga telah menetapkan Sjahril dan Haposan sebagai tersangka korupsi. Keduanya diduga pemberi suap kepada Susno untuk mempercepat penanganan perkara PT SAL di Bareskrim Polri.

Susno Duadji bersumpah tidak menerima uang suap dari Sjahril Djohan sewaktu menangani kasus penangkaran arwana di Pekanbaru, Riau.

Sumpah itu disampaikan Susno melalui secarik surat yang dia tulis untuk para pendukungnya yang berunjukrasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.

Susno memulai suratnya dengan basmallah, kemudian menguraikan tiga butir pernyataan berikut ini:

Bismillaahir Rahmaanir Rahim
Saya bersumpah demi Allah
1. Tidak pernah menerima atau menerima janji atau menerima suatu pemberian berupa uang atau apapun dari Sjahril Djohan atau dari siapapun terkait penyidikan kasus arwana di Pekanbaru.
2. Justru saya yang mengungkap bahwa perkara ini ada mafia hukum yang bermain.
3 Saya difitnah, mana mungkin saya menerima suap untuk perkara yang saya ungkap, lagi pula Sjahril Djohan mengatakan pada saya bahwa pemilik perusahaan arwana tersebut, 50 persen adalah Pak Makbul, Wakapolri waktu itu. Lagi pula kasus ini tidak pernah selesai sampai akhir jabatan saya.

Susno Duadji
16/05/10

Surat yang ditulis Susno dari bui tanpa ventilasi di kompleks Markas Komando Brigade Mobil, Kelapa Dua, Depok Jawa Barat itu tersebar luas di kalangan peserta aksi.

Aksi tadi diikuti ratusan orang dengan aneka nama organisasinya, mulai dari Keluarga Besar Batanghari Sembilan (KBBS), Solidaritas Nasional Anti Korupsi dan Anti Makelar Kasus dan Revolusi Cerdas.

Mereka mendesak agar Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri membebaskan Susno Duadji dan melakukan reformasi di tubuh institusi Polri. Selain itu, mereka juga menuntut Polri membubarkan tim independen bentukan Polri.

Demonstrasi ini diikuti pula oleh tim pengacara Susno Duadji, Henry Yosodiningrat dan M Assegaf.

Sementara itu, Amien Rais, mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat menyatakan tembok kekuasaan yang dihantam oleh Susno Duadji, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal itu sangat kokoh. Sehingga tangan jenderal polisi bintang tiga pun bisa patah.

“Orang yang mengikuti jejak Susno juga akan mengalami hal yang sama, karena yang dihadapi adalah tembok kekuasaan yang sangat kokoh,” kata Amien di kediamannya, Sawitsari, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Namun, kasus yang melanda mantan orang nomor satu di jajaran reserse kriminal Polri itu membangkitkan jiwa perlawanan demokrasi bagi anak bangsa yang menginginkan kebenaran serta keadilan.

Ia menyatakan, kasus tragis peniup peluit itu yang akan membongkar kasus korupsi itu merupakan perlawanan terhadap kekuatan mapan yang terus bercokol.

“Ini hanya tinggal kuat-kuatan saja antara kekuatan mapan yang masih bercokol. Jika tidak bisa dilakukan penyerangan, maka masa depan bangsa ini akan stasioner (stagnan) tidak ada perubahan,” kata dia.

Ia pun menambahkan, untuk melakukan perubahan, kembali kepada semua anak bangsa yang menginginkan perubahan. Apakah anak bangsa ini sanggup melakukan koreksi dan resistensi demokratis.

Namun, untuk melakukan perubahan tidak harus seperti yang terjadi di Thailand yang akhirnya akan memicu perang saudara.

Apakah Pak Amien mendukung Susno? Ia sambil tersenyum menjawab, sudah tidak waktunya bagi dia untuk dukung mendukung. (fn/k2m/tm) www.suaramedia.com


latestnews

View Full Version